Pagi ini aku bingung harus memasak sarapan apa. Takut kejadian kemarin terulang lagi. Iya, aku yang tidak tahu Mas Je pantang memakan masakan tertentu.
Sebenarnya kemarin aku tidak bete. Cuma apa ya? Kesal? Mungkin.
TAK ADA BEDANYA SIH KESAL SAMA BETE.
Hanya berbeda kata saja, ya kan? Namun, ya sudah terserah Mas Je saja ingin menganggap aku bete atau apapun itu.
Melihat sisa bahan di kulkas aku memutuskan untuk memasak nasi goreng pakai baso dan sosis. Tapi aku terdiam sebentar sebelum akhirnya kepikiran kalau jangan-jangan dia juga ada alergi dengan salah satu bahan itu? Ah, aku tidak tahu. Tapi bodoh amatlah aku masukin saja semua bahan, suruh siapa dia tidak memberi tahu aku?
Dan seperti biasa, Mas Je selalu datang ketika masakanku baru diangkat dari kompor. Seperti sudah di-setting untuk datang tepat saat aku melakukan kegiatan ini.
"Masak apa, Shay?"
"Nasgor."
"Oh, nasreng."
"Aku bilang nasgor."
"Iya, sama aja. Nasreng juga singkatan dari nasi goreng."
Seumur hidupku, aku baru bertemu dengan manusia yang menyingkat nasi goreng menjadi nasreng. Aneh sekali.
"Pake apa?"
"Apanya?"
"Nasrengnya."
Aku berpikir sejenak untuk mencerna ucapannya. "Pake nasi lah?"
Dia yang sudah duduk di tempatnya malah tertawa saat mendengar jawabanku itu. "Ya itu juga aku tau, Shay. Kan judulnya aja udah 'nasreng' yang artinya nasi digoreng."
"Iya." Terus kenapa masih nanya?
"Toppingnya maksud aku."
"Sosis sama baso." Kemudian aku menatap wajah Mas Je yang masih terdapat sedikit kemerahan. "Gak ada alergi kan sama dua bahan itu?"
Dia menggeleng sembari menerima sepiring nasi goreng yang aku sodorkan. "Makasih, Shayla."
Aku mengangguk dan ikut memulai makan jatah nasi gorengku. "Lain kali ngobrol, Mas."
"Kalo makan kan gak boleh sambil ngobrol, Shay. Emang mau ngobrolin apa?"
Kenapa tingkahnya akhir-akhir ini selalu membuat aku emosi? Atau memang aku yang terlalu sensitif?
"Ya gak pas makan juga, Mas, ngobrolnya."
"Terus kapan?"
"Kalo aku kerja!" Balasku jutek.
"Emang kapan kamu kerja?"
"Biasanya kapan sih aku kerja?"
"Jam sembilan, kan?"
"Iya. Tapi gak pas aku kerja juga."
"Jadi kapan?"
"Bebas. Semau Mas aja."
"Emang mau ngobrolin apa?"
"Saham, Mas." Aku menjawab asal.
"Ide bagus." Tapi malah dianggap serius olehnya.
"Gak jadi deh, aku udah gak tertarik."
"Nanti aku tarik kamu aja biar kita jadi tarik menarik hahahahahahuhukuhukhuk."
Mampus keselek tuh.Dosa tidak ya mampusin suami sendiri?
Kini Mas Je tengah minum air putih seperti orang yang baru selesai maraton lari. Kemudian setelah gelas itu kosong, Mas Je menyodorkan gelasnya dengan muka yang masih merah, membuat aku buru-buru mengisi lagi gelas itu hingga penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me
ChickLitPerasaan kosong, kesepian, takut, dan ingin hilang dari Bumi adalah hal yang selalu ingin aku lupakan. Tapi nyatanya, mereka selalu kembali datang. Lagi dan lagi. Kadang kala ingin menyerah, namun aku masih waras untuk tidak mengakhiri hidup dengan...