Neo International University, salah satu universitas yang terletak di kota Seoul dan merupakan salah satu jajaran universitas yang banyak diminati oleh calon mahasiswa dan mahasiswi. Baik itu di dalam maupun di luar negeri.
Lorong luas dan cukup elegan yang terletak di gedung seni yang merupakan gedung kebanggaan dari Neo University kini tengah dipadati oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang baru saja menyelesaikan kelas mereka. Termasuk seorang pemuda bertubuh mungil dengan wajah manisnya yang terkadang membuat beberapa orang keliru dalam memanggilnya.
"Renjunie~" panggil sebuah suara berat yang berasal dari sesosok pemuda bersurai biru, yang kini sudah merangkul akrab bahu sempit si pemuda pemilik nama Renjun itu.
"Jauh-jauh dariku, aku tau niat busukmu." Ketus Renjun sembari melepaskan rangkulan si pemuda bersurai biru, membuat Jaemin si pemuda bersurai biru mendengus kencang.
"Pikiranmu tentangku selalu jelek tau tidak?! Aku kan berniat mengajakmu mampir ke cafe baru di dekat kampus." Kesal Jaemin yang seketika membuat Renjun mengedipkan kedua mata bulatnya.
"Sejak kapan kau punya uang untuk mentraktirku ke cafe? Biasanya saja kau menumpang makan di rumahku?!" Sewot Renjun yang gantian membuat Jaemin membulatkan matanya.
"Itu kan karena masakan babamu enak sudah seperti restoran mahal!" Protes Jaemin dengan nada tidak terimanya yang mengundang dengusan kencang milik Renjun.
"Nye nye terserah saja, aku tunggu jam tiga di gerbang. Telat, aku pulang!" Putus Renjun yang kemudian beranjak pergi untuk memasuki kelasnya, meninggalkan Jaemin yang hanya dapat menggelengkan kepalanya. Heran dengan kelakuan sahabat mungilnya yang manis itu.
"Untung kau manis Njun." Gumam Jaemin yang kemudian beranjak pergi. Berbeda dengan Renjun, Jaemin sebenarnya sudah tidak memiliki kelas. Maka dari itu si pemuda Na memutuskan untuk menunggu si pemuda Huang di kantin gedung seni.
•
•
•Satu jam lebih Jaemin menunggu Renjun yang masih berada di dalam kelasnya, lama-lama ia merasa jenuh. Terlebih saat keadaan kantin gedung seni semakin lama semakin sepi karena beberapa mahasiswa yang sudah pulang dan beberapa masih berada di dalam kelas.
"Hhh, Huang Renjun kalau aku jadi kau aku sudah bolos daritadi." Monolog Jaemin. Ia dengan segera mengambil ponselnya dan menekan tombol kunci layarnya, iris tajam dan lentiknya seketika bertabrakan dengan layar ponselnya yang mengundang helaan nafas Jaemin.
"Masih jam setengah tiga, masa aku harus menunggu setengah jam lagi?!" Keluh Jaemin dengan nada malasnya. Sebenarnya ia paling malas menunggu seperti saat ini.
Karena rasa bosannya yang semakin menggebu-gebu, akhirnya Jaemin memutuskan untuk memainkan ponselnya. Bola mata berwarna coklat tuanya terlihat bergerak mengikuti ibu jarinya yang mengusap pelan layar ponselnya. Perlahan keningnya sedikit mengkerut saat mendapati sebuah web yang mengundang rasa penasarannya.
Terlihat asik dengan ponsel di tangannya, Jaemin tidak menyadari bahwa waktu sudah berlalu hampir tiga puluh menit. Ia bahkan tidak menyadari bahwa kini terdapat sesosok pemuda manis yang tengah berdiri di hadapannya sembari bersedekap dada.
"Aku bilang di gerbang! Bukan di kantin Na Jaeman!" Ujar Renjun dengan nada kesalnya yang membuat Jaemin terkejut dan mengusap dadanya.
"Kau ini kalau datang pakai salam dulu! Lagian sejak kapan namaku jadi Jaeman?! Kau mau adukan pada eommaku hah?!" Sewot Jaemin yang hanya dibalas putaran mata jengah oleh Renjun.
"Ck, ayo cepat!" Bukannya menanggapi ucapan Jaemin, Renjun malah beranjak pergi dengan wajah kesalnya yang membuat Jaemin berdecak kesal dan segera menyusul langkah si pemuda Huang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride
FantasyHidup atau mati, Renjun dihadapkan oleh dua pilihan tersebut. Hingga akhirnya ia memilih untuk hidup dengan menyerahkan dirinya pada sesosok iblis, membuatnya harus menjadi pengantin dari iblis. NOREN 🐶 × 🦊 Warn⚠️ BxB area! contain 🔞 Start : 5 N...