Jongin yang mengenakan stelan rapi, dengan jas hitamnya, terlihat tengah berdiri di ambang pintu masuk utama ke ruangan dimana acara pernikahan teman wanitanya akan di selenggarakan. Salah satu tangannya menggenggam erat ponsel, kedua matanya menatap ragu ke arah dalam ruangan. Ia mengeratkan giginya, menarik nafas panjang sebelum melepaskannya. Sejujurnya ia tengah menenangkan diri sendiri, ia ragu untuk melangkah masuk lebih dalam dari ini.
"Oh ayolah Jongin! Sehun berbaik hati menawarkan diri, kau yang menolaknya dan kau yang menyesal? Kau benar-benar bodoh!" Gumam Jongin dalam hati, ia benar-benar menyesali pilihan untuk menolak tawaran Sehun. Ia seharusnya menerima saja tawaran itu, membiarkan lelaki tampan berkulit pucat itu menemaninya.
Saat Jongin akan melangkah masuk lebih dalam ke ruangan, sebuah tangan meraih pinggangnya.
"Apa kau pikir bisa memerintahku?" Bisik Sehun yang sudah berjalan mendampingi Jongin.
"Siapa kau berani memerintahku? Hmm?" Bisik lagi Sehun membuat jantung Jongin berdegup cukup kencang. Pasalnya mereka tidak pernah sedekat ini.
"Se- Sehun?"
"Hmm?" Saat Sehun menoleh pada pemuda dalam rengkuhannya, membuat wajah mereka cukup dekat. Selangkah saja Jongin salah bergerak, bisa - bisa ia akan mencium bibir lelaki ini.
"Kau terlalu dekat!! Kita bukan siapa - siapa!!" Elak Jongin mencoba melepaskan tangan Sehun yang masih memegang erat pinggangnya.
"Jadi kalau sudah bertunangan boleh dekat? Hmmm... Tenang saja, aku sudah menghubungi ayah, aku katakan padanya jika kau setuju untuk bertunangan denganku. Lusa acara kita, sayang." Sehun mengedipkan salah satu matanya membuat Jongin melebarkan mata.
"Yak! Jangan bercanda! Kau pikir--" ucapan Jongin terpotong saat Sehun semakin mendekatkan wajahnya, "Sepatah kata lagi, aku akan mencium mu disini.."
Jongin dengan segera menutup rapat bibirnya.
Sehun tersenyum puas, ia menggiring Jongin untuk masuk lebih dalam ke acara tersebut.
Jongin sedikit menyesali perasaan sedihnya beberapa menit yang lalu ketika melihat wajah Sehun. Kini wajah itu sudah berubah 180 derajat.
Acara pernikahan tersebut berjalan dengan lancar. Semuanya sesuai rencana para mempelai, tidak ada keributan maupun kesalahan yang terjadi.
Namun, sebuah keributan dimulai ketika salah seorang tamu menyapa Sehun.
"Bukankah anda Oh Sehun?" Ujar salah seorang wanita yang tampil glamour, Sehun hanya tersenyum sembari mengangguk.
"Anda Nyonya Y dari perusahaan Ye benar?" Jawab Sehun membuat wanita itu tersenyum lebar.
"Wah! Benar-benar pebisnis muda, kau mengingatku?"
"Tentu saja, anda beberapa kali hadir di undangan ayah saya. Suatu kehormatan bisa bertemu anda disini." Jongin memutar mata bosan mendengar ucapan Sehun ini. Pintar sekali merayunya orang ini, pikirnya.
Wanita itu berjalan mendekat, "Aku kemari dengan putriku. Apa kau mau aku mengenalkannya?"
Sehun tersenyum, ia menarik pinggang Jongin yang telah terlepas sedari acara di mulai. "Maafkan saya Nyonya, saya tengah menjaga perasaan seseorang untuk saat ini."
Wanita itu cukup terkejut, ia langsung beralih menilai Jongin dari atas hingga ujung kakinya. Membuat Sehun sedikit risih, "Nyonya, dia memang lelaki sama seperti saya. Jadi anda tidak perlu memastikannya dari atas hingga ujung kaki. Jika anda berkenan, lusa silakan hadir ke pertunangan kami."
"Apa ayahmu--"
"Saya rasa, perusahaan Ye sangat memerlukan modal untuk rencana pengembangannya. Jika anda keberatan dengan keputusan kami, mungkin saya juga akan sedikit mempertimbangkan lagi untuk melanjutkan rencana kerjasama kita." Putus Sehun segera.
Masalahnya tidak berhenti sampai disana saja, beberapa orang yang mendengar jawaban Sehun tentang pertunangan itu, segera menyebarkan berita tersebut. Kegaduhan pun di mulai, beberapa orang berjalan mendekati Sehun dan Jongin menanyakan kebenaran atas berita gaduh yang telah terjadi.
Tentu saja Sehun memberikan jawaban dengan santai, ia memberi semua jawaban atas pertanyaan para orang - orang yang kepo. Ia sama sekali tidak malu ataupun ragu saat memberikan jawaban, dengan salah satu tangan yang setia bertengger di pinggang Jongin.
Seorang panita pernikahan tersebut memberikan arahan pada Sehun dan Jongin untuk mengikutinya, mereka berjalan menuju sebuah ruangan untuk pengantin beristirahat.
Terlihat pengantin wanita telah duduk disana sendirian, Jongin melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat, membuat pegangan di pinggangnya terlepas. Sehun membiarkan Jongin pergi. Ia memilih duduk di salah satu kursi didepan ruangan.
"Maaf Sassy, aku membuat kegaduhan." Ujar Jongin begitu sudah dekat dengan si pengantin.
Wanita itu terlihat tersenyum, "Tidak apa Jongin, aku tidak menyangka kau seorang gay."
Jongin melangkah mendekat, namun Sassy seperti bergerak sedikit mundur. Ia memutuskan untuk tidak bergerak lebih dekat.
"Tidak seperti itu, itu--"
"Tidak perlu malu Jongin, bahkan ia juga mengatakan kalian akan bertunangan."
Jongin menghela nafas, "Sudahlah, selamat ya untukmu. Semoga penikahan kalian selalu di penuhi kebahagiaan."
Seorang wanita memasuki ruangan tanpa permisi, tentu Jongin mengenal wanita itu. Siapa lagi jika bukan ibu dari Sassy.
"Euh, sebaiknya aku segera permisi. Selamat ya Sassy." Ucap Jongin lembut, ia tak lupa berpamitan pada ibu wanita tersebut.
Jongin melangkah keluar ruangan, ia hendak menutup pintu rapat, namun suara ibu Sassy membuat dirinya mengurungkan niat itu.
"Bukankah itu Jongin? Dia gay?"
"Hmmm... Begitulah, aku benar-benar tidak tau jika dia gay. Benar-benar menjijikkan."
"Pantas saja dia tidak pernah tergoda denganmu di SMA." Imbuh ibu Sassy.
Sassy terdengar menghela nafas kasar, "Tapi beruntungnya lagi, dia tidak tergoda. Aku dengar rumor jika perusahaan ayahnya mulai melemah. Lagipula, keluarga tirinya itu benar-benar memuakkan."
"Tapi, lelaki yang datang dengan Jongin, bukankah itu Oh Sehun? Si pebisnis muda yang sangat sukses itu?"
"Benar! Argh! Seharusnya aku tau jika Jongin punya kenalan sekaya itu! Sial! Suamiku ini malah tidak ada apa-apanya jika dibandingkan Sehun itu!" Suara frustasi Sassy membuat Jongin semakin geram. Ia meremas gagang pintu rapat-rapat, mencoba menenangkan hatinya yang tengah menggebu-gebu untuk marah.
"Ah sudahlah! Lagipula, suamimu ini kan juga cukup kaya? Kau bisa berbelanja sesuka hatimu!!" Suara ibu Sassy terdengar bahagia, exited.
Saat ia berbalik, Jongin dikejutkan dengan Sehun yang telah berdiri di depannya. Sangat dekat hingga Jongin mencium aroma Sehun yang sangat maskulin.
Sehun memeluk Jongin, mengusap lembut punggung yang sudah tak bersemangat itu.
"Akan kubuat suaminya bangkrut." Gumam Sehun pelan, membuat Jongin tersenyum.
"Memangnya bisa?"
Sehun melepaskan pelukan, menatap Jongin yang meragukannya, "Kau tidak percaya?"
Jongin hanya terkekeh, "Tadi ada yang marah loh, lalu tiba - tiba dia datang sembari memelukku. Wuih, keren loh!" Sehun tersenyum seolah ingin menahan tawa yang lebar.
"Sebaiknya kita pergi atau mereka yang didalam mendengar kita." Ujar Jongin. Sehun mengangguk mengerti.
.
.
..T.E.B.E.C.E.H.
Ternyata gak secepat itu ygy 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (SeKai) (END)
Fanfiction"Aku tak harus memilikimu untuk mencintaimu." "Aku tak harus mencintai mu untuk memilikimu."