"Maaf aku tidak—" ucapan Edeline tertahan ketika pria di hadapannya menatapnya cukup tajam.
Entah mengapa Edeline merasakan hawa yang tak biasa di sekitarnya. Begitu dingin dan juga mencekam.
"Tolong lepaskan aku," cicit Edeline pelan. Namun hal itu tak membuat Alexio senang. Pria itu menggeram tertahan seraya menekan tangannya di pinggang Edeline.
"Edeline," ucap pria itu pelan, yang mampu membuat tubuh Edeline meremang.
Sebisa mungkin Edeline melepaskan tubuhnya dari kungkungan pria itu. Namun usahanya nampak tak mudah ketika ia merasakan pinggangnya semakin dicengkeram cukup erat.
"Let me go," ucap Edeline dengan suara tertahan. Sungguh, ia tidak berbohong ketika rasa sakit di pinggangnya makin menjadi.
"No, I never let you go." Bisik Alexio dengan seringaian tipisnya.
Dalam hati Edeline berusaha melepaskan tangan pria itu. Demi tuhan, ia benar-benar takut akan pria di dalam dekapannya ini. Sampai suara pekikan seseorang membuat Edeline sedikit bernapas lega.
"Edeline! Kau pasti akan—" ucapan gadis ber-netra biru itu terhenti, ketika mendapati seseorang yang memiliki mata serupa dengannya.
Edeline bersyukur ketika Alexio merenggangkan tangannya. Namun rasa syukur itu tak berlangsung lama. Lengan pria itu masih bertengger tepat di samping pinggangnya.
"What are you doing here?" tanya Alyssa dengan alis berkerut. Ia yakin jika pria itu tak seharusnya berada di sini. Namun mengapa ia melihat Alexio di sini dan bersama Edeline. Jangan bilang pria gila itu kemari karena ada gadis ber-netra abu-abu itu.
Alexio tak menanggapi ucapan Alyssa. Pria itu justru memandang Edeline dan berbisik pelan. Bisikan yang membuat tubuh Edeline menegang detik itu juga.
"Jangan harap kau akan bebas setelah ini," detik itu juga Alexio pergi dari hadapan Edeline. Tanpa mempedulikan Alyssa yang terdiam dengan mulut menganga.
"Ya! Dasar tidak tau diri! Aku akan mengadukan mu pada mommy!" teriak Alyssa seraya melihat punggung tegap itu berlalu. Berbanding terbalik dengan Edeline, yang berusaha menghilangkan segala pikirannya tentang ucapan pria itu.
Edeline menggeleng pelan. Sebelum kejadian buruk menimpanya ia akan pergi sejauh mungkin dari pria itu dan semuanya. Ia bersumpah hari ini adalah terakhir kalinya ia berurusan dengan pria itu.
"Edeline!" teriak Alyssa kencang.
"Y-ya," Edeline terkesiap ketika ia begitu larut dalam lamunannya. Gadis itu tersenyum canggung dan menatap Alyssa dengan pandangan bertanya.
"Apa kau baik-baik saja?" Alyssa khawatir ketika melihat raut wajah Edeline tampak sedikit memucat.
Dengan mantap Edeline mengangguk seraya tersenyum simpul. "Ya, aku baik-baik saja."
"Kau tak sedang berbohong bukan?" tanya Alyssa menyelidik. Sekali lagi Edeline mengangguk seraya tersenyum lebar.
"Apa yang Alexio lakukan padamu?!" Alyssa tak bisa menahan pertanyaannya, ketika ia tahu bagaimana kelakuan kakak laki-laki nya itu. "Jawab dengan jujur Lin, aku tahu dia tidak memperlakukanmu dengan baik. Bilang padaku—"
"Tidak, dia tidak berbuat apapun." Ucap Edeline pada akhirnya. Tidak mungkin ia mengatakan jika pria itu telah berbuat sesuatu padanya.
"Lin jangan—"
"Catherine! Apa kau butuh bantuan?!" secepat kilat Edeline berlalu dari hadapan Alyssa. Ia tidak ingin mendapatkan pertanyaan yang sama berulang kali. Lebih baik ia menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan Alexio. Karena ia tahu jika apa yang dikatakan pria itu tidaklah main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXIO [END] [PROSES PENERBITAN]
RomansaSEQUEL "THE DEVIL WANTS ME" Bisa di baca terpisah [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 17+ Awal dari bencana ini di mulai ketika Edeline harus tinggal satu atap bersama keluarga Stolen, dan lebih parahnya ia harus menetap dengan pria...