Octagon 3 - 37 : Terurai Berurai

247 33 54
                                    

Dalam erangan pelan, San membuka matanya, mendapati cahaya begitu terang mengusiknya. San sama sekali tak ingat kapan dirinya tertidur, namun yang pasti, ia berbaring di atas sofa, sendirian.

Selagi Eunwoo tampak tertidur juga bersama Saerom, duduk berdampingan di karpet, dengan sandaran sofa lainnya.

Hanya saja, yang membuat San terbangun bukan hanya cahaya, tetapi wangi dari sebuah masakan, yang memanjakan indra penciumannya. Sehingga San mengerjapkan mata, dan disadarinya bahwa ada tiga sosok di area dapur, tengah memasak tanpa membuat banyak suara.

Adalah Jihyun, Jongho dan juga Keeho.

Tampaknya Jongho dan Keeho hanya melakukan yang disuruh, karena sepenuhnya Jihyun-lah yang mengendalikan suasana. Tak terlihat adanya Nagyung—sepertinya sosok itu sangatlah terpuruk.

Jika bisa, San ingin bicara.

Sudah secara naluriah, San ingin selalu memastikan orang-orang di sekitarnya baik-baik saja.

Perlahan San terbangun, sembari sedikit menguap. San berjalan perlahan, memastikan agar Saerom dan Eunwoo tak terbangun, lalu berniat bergabung dengan ketiga lainnya.

Jihyun melihatnya, langsung menghampiri dan tersenyum lembut. "Desan, ayo cuci muka dulu. Sebentar lagi matang."

"Ah, iya Tante." San tersenyum pelan, merasa hangat, mendapati sosok Ibu lagi di sekitarnya. San tak ingin memikirkan bahwa perlakuan baik dari Jihyun lantaran dirinya dicelakai oleh anak lelakinya. San akan menganggap bahwa, Jihyun memang sosok Ibu pada umumnya—lembut dan perhatian. "Jadi, gak ada yang bisa San bantu, Tante?"

"Gak perlu." Jihyun mengusap kepala San secara hati-hati menggunakan tangan kirinya, lalu mengedik, pada kamar mandi luar di dekat dapur. "Ayo sana. Kalian sudah bekerja keras semalaman. Sekarang istirahat dulu sebelum melanjutkan chat yang baru dibalas dan belum tuntas. Tapi jangan berisik, kasihan Saerom dan Eunwoo. Mereka paling berusaha keras."

Mendengar itu Keeho langsung mengangguk sambil mengambil salah satu potongan apel yang tengah Jongho tangani. Langsung menyuapkannya ke dalam mulut sendiri. "Iya, tuh. Padahal kami ada latihan nanti siang tapi Bang Eunwoo ngeyel disuruh tidur lebih cepat. Biasa, caper ke calon ayang."

"Calon ayang." Jongho tak sengaja terkekeh, sebelum agak menampar punggung tangan Keeho yang hendak mengambil potongan apel lainnya. "Itu bantu siapin piring."

"Dih, males gue." Keeho mendengus, sebelum tersadar dan melirik Jihyun. "Eh maaf, Tante. Bukan males. Ini si Jongho rese banget. Males gue manggil beliau Abang."

"Beliau..." Jongho melirik dengan datar, agak sinis.

Tetapi Keeho langsung menjulurkan lidahnya. "Gue manggil Nagyung pakai nama, jadi manggil lo juga samain aja. Orang beda setahun doang, jangan jadi diktator."

"Kok diktator?" Jongho membalas bingung.

Sedikitnya San terkekeh, kemudian teralih pada Jihyun kembali yang melihatnya, lalu tersenyum. "Kalau gitu, San ke kamar mandi dulu, ya, Tante. Nanti San bantu tata piringnya."

"Anak baik." Jihyun tersenyum lembut. "Ayo. Nanti agak siangan, kamu antar Tante ke supermarket, ya? Kita beli bahan untuk masak, dan kebutuhan lainnya."

San hendak pergi, lalu mengangguk. "Oke, tapi nanti Nagyung sama siapa?"

"Saerom dan Jongho." Jihyun menjawab, melihat ke arah Jongho, sedikit iba. "Ibu juga baru tau kalau Nagyung dan Jongho sekarang berhubungan, jadi biar mereka bertemu. Sepertinya Nagyung sudah lebih tenang."

"Gue sama Bang Eunwoo mau balik soalnya, Sob." Keeho menepuk-nepuk punggung Jongho, agak kasar. "Salamin ya ke Nana. Bilangin, ge-we-es."

"Nana?" Jongho agak mengernyit.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang