Saturday Night

54 5 4
                                    

Aku muak dengan segala hiruk pikuk di sekitarku malam ini. Jika boleh memilih, aku lebih suka menghabiskan waktu di kamarku yang hening. Namun aku berakhir terjebak di tengah lautan manusia yang sedang bersenang-senang menghabiskan malam Minggu bersama dengan sahabatku yang juga sedang menghabiskan malam Minggu bersama pacarnya. Rumit bukan?

Semuanya berawal di hari Sabtu pagi yang tenang. Aku sedang menjalankan rencanaku untuk menikmati hari libur dengan bermalas malasan di kamar. Kemudian tiba tiba, Emma --sahabatku yang super energik-- menerobos masuk entah bagaimana caranya dan membujukku untuk menemaninya bertemu pacar barunya saat malam Minggu.

Katanya dia takut kalau hal buruk akan terjadi karena ini pertama kalinya mereka bertemu setelah setahun mereka pacaran virtual. Alhasil, aku yang juga khawatir akan terjadi apa apa dan tidak bisa menolak puppy eyes nya saat memohon pun menyetujui permintaannya. Jadi ... itulah mengapa aku berada di sini sekarang. Duduk sendirian di taman kota yang penuh dengan romantisme tak jauh dari tempat sahabatku duduk dengan pacarnya. Gila! Aku merasa menjadi orang paling menyedihkan sekarang, duduk sendirian di antara banyaknya pasangan. What a pity!

Pelan tapi pasti rasa itu mengakar kuat di hatiku. Aku ingin punya pasangan! Padahal sebelumnya aku tidak pernah memikirkan hal ini, aku terlalu malas untuk memulai sebuah hubungan, apalagi melakukan pendekatan. Andai saja hidupku seperti dongeng di mana akan ada pangeran berkuda putih yang datang menghampiriku, mengejar cintaku, jadi aku tidak perlu capek capek berusaha mendapatkan hati seorang lelaki.

Namun sayang, itu tidak akan terjadi pada ku yang hanya seorang figuran. Aku tidak secantik, seimut, sebaik dan semenyenangkan Emma yang sangat cocok menjadi pemeran utama dalam kisah romansa. Aku hanya gadis biasa penuh imajinasi yang suka tenggelam di antara buku, aku juga pendiam, tidak interaktif dan aku selalu malas melakukan sesuatu yang beresiko mendatangkan konflik. Aku lebih suka main aman, berjalan di sisi jalan yang sama tanpa mau mencoba menyebrang dengan resiko tertabrak untuk mengenal hal baru. Aku benci hal merepotkan.

"Crisie!"

Aku tersentak saat tiba tiba seseorang berteriak memanggil namaku tepat di sebelah telingaku.

"Kau mengagetkan ku, Em!" seruku saat tau Emma lah yang berteriak di dekat telingaku. "Telingaku akan tuli rasanya."

"Eiss jangan berlebihan begitu. Lagi pula itu salahmu karena tidak menyauti panggilanku saat aku masih memanggilmu dengan baik baik," rajuk Emma.

"Oke oke, aku yang salah," ucapku mengalah. "Jadi ada apa?"

"Ku rasa sudah aman," sahut Emma dengan senyum 100 Watt nya, dia tampak sangat bahagia.

"Apanya?" tanyaku heran.

Emma menunjuk George --pacar barunya yang sedang membeli takoyaki di salah satu kios-- dengan dagunya. "Aku sudah yakin dia cowok baik baik. So ... I'm safe now."

"Oke oke, as you wish aku akan pergi," ucap ku setelah mengetahui maksud perkataan Emma. "Aku juga sudah lelah duduk sendirian di sini."

"Bersenang-senang lah dan tetap hati hati, bisa jadi dia hanya baik karena tau aku ada di sini." Aku menyampirkan tas selempang hitam kesayanganku di bahuku.

"Dia tidak tau kamu ada di sini," ucap Emma.

Aku mengangkat satu alisku. "Kamu tidak memberitahunya?"

Emma menggeleng. "Aku sengaja menyembunyikan hal ini darinya, agar dia bertindak apa adanya. Baiklah kau pergi sekarang, aku juga harus kembali. Jika dia kembali dan tidak menemukanku dia pasti khawatir."

"Okeey bye." Aku melambaikan tanganku dan beranjak pergi.

Di sepanjang jalan menuju apartemenku aku disuguhi pemandangan para pasangan yang sedang bermesraan, belum lagi yang nyelip di gang gang kecil atau di celah antara bangunan. Memuakkan!

Aku menghentikan langkahku saat melihat perpustakaan tempatku biasanya menghabiskan waktu atau mengerjakan tugas kuliah masih buka. Mungkin membaca buku di sana lebih baik dari pada berdiam diri di kamar pikirku. Aku pun berjalan masuk dan tentu saja di sana sepi seperti dugaanku.

"Ah Crisie! Kenapa kau datang malam malam begini? Aku sudah mau menutup perpustakaannya," sapa Fera, Si penjaga perpustakaan yang sudah sangat akrab denganku.

"Aku sedang bosan di rumah, bisakah kamu menutup perpustakaannya lebih lambat? Atau kamu bisa serahkan kuncinya padaku nanti aku akan menutupnya untukmu setelah aku selesai," sahutku.

Fera tampak berfikir sejenak sebelum menyetujui opsi keduaku dan menyerahkan kuncinya padaku. "Aku percayakan kuncinya padamu, kamu bisa tutup pintunya jika tidak ingin ada pengunjung yang masuk," jelasnya.

Aku hanya mengacungkan jempol sebagai balasan.

"Baiklah aku harus pergi, pacarku sudah menunggu."

Aku membalas lambaian tangannya dan menutup pintu perpustakaan sebelum mulai menyusuri jejeran rak rak tinggi yang memenuhi ruangan yang cukup luas itu. Perpustakaan di kotaku memang cukup besar dan kumpulan bukunya pun lengkap. Mayoritas pengunjungnya adalah anak kuliah, mereka datang untuk mengerjakan tugas atau sekedar mencari referensi dan aku adalah salah satu pelanggan setianya. Hampir setiap hari aku datang ke sini meski hanya untuk mengembalikan buku dan meminjam buku yang baru untuk di baca di rumah. Yahh kadang aku juga mampir ke sini hanya untuk mencari suasana baru saat membaca. Di sini cukup nyaman dan tenang.

"Apa yang harus ku baca malam ini?" gumamku sembari menelusuri deretan buku di rak dengan jari jari ku.

"Train at 1:43?" gumamku membaca salah satu judul buku yang menarik perhatianku. Segera ku ambil buku yang tidak terlalu tebal itu.

"Straight to your soulmate." Aku terkekeh masam saat membaca sub judulnya. Mengapa sangat sesuai dengan perasaanku saat ini? Kebetulan kah?

Aku pun mendudukkan diriku di bangku terdekat untuk membaca buku itu. Buku tentang sebuah kereta yang akan muncul di jam 1:43 dini hari. Kereta itu akan mengantarkan kita ke tempat soulmate kita berada. Kereta itu hanya aka muncul di depan orang orang yang percaya dan berkeinginan kuat.

"Omong kosong," gumamku.

Aku meregangkan tubuhku yang mulai terasa kaku, mungkin sudah sekitar dua jam aku duduk di sini. Aku menutup buku itu dan mengembalikan ke tempatnya. Setelah mengecek jendela dan mematikan lampu aku pun melangkah keluar. Ku lirik sekilas jam yang melingkar di pergelangan tanganku dan ternyata sudah tengah malam. Namun nampaknya benar kata orang orang, malam Minggu adalah malam yang panjang. Lihat saja pasangan pasangan yang masih ramai memenuhi jalan itu, apakah mereka tidak lelah?

Tak mau ambil pusing tentang mereka aku pun buru buru berjalan menuju apartemen setelah mengunci perpustakaan. Aku benar-benar lelah dan ingin merebahkan diri di kasur.

"Ahh sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini."

***

To be continue

.

.

.

.

Hai Readers, aku kembali lagi dengan cerita baru. Semoga kalian suka sama ceritaku kali ini. Happy reading

Best regard,

Your beloved author

Train at 1:43 AM (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang