Octagon 3 - 30 : Terbagi Pihak

281 34 58
                                    

"Gi! Gi, gimana Gi? Gi!"

Ucapan Yunho, secara panik, di balik tubuh Mingi yang fokus mengendarai motornya, membuatnya menggelengkan kepala. Namun Mingi sama sekali tak bisa mengejar, pun tak bisa melihat. Karena begitu motor mereka mencapai ke luar gerbang, Mingi sendiri sudah tak bisa menemukannya.

Mereka terlalu memakan waktu.

Walau tak menyerah, tapi tetap saja, tak bisa.

"Gi!"

"Gak bisa, Yun..." Mingi menjawab di balik helmetnya. "Gak tau, kita lepas. Kita—"

Segera, Yunho yang mengenakan helmet milik Juyeon, menepuk bahu tersebut secara berulang. "Hongjoong bilang tentang pulang. Coba pikirin, rumah mana yang dia maksud!"

"Rumah susunnya dulu sama Seonghwa?" Mingi hanya mencoba menebak, dalam kepanikan yang juga dirasakannya. "Tapi gak mungkin... mereka cuma nyewa dan udah beres setelah itu."

"Terus?" Yunho sendiri berusaha memutar otaknya. "Masa rumah kita sebelumnya, sih?"

"Gak mungkin..." Mingi sendiri tak percaya. "Lagipula, kuncinya pasti udah San kasih, walau kita punya duplikat semuanya. Tapi gak etis, 'kan?"

Sambil menahan decakannya, Yunho memperhatikan sekitar.

Posisi motor Mongi berhenti, ketika bertemu lampu merah. Di sanalah Mingi, mencoba berpikir kembali, mencari jawabannya. "Rumah... cuma Kolenmijn. Tapi gak mungkin dia balik ke kota... atau bisa jadi?"

"Bisa jadi, sih..." Yunho membalas, sebelum bergerak gelisah. "Nanti malam ada dinner masalahnya, Gi. Bokap gue udah peringatin gue buat behave... Bokap gue bilang penting..."

"Lo tau tentang apa?"

Yunho menggelengkan kepalanya perlahan, dalam rasa tertekan. "Gak tau, Gi, cuma..."

"Cuma apa?"

"Teman Ayah gue juga bakal datang..."

Di sana, Mingi melihat lampu sudah menjadi oranye. Dirinya bersiap, untuk melajukannya kembali. "Memang dinner tentang apa? Sama bokap Hongjoong?"

"Bokap gue, bokap Hongjoong, bokap Yeosang... kami bertiga... dan orang-orang penting yang gue tau, kenalan bokap gue..."

Mingi menjilat gigi di dalam mulutnya, untuk mencerna. "Sepenting apa...?"

"Sepenting... mantan perdana menteri...?"

Sontak, Mingi sampai hampir menghentikan lajut motornya. Untuk Mingi menatap Yunho dari spionnya yang ia belokkan, untuk menunjukkan keterkejutannya di sana. "Anjing... serius... Yun? Di Negara kita tuh, sistem pemerintahan dengan perdana menteri berakhir di tahun—"

"Iya, Mingi." Yunho mendesah lelah, tak kuasa menahan tekanan baru yang dirasakannya. "Entah tentang apa... gue juga gak tau. Gue yakin Yeosang pun gak tau bakal sengeri ini, pun tebakan gue... Hongjoong juga belum tau..."

"Terus kita nyari di mana?" tanya Mingi, terbawa lebih panik karenanya. "Memang Hongjoong punya rumah di mana lagi? Toh sekarang keluarganya ada di sini. Memang Hongjoong punya sanak-saudara—fuck!"

Mendengar umpatan keras itu, Yunho langsung menepuk bahu Mingi berulang, tak sabar. "Kenapa? Gi?! Kenapa?"

Menjauhi risiko kecelakaan, Mingi langsung menepikan motornya. Lantaran, ada satu hal terlintas di kepalanya, yang langsung membuatnya berhenti, lalu melepaskan helmetnya, hanya untuk menoleh pada Yunho.

Karena Mingi membutuhkan kepastian, bahwa pikirannya tak mungkin benar adanya. "Bilang gue aneh atau apa, tapi lo coba mikir dengan cara Hongjoong mikir. Coba. Hongjoong itu selalu ngasih hint, yang gak bisa lo sadari kalau lo gak fokus dan coba lihat dari sudut pandang dia."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang