tapi boong, blm end woy, udah misuh aja nih kelen😃 happy reading yh mniez!
***
Tukk
Sebuah kerikil kecil yang terlempar mengenai dahi seseorang, hingga membuatnya sedikit terusik.
Sepasang bola mata hazel yang menawan terbuka perlahan. Pria itu mengerjapkan matanya. Apa dia sudah di surga? Kenapa begitu berisik?
"Chiko, lo jangan males-malesan gini. Sekarang bukan waktunya tidur. Kita harus ikut orientasi studi pengenalan fakultas dan lingkungan ke maba." Pria yang dipanggil Chiko itu menoleh.
Terlihat seorang pria berambut sedikit panjang yang poninya dijepit bando sedang berdiri dibawah pohon rindang sambil menatap ke arahnya. Pria itu adalah Zevran atau biasa dipanggil Zev,
salah seorang temannya yang terkenal sangat pintar saat di fakultas ekonomi jurusan business management dulu. Tapi kenapa dia ada disini?
Ah gue mimpi.
Chiko mengabaikan kehadiran temannya yang sedang mengomel. Ia kembali memejamkan matanya.
Tukk
Satu kerikil yang Zevran lempar berhasil mengenai dahinya lagi. "Akhh." Dahinya terasa benjol. Ini bukan mimpi. Chiko tersentak lalu bangkit, ternyata sedari tadi ia berbaring diatas rerumputan hijau.
"Zev kenapa gue ada disini? Cepet jawab." Chiko menghampiri temannya dan mengguncang bahu Zevran cukup keras. Sedangkan pria gondrong itu hanya menguap lebar tapi ia tak mengantuk. Hanya kebiasaan aneh anak jenius.
"Kayaknya lo udah mulai nggak waras, dan itu ngerepotin. Cepet cuci muka. Mahasiswa baru udah pada nunggu senior." Zevran melengos hendak pergi, tapi dengan cepat Chiko mencekal lengannya.
"Sekarang tahun berapa?" Zevran tidak habis pikir dengan pertanyaan konyol teman hazelnya ini. Memang temannya yang satu ini terkadang suka bersikap konyol.
"Tahun 2018. Udah sadar? Kesadaran lo udah balik? Apa lo baru mimpi menjelajahi ruang dan waktu? Haha. Kalau lo udah sadar, ayo kita pergi." Zevran tersenyum mengejek.
Bentar. S-serius? Gue balik ke tahun dimana masih jadi mahasiswa?
Mata Chiko seketika melotot tak percaya. Ia mencubit lengan dan menepuk pipinya berkali-kali, ia tentu saja masih mengira ini sebuah mimpi yang ia ciptakan di alam bawah sadarnya. Ia merasakan rasa sakit. Apa artinya ini bukan mimpi?
Seinget gue, terakhir kali gue lemas gantung diri. Gimana bisa tiba-tiba gue disini? Tunggu. Apa gue sebenernya udah mati terus pindah ke dunia lain? Atau gue beneran menjelajahi waktu? Atau... Masuk ke dalam mimpi? Entahlah.
Chiko mengacak rambutnya frustrasi karena bingung. Chiko tak ingin percaya, tapi inilah yang terjadi. Ia terlempar kembali ke masa lalu.
Apakah Tuhan ingin memberikannya kesempatan? Kesempatan untuk mengakhiri hukuman yang selama ini merantainya dengan segala penderitaan dan kepedihan. Chiko mengepalkan tangannya di depan dada. Jika benar begitu, ia akan melakukannya dengan baik. Tak peduli ini mimpi atau nyata, yang jelas ia akan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin hingga membuat Tuhan terkesan.
Saat ini, ada hal penting yang harus ia lakukan. Ia harus segera menemukan sosok wanita yang menjadi pusat derita dan rindunya selama ini. Dengan cepat Chiko berlari dan membelah kerumunan para mahasiswa/i yang ramai berlalu lalang.
Shani, kali ini aku akan melakukannya dengan baik. Aku akan menggenggam dirimu dengan erat agar tidak pernah terlepas. Membalas cintamu dengan cinta yang lebih besar. Mengembalikan segala kasih yang selama ini kamu curahkan dengan kasih yang jauh lebih besar, sampai kamu tak akan sanggup menanggung rasa cinta yang aku miliki sekarang.
***
Chiko terus mencari gadis yang ia rindukan selama beberapa tahun ini, hingga napasnya terengah-engah karena kelelahan. Ia menundukkan setengah badannya mulai dari kepala hingga pinggang, sedang paha dan kakinya masih berdiri kokoh menopangnya.
Chiko mengatur napasnya agar kembali stabil. Ternyata mencari satu orang gadis di antara kerumunan ribuan mahasiswa/i itu sangat sulit. Seperti kata pepatah, 'bagai mencari jarum diantara tumpukan jerami'. Hingga hari mulai gelap, tapi ia belum juga menemukan gadis dengan mahkota golden brown itu.
Chiko menggali ingatannya yang dulu. Dimana pertama kali ia bertemu Shani di kampus? Chiko lupa, ah bukan, tapi dulu memang ia tak pernah mengingat apapun mengenai Shani. Pikirannya seakan blank. Tidak lucu jika ia yang sudah memiliki kesempatan untuk kembali, lantas tak menemukan seseorang yang menjadi penyebab kekalutannya selama ini.
"Oke, pertama-tama gue harus tenang dan jangan buru-buru. Mending gue balik pulang dulu dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi." Chiko bermonolog dengan diri sendiri.
la memutuskan untuk pulang. Ia mencari mobilnya di parkiran dan menemukan dengan mudah. Karena ia ingat betul dimana tempat biasa ia memarkirkan mobilnya. Ia pun menjalankan mobilnya menuju rumah.
***
tbc.
060423dah nih gajadi end. jan misuh2 lg yaa weh, canda dong tadi😬
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EGO: A Miracle
Fanfictionmy third shanchik story. no desc, just read it. ⚠️B x G⚠️ ⚠️SHANCHIK AREA⚠️ yg gasuka 🚷Dilarang Masuk!🚷