...
Raut murung Kanao menjadi pemandangan yang biasa semenjak kepindahan Rui Minggu lalu. Padanan kata-katanya makin irit dan lebih sering tersenyum hambar kala seseorang menyapanya lebih dulu.
Hatinya merasa kosong dan hampa. Kedua kawan baiknya hilang dari peredaran secara bergiliran tanpa sebab yang jelas. Sedih rasanya tidak punya teman berbagi, saat kau tidak pandai memulai percakapan dengan sesama anak perempuan di sekitarmu.
Sadar akan Kanao yang lebih pendiam dari biasanya, Tanjirou tentu tidak tinggal diam. Dia berupaya untuk mencoba menghibur semampunya.Sebotol ramune dingin dan pocky matcha sengaja ia letakkan di meja tempat mereka belajar. Kali ini keduanya berada di dalam perpustakaan yang sepi di jam ke 5. Di mana harusnya kelas Kanao ada pelajaran PE. Akan tetapi, pelajaran tersebut kini ditiadakan. Lantaran kelas XII diutamakan untuk belajar mandiri ketimbang melemaskan otot dan fisik di lapangan luas terbuka.
"Kau bolos?" Tanya Kanao menyelidik pada siswa cerdas yang membersamainya.
"Enggak. Aku siswa yang paling duluan selesai mengerjakan tes Bahasa Inggris. Makanya mengajakmu belajar di sini. Kau nggak lagi ngapa-ngapain kan?"
Kanao hanya menggeleng lemah. Kentara kehilangan semangat berhadapan dengan kertas-kertas berisi soal rumit. Tangan Tanjirou kemudian terulur menarik dagu Kanao untuk bersitatap dengan manik miliknya. Mencoba menyihir Kanao menggunakan senyum lembut agar gadis itu bisa ceria lagi.
Merasa usahanya berhasil, mereka pun kembali melanjutkan kegiatan belajar yang sempat tertunda.Kanao bangkit dari duduknya. Melempar tatapan tanya akibat Tanjirou yang tiba-tiba menarik lengannya untuk ikut berdiri.
"Ssst!"
lirih Tanjirou tanpa melepas tautan tangan mereka....
Lelaki itu menuntun Kanao menuju rak buku di pojok ruangan. Tersembunyi di balik beberapa rak besar menjulang dan berisikan buku-buku pelajaran tebal nan berbau apak.
Didekapnya tubuh mungil Kanao yang selalu pas dalam pelukannya. Gadis itu awalnya agak terkejut. Lalu kemudian turut membalas tanpa rasa canggung sedikitpun. Kedua lengannya ikut melingkari punggung lebar Tanjirou yang kokoh. Saling menempelkan tubuh tanpa rasa sungkan. Sudah tahu jelas kegiatan macam apa yang akan mereka lakukan di sudut tersembunyi ini.
Kanao tidak munafik seperti wajahnya yang selalu kelihatan lugu. Dia selalu menyukai bau Tanjirou tiap kali mereka saling bersentuhan. Bau lelaki itu seperti hutan alami yang dibanjiri sinar mentari pagi. Perpaduan dari rumput segar dan aroma maskulin yang tak terjamah; liar dan bebas. Sama seperti kegiatan mereka sekarang. Saling menjamah satu sama lain dalam ruang perpustakaan yang menjadi saksi bisu.
Tangan tan itu menelusup di balik seragam Kanao yang sekarang berantakan dengan tiga kancing teratas, yang terbuka oleh ulah jari-jari nakal Tanjirou. Dia bergerak membelai punggungnya lembut, bermain pada lekuk pinggang Kanao yang ramping. Bibir mereka awalnya hanya menempel. Sejurus kemudian berubah menjadi ciuman intens saat Kanao melenguh tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Precious Butterfly ✔️ [ REVISI ✔️ ] || TanjiKana
Fanfiction[ REVISI ✔️ ] Area 17+ Ketika sebentuk masa lalu datang lagi dalam kehidupanmu, bagaimana rasanya? Sementara luka lama masih membekas begitu dalam, Saat ia meminta maaf dan pengampunan atas yang telah lalu, bisakah kau membuka pintu maafmu? Bukank...