Segera saja, San menarik Jongho keluar dari balik pintu kamar dari apartemen tersebut, setelah hasil dari tampaknya dirinya—mereka—membuat Nagyung menangis tak menyakitkan. Dari dalam kamar tersebut, Saerom pun ikut keluar dan hanya Jihyun yang menemani.
Saerom tersenyum tipis, pada San dan Jongho—merasa tak tahu harus mengatakan apa setelahnya.
Selagi San, walau dengan keadaan terluka, menjilat bibir bawahnya, untuk menepuk punggung Jongho. Kemudian San jelas menghadap pada Saerom, untuk memastikan keadaan. "Jadi, Nagyung gimana...?"
"Nagyung diam-diam pakai laptop nyari informasi. Nagyung khawatir sama Hongjoong walaupun Tante Jihyun pun udah bilang, kalau Hongjoong baik-baik aja dan gak ada satu pun dari mereka bakal masuk penjara." Saerom menjelaskan, dengan perasaan bersalah, sebelum mendesah pelan. "Tapi Nagyung juga nyari pencarian lain. Entah apa yang dia dengar, tapi Nagyung banyak cari tentang... kalian tau, forum-forum dewasa yang ngomongin dia, edit foto dia... telanjang. Sekarang, Nagyung sering bilang kalau... ah... entah, sakit sekali. Salah gue gak bisa jagain dia..."
"Laptopnya udah diambil?"
Pertanyaan khawatir Jongho dijawab anggukan oleh Saerom. "Semua akses keluar udah dicabut. Lagipula, sejak pulang tadi pagi, Nagyung juga terus di kamar. Gak berani keluar."
San sedikit melirik pada Jongho.
Sedangkan Jongho, menarik napasnya cukup panjang, dalam pasrah. "Mungkin kami pulang aja kalau gitu."
"Gak apa." Saerom tersenyum tipis. "Gue tau kalian pasti panik, butuh kabar juga. Di sini juga gak apa-apa. Kita ngumpul di luar kayak gini."
San agak menggigit bibir bawahnya. "Serius gak apa? Soalnya Tante Jihyun juga bilang, kalau Kak Saerom butuh bantuan untuk ngurus komplain, pengembalian dana dan sebagainya. Jadi, kami memang niat datang untuk bantu juga."
"Gak perlu repot. Gue udah dibantu; kalian istirahat aja."
Jongho langsung menggelengkan kepalanya. "Justru Kak Saerom yang istirahat. Biar kami yang bantu. Ini sudah berselang hari, orang-orang pasti butuh lebih cepat."
Tiba-tiba saja, terdengar ketukan di pintu utama. Ketiga perhatian langsung teralih. Saerom melewati keduanya, sembari tersenyum kemudian.
"Bantuan udah datang."
San dan Jongho memutar tubuh, untuk melihat ke arah pintu yang kemudian Saerom buka tersebut. Alangkah terkejutnya, saat San dan Jongho melihat, ada satu dari dua yang diketahui keduanya.
Ya, belum benar-benar mengenal, namun sudah tahu.
Keeho Gumarasetya, datang masuk ke dalam sembari membawa sebuah paper bag cukup besar dari merek roti terkenal, BreadBun and Coffee. Keeho sendiri agak terkejut, yang membuat dirinya mendekat lebih dahulu, pada dua sosok itu.
"Kakak gue aman, 'kan?" Keeho langsung memastikan cepat. "Emang agak anjing, gak ngasih tak adiknya pindah ke mana tepatnya. Katanya buat lindungi The Overload—sialan."
Jika Mingi memang tak memberitahunya, maka San dan Jongho akan mengikuti.
"Mingi baik-baik aja. Telepon aja."
Saran dari San dibalas dengusan olehnya. "Di-reject. Katanya waktunya gak tepat. Tai."
"Razor, ayo hentikan bicara kasarnya. Apalagi di sini, kamu sudah janji. Nagyung pulang hari ini, 'kan?" Satu sosok yang tersenyum, masuk ke dalam dengan menutup pintunya, meminta Saerom untuk mundur saja. Lelaki itu membawa satu tas laptop, yang membuatnya berjalan ke arah meja, seperti sudah terbiasa, tetapi terhenti sesaat ketika melihat San dan Jongho.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanficTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023