Waktu bergulir begitu cepat, kandungan Nadhira menginjak usia enam bulan. Perut wanita itu sudah tidak terlihat rata lagi.
Sejak, usia kandungan Nadhira menginjak bulan keempat, dia sudah tidak bekerja di butik, melainkan bekerja secara WFH (Work From Home). Selain untuk menghindari Ratih dan Marwan yang pada awalnya sering ke butiknya untuk bertanya perihal Nadhira kepada Hana, juga jarak kontrakannya dan butik memang cukup jauh.
"Ra, setiap minggu aku dapat laporan kalau suruhan mertua kamu masih standby di depan butik. Padahal udah lima bulan kamu nggak kelihatan di butik." Hana datang dari arah dapur dengan membawa cemilan buah untuk sahabatnya.
Nadhira tidak menyahut apapun, tangannya masih fokus merapikan beberapa perlengkapan bayi yang diberikan oleh Hana tadi. Selain menjadi orang yang selalu ada untuk Nadhira, Hana juga sangat perhatian terhadap kandungannya. Dia beruntung memiliki sahabat seperti Hana.
"Ra, kamu yakin nggak mau bicara sama Mas Wira? Aku takut kalian cuma salah paham."
Nadhira menghentikan gerakan tangannya. "Han, aku udah nggak mau bahas ini lagi. Mas Wira juga kayaknya udah bahagia sama Mbak Jeanice. Aku hanya ingin hidup dengan tenang tanpa menjadi penghalang bagi siapapun."
Pada awalnya, Nadhira sempat berpikir untuk memberitahu Wira akan kehamilannya dan alasannya pergi. Namun, beberapa unggahan Jeanice di media sosial wanita itu, seakan mengingatkan Nadhira bahwa tindakannya sudah benar. Lagipula, selama ini tidak ada tanda-tanda bahwa Wira mencarinya. Hal itu sudah membuktikan bahwa Wira memang tidak peduli dengan kepergiannya, bukan?
Tiba-tiba suara mobil terdengar di depan. Sudah bisa ditebak siapa pemilik mobil itu, siapa lagi jika bukan Reza Danar Sanjaya yang sekarang sudah berdiri dengan senyum berlesung pipitnya di depan Nadhira dan Hana.
"Ra, aku ada titipan dari Mbak Maya buat calon bayi kamu. Dia baru pulang dari Jerman, katanya lihat baju-baju bayi terus inget kamu." Reza datang dengan membawa dua paper bag ke arah Nadhira dan Hana.
Sebenarnya, Nadhira sudah berulangkali memberitahu Reza untuk tidak terlalu sering datang menemuinya. Namun, alasan pria itu yang mengatakan hanya bertindak layaknya seorang kakak, membuat Nadhira tidak bisa menyangkal apa-apa lagi.
"Nggak bawain oleh-oleh buat aku juga, Kak?" tanya Hana dengan kekehan.
"Aku cuma bawa makanan sama susu buat ibu hamil. Kamu emangnya mau, Han?" tawar Reza mengeluarkan satu persatu bawaannya untuk Nadhira.
Hampir setiap hari, ketika pulang bekerja Reza akan menyempatkan untuk datang memberikan berbagai makanan dan susu ibu hamil untuk Nadhira. Walaupun, Reza sempat terkejut mendengar kabar kehamilan wanita yang dicintainya ini pada awalnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Reza mulai ikut menyayangi calon bayi dalam kandungan Nadhira. Bolehkah Reza mengambil sedikit demi sedikit kesempatan dalam situasi rumah tangga wanita itu sekarang? Dia akan menerima Nadhira apa adanya dalam kondisi memiliki seorang anak sekali pun.
"Kak Reza nggak malu apa beli susu ibu hamil terus," tanya Nadhira dengan kekehan.
"Aku paling ditanya berapa usia kandungan istrinya. Ya, aku jawab sesuai usia kandungan kamu, Ra. Itung-itung latihan jadi suami perhatian, kan." Reza masih sibuk menyusun makanan di atas meja dengan santai seolah pernyataanya barusan tidak menimbulkan reaksi bagi Nadhira.
"Kak Reza ingat, kan perkataan aku," ucap Nadhira mengingatkan.
Reza mulai menatap wanita itu lekat. "Nggak boleh, ya, aku berharap sedikit aja, Ra? Kamu nggak mau kasih aku kesempatan?" Pertanyaan yang sempat membuat keadaan hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Cinta (Wall Of Love) - END
SpiritualWira Arya Abimana, mencintai Jeanice Olive Pratiwi dengan segenap hatinya. Demi wanita itu dia berusaha menerjang dinding pembatas yang amat besar karena perbedaan keyakinan. Bahkan ketika sang ayah menjodohkannya dengan Nadhira Shakila Putri, Wira...