Octagon 3 - 27 : Menarik Garis

250 34 38
                                    

Pagi hari, tepatnya tanggal 27 April, setelah kejadian semalam, akhirnya Hongjoong keluar dari kamarnya. Tepat di pukul sembilan pagi, di mana dirinya berpikir, sudah takkan ada orang di sekitarnya. Nyatanya, Hongjoong langsung menemukan Jongho, yang bersandar pada meja biliar, sembari memainkan ponselnya.

Jongho menyadari, di mana sebelum Hongjoong kabur lagi—melihatnya sudah mandi pula—dirinya segera berucap mendahului. "Manajer Ovu semalam datang, tiba-tiba, percaya atau enggak, datangnya untuk Kak San."

Tak melihat, Hongjoong menutup pintu kamarnya.

"Terus sekarang, orang tua lo dua-duanya ada di depan. Lo diminta ketemu—kalau lo belum cek ha-pe lo, Kak."

Lanjutan dari Jongho hanya membuat Hongjoong mengabaikannya. Memang Hongjoong tak tahu jika kedua orang tuanya yang datang, namun mengingat nanti malam akan ada makan malam antara mereka, jadi tak terlalu mengejutkan.

"Gue udah peringatin, loh, Kak. Kenapa lo mulai semuanya langsung?"

Hongjoong berbalik, untuk melihatnya.

Selagi Jongho mengunci layar ponsel dan meluruskan tubuh, untuk mendekat. "Lo. Dibenci yang lain. Kenapa lo mulai dari sekarang?"

"Udah sepatutnya."

Jawaban itu tak memuaskan Jongho, justru membuatnya langsung melesat, memblokir langkah Hongjoong yang hendak mencapai tangga. "Kak, please, lo kenapa? Kenapa lo nyelakain Kak San?"

"Kecelakaan, Jongho." Hongjoong mencoba untuk mengakhirinya. "Gue gak sengaja."

Hanya saja, Jongho tak terima. "Lo bukan orang yang gak bertanggung jawab, loh. Tapi lo ninggalin Kak San dalam keadaan berd—"

"Nanti gue minta maaf sama San."

Di sanalah, Jongho menatap tak percaya. "Kata maaf rupanya bisa nyelesaiin, ya?"

Tak ada jawaban.

Jongho hanya mendesahkan napasnya pelan, lalu menggelengkan kepala. "Gue hari ini bakal ikut nyokap lo, buat urus kepulangan Nagyung. Sementara Nagyung pulang ke apartemennya, pun sementara nyokap lo juga di sana. Nyokap lo mau bantu urusin masalah yang lagi Kak Saerom hadapin, tentang client, beres itu, Nagyung mau dibawa pulang. Lo udah tau?"

Sejujurnya belum.

Jongho bisa menebaknya, membuatnya mengangguk. "Mending lo temui dulu orang tua lo. Mereka ada di depan, memang nungguin lo."

Jadi, Hongjoong mengangkat satu alisnya, meminta jalan. Yang mana membuat Jongho membawa dirinya ke samping, membiarkan Hongjoong berlalu, menaiki tangganya di sana.

Lantai atas kosong adanya, entah, apakah semua berada di rumah depan, atau di kamar masing-masing. Hongjoong tak memikirkannya, hanya mengabaikan, dengan memastikan bahwa ponselnya terbawa, dirinya keluar melalui pintu utama yang dalam keadaan terbuka tersebut.

Segera Hongjoong melewati jembatan gantung, menuju dataran dan mengambil satu sepeda tersisa di sana. Ya, setidaknya menggunakannya agar lebih cepat untuk sampai, pun melatih otot tangannya untuk menumpu.

Hongjoong mengayuh sepeda tersebut, melewati suasana yang sepi dan menenangkan di sekitarnya, sampai dirinya tiba di halaman belakang rumah tersebut.

Ada tempat parkir sepeda, dekat dengan golf cart dan beberapa skuter. Hongjoong menepikannya, kemudian berjalan perlahan untuk mencapai salah satu pintu di bagian belakang rumah.

Beruntung, Hongjoong bertemu salah satu asisten rumah tangga, yang langsung mengarahkannya ke satu tempat. Oh, Hongjoong tak tahu, tempatnya berbeda dari yang sebelumnya. Hongjoong dibawa ke satu ruangan yang lebih santai, tak formal.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang