Alo guys... Walcome to my cerita...
Ini karya gue yang sekian kalinya wkwk.
Jan lupa follow,vote and komen...
-
-
-
-
Terkadang tak perlu ada luka untuk bahagia, terkadang air mata tidak dapat menggambarkan bahwa kita tengah dalam keterpurukan...🕊️***
Terdengar suara tangisan seorang anak laki-laki yang tengah di siksa sang Papa di tengah hutan. Anak laki-laki itu menatap kembarannya dengan wajah sendu, saat tangan dan kakinya diikat di dua tiang.
"Papa... lepasin Arvin Pah... Arvin mohon... Arvin gak ngerusakin mainan Bani pah..."
"Diam kamu anak Haram! Bisa-bisanya kamu berbohong sama Saya!?"teriak Papa sambil mengambil cambuk dan memukul tubuh putra pertamanya dengan keras.
"Sakit Pah.."rintihan anak itu sambil menatap kembarannya yang terlihat tersenyum mengembang menatap penyiksaan yang di lakukan sang Papa terhadapnya.
"Julurkan lidah kamu!"teriak Papa membuat Arvin menggeleng.
Tubuhnya sudah tak berdaya apalagi banyak bercak-bercak merah di baju anak laki-laki berkulit setengah albino.
"Sakit pah.. dengerin Arvin dulu.."tangis Arvin namun tak di gubris Papa.
Pria yang berumur hampir 48 tahun ini menarik paksa lidah anaknya dan membelah menjadi dua.
"Arghh... aaahhhh..."tangisan keras mengeringi darah yang mengalir deras dari lidah anak laki-laki berumur 7 tahun itu.
Wajah yang memerah dengan air mata mengalir deras, hatinya begitu sakit saat mengetahui bahwa dirinya adalah anak yang tak di inginkan.
Tubuh ringkih itu diturunkan Papa dengan wajah datar Papa meninggalkan putra pertamanya bersama saudara kembar Arvin yang terlihat begitu bahagia.
Arvin meringis sejadi-jadinya dengan raut wajah yang begitu mendalam.
"Papa gak sayang Arvin.. Papa benci sama Arvin.. Arvin benci sama Bani... Bani jahat.."tangisnya sambil membenamkan wajahnya di antara dua kaki yang ia lekuk dan melingkarkannya dengan tangan.
"Bibi... tolongin Arvin... tolongin Arvin Bi... Arvin pengen pergi.. gak ada yang sayang sama Arvin... Papa jahat sama Arvin Bi..."tangis Arvin merasakan dadanya yang sesak.
Anak itu menangis sejadi-jadinya merasakan hawanya yang begitu mendukung untuk mengutarakan isi hatinya.
Angin berhembus kencang hingga membuat anak itu semakin berkaca-kaca.
"Arvin benci sama Bani... Arvin benci... Arvin benci... Papa jahat... Papa gak sayang sams Arvin... Papa gak sayang... Arvin anak haramm... Papa.."tangisnya semakin menjadi-jadi.
Setelah mereda, ia berjalan dengan lemas menuju rumah dengan raut wajah hampa serta baju yang sudah di penuhi oleh darah luka siksaan sang Papa.
Arvin hanya ingin pergi namun ia tak tau arah tujuan hidupnya nanti, ia hanya tau tempat teraman adalah rumahnya ya.. walaupun itu tak sedamai apa yang orang lain kira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Arvin (Brokenhome)
РазноеHarta tak mampu membayar kebahagiaan, harta juga tak mampu membayar rasa cinta yang tak pernah di tunjukkan. Mungkin orang akan mengira jika harta adalah segalanya, dan menjadi anak orang kaya adalah impian terbesar semua orang. Cowok bleste...