Karna sekarang hari sabtu, dan tugas olahraga akan dikumpul hari rabu, jadilah Nesa dan Ayra sedang bersiap-siap untuk menuju rumah Heksa sesuai tempat yang mereka janjikan.
"Ay, yakin lo ga mau kita bareng Ares aja?" tanya Nesa yang sedang mengikat rambut di depan cermin besar yang ada dikamarnya.
"Yakinlah. Orang gue tau tempatnya kok." Setelah memasang tali sepatu, Ayra berdiri untuk mengambil laptop dan dimasukkan ke dalam totebag yang sudah ia sediakan.
Ayra melihat jam pada handphone nya. Sudah menunjukkan pukul 15.50, sesuai dengan janji, jam 16.00 mereka sudah harus mulai membuat vidio.
"Cepetan, Nes. Sepuluh menit lagi ini."
"Iya-iya, sabar elah." Nesa mengambil kunci motor dan juga slingbag miliknya.
Ayra lebih dulu jalan ke bawah untuk menunggu Nesa di depan gerbang saja.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kedua gadis itu mulai berangkat ke rumah Heksa.
Awalnya, tadi Ayra akan membawa motor ke rumah Heksa. Tapi karna Nesa yang tiba-tiba menjemputnya, alhasil Ayra mengurungkan niatnya itu.
"Udah?" tanya Nesa melihat Ayra dari kaca spion.
Ayra mengangguk. Memegang kedua bahu Nesa. "Udah." menepuknya sedikit keras. "Berang--WOII NESA ANJIIR! LO KALAU MAU MENINGGOY JANGAN AJAK-AJAK GUE DONG!"
Memang begitu jika punya teman yang punya jiwa pembalap jadi-jadian. Harus siap mental seperti Ayra.
. . .
Sekitar 10 menit, mereka sampai di depan rumah Heksa sesuai dengan arahan Ayra tadi.
"Ayo, Nes. Taruh aja motornya di dalam," ujar Ayra membuka pagar rumah Heksa lebar-lebar yang kebetulan tidak di kunci.
"Kaya lo yang punya rumah dah." Walaupun berujar seperti itu, tak urung Nesa tetap memarkirkan motornya di halaman depan rumah Heksa.
"Otw jadi rumah gue nanti."
Ketika Ayra hendak menutup pagar, suara knalpot yang amat ia kenali membuat gadis itu mengurungkan niatnya. Berdiri berkacak pinggang. "Knalpot lo bisa diganti gak sih?!" Ayra maju selangkah. Menggeplak kepala Ares yang masih terbaluti helm.
"Aws sakit monyet!" Ares membuka helm yang ia gunakan. Mengusap bagian kepalanya yang membuat penglihatan serasa berputar. "Tangkap, Nes!" Cowok dengan celana pendek dan kaus lengan pendek hitam itu, melempar helmnya ke arah Nesa. Kini, helm fullface hitam itu sudah beralih ke tangan Nesa.
Untung saja refleknya cepat. Jika tidak, entah apa yang akan menjadi sasaran helm itu.
Setelah memarkirkan motornya disebelah motor Nesa, Ares mengambil helm miliknya yang ada di pelukan Nesa. "Makasi cantik," ucapnya sembari mengusap rambut Nesa dan meletakkan helm tersebut di satu spion motor.
Kakinya melangkah menuju Ayra yang mengenakan balutan kaus putih dan celana training abu yang masih terlihat kesal.
Kini, dirinya sudah berada di hadapan Ayra. Merangkul gadis itu untuk dibawa masuk ke dalam. "Ayra cantik banyak omong deh. Masuk aja yuk," disusul dengan Nesa yang berjalan di belakangnya.
"Apaan sih?! Ares gila!" Ayra menghempaskan lengan Ares yang merangkulnya. Berjalan lebih dulu dengan kaki yang dihentakkan menuju halaman belakang rumah Heksa.
Meninggalkan Nesa dan Ares disana. Kedua orang itu saling pandang melihat kelakuan Ayra. Kemudian Nesa mengedikkan bahunya acuh. Sebelum Nesa benar-benar berjalan mendahuluinya, Ares mencekal tangan gadis itu. "Bareng," menggenggam tangan yang ukurannya lebih kecil dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Ayra: Cerita Cinta SMA
Fiksi RemajaMemang benar, masa SMA itu masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal apa arti cinta sesungguhnya. Ayra selalu menanamkan pada pikirannya, bahwa ia tidak boleh terlalu berharap bahwa percintaannya di masa SMA akan sangat bahagia. Layak...