Saat ini Vida, Placer dan Horca tengah berdiam diri dikebun milik Kuon. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan. Horca masih tidak mempercayai apa yang dia lihat saat ini. Dua saudaranya yang sudah meninggal kini tengah berdiri dihadapannya.
Banyak sekali yang ingin Horca ceritakan kepada dua saudaranya itu, tapi seperti ada sebuah perekat yang merekat kuat membungkam bibirnya.
Placer sebenarnya jengah dengan situasi seperti ini, situasi dimana mereka saling diam-diam saja. Hingga pada akhirnya, Placerlah yang memecah keheningan diantara mereka bertiga. "Ah, mou! Sampai kapan kita akan berdiam diri seperti ini?!"
"Ahaha- aku juga tidak tahu, Placer. Lagipula jika kalau ada yang ingin aku katakan aku juga sepertinya akan kesulitan mengatakannya."
"Katakan saja."
Placer dan Horca sontak menatap Vida yang tiba-tiba saja menyahuti percakapan mereka. "Apa- yang kau maksud Vida?"
Horca tahu jika Vida sedang menyuruhnya untuk mengatakan apa yang mengganjali pikirannya, namun Horca memilih pura-pura tidak tahu saja dengan apa yang Vida ingin bicarakan.
"Kau jelas tahu apa yang ingin aku bicarakan, Horca."
"Hee?"
Horca mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Vida, Vida menatap tajam Horca menuntut sebuah penjelasan. Sedangkan Placer yang berada ditengah-tengah kedua saudaranya pun merengut tidak suka, karena hanya dia saja yang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh keduanya.
"AHH, mou! Sebenarnya apa yang mau kau katakana Horca? Kau juga jika ada yang ingin kau katakan, katakan saja Vida! Jika terus begini aku tidak akan paham dengan apa yang kalian bicarakan!"
Vida dan Horca pun sama-sama membuang muka. Tindakan mereka justru membuat Placer sedih karena kedua saudaranya tidak bisa jujur satu sama lain. Saat dia berada dialam lain, Placer baru saja terpikirkan satu hal yang selama semasa dia hidup tidak pernah dia lakukan sama sekali, yaitu, jujur mengenai perasaannya didepan saudara-saudaranya.
"Sudah cukup kalian berdua,"
Horca dan Vida sontak melihat Placer yang menundukkan wajahnya. Pada detik itu juga Horca dan Vida sadar, jika selama ini mereka memperlakukan Placer sebagai anak kecil padahal Placer sudah tumbuh dewasa.
"Kalian selalu saja begitu, berdebat, berdebat dan berdebat tanpa sekalipun mengajakku didalamnya. Sejak dulu jika kalian sedang membahas sesuatu jarang sekali mengajakku didalamnya, padahal aku ini adik kalian!"
Horca dan Vida terhenyak mendengar penuturan Placer. Memang benar sejak dulu mereka berdua lebih sering tidak mengajak Placer dalam pembicaraan serius apapun, hanya sesekali mereka ajak. Mereka lupa jika adik kecil mereka sudah tumbuh dewasa, bukan lagi anak kecil yang harus dilindungi.
"Placer aku ... maafkan aku yang masih memperlakukanmu seperti anak kecil. Aku terkadang lupa jika adik kecilku ini sudah besar, sudah bisa membuat keputusannya sendiri. Yah, walaupun kau masih sering bersikap kekanakan, tapi kaulah adik kecilku tersayang."
Horca tersenyum kecil seolah meminta maaf karena melupakan jika Placer sudah tumbuh dewasa.
"Maa, aku juga. Aku juga sering bersikap kasar dengan kalian. Aku hanya tidak mau kehilangan keluargaku lagi, dan pada akhirnya Horca-lah yang kehilangan kita berdua."
Setelah mendengar itu tanpa basa basi Placer langsung memeluk Horca dan Vida dengan erat, melampiaskan semua perasaan yang selama ini terpendam. Horca membalas pelukan Placer dan merengkuh Vida dalam pelukannya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice || Idolish7 Fanfiction
Fanfic[Update setiap Senin dan Jum'at] Bagaimana jika mereka yang mati dalam perang kembali hidup? Dan, mereka kembali diberikan kesempatan untuk merubah nasib. Perang antara UnityOrder dengan Ribellion dan Kokujohyako ternyata dimenangkan oleh UnityOrde...