Octagon 3 - 38 : Bunga Matahari

265 35 40
                                    

"Jadi apa yang harus saya lakukan?"

Satu pertanyaan Hongjoong lontarkan, tepat pada Dongwook yang duduk di hadapannya. Tengah dengan santai meraih satu biskuit sebagai camilan yang disediakan, di kala dirinya meminta untuk bicara empat mata dengan Hongjoong, saat itu.

Rupanya, Dongwook memang ingin bicara padanya. Walau memang setelah ini, akan bertemu dengan Sarga—telah menyampaikannya pada Seungcheol.

Sehingga Hongjoong, hanya mengikuti alur, di ruangan tertutup tersebut.

Padahal, Hajoon sudah pernah memperingatinya; jangan pernah bicara dengan Dongwook di ruang tertutup. Ya, sudah pernah terjadi. Tak di ruang tertutup, tak hanya berdua, tetapi berakhir dengan Hongjoong merendah, bertumpu lutut, untuknya, demi menyelamatkan sang adik setengah darahnya.

Dongwook menggigit biskuit tersebut, memakannya santai, tanpa memutus tatapan dari Hongjoong.

Jujur saja, itu membuat Hongjoong agak cemas, dan tak nyaman.

"Belum ada. Sejauh ini, kamu sangat baik." Dongwook tersenyum padanya, kembali mengunyah biskuit pada potongan lainnya. "Sudah mengikuti alur, sudah mengikuti skenario untuk keselamatan dirimu, juga adikmu. Sebenarnya tak mengejutkan, namun kamu memang nakal sekali, pindah kemari secara tiba-tiba."

Secara samar, Hongjoong menjilat bibir bawahnya. "Kesimpulan dari mana, saya pindah?"

"Rahasia." Dongwook tersenyum, kali ini meraih cangkir teh miliknya, untuk menyesap pelan. "Bagaimana dengan hadiah pemberian dari saya, sudahkah kamu melihatnya?"

Agak mengernyit Hongjoong mencoba memastikan. "Kotak putih itu? Pisau, video, salinan percakapan dan... gigi...?"

Agak terkejut, Dongwook menaruh cangkirnya kembali. "Loh? Saya tak pernah menyangka, kamu tak teliti. Saya tau kamu ceroboh, tapi tak teliti? Bagaimana mungkin?"

Hongjoong langsung mengernyit heran, mencari di bagian mana dirinya terlewat.

Sedangkan Dongwook mengamatinya, dalam senyuman.

Hingga Hongjoong tersadar sesuatu, yang mampu membuatnya membulatkan matanya. "Buket... bunga matahari itu?"

"Akankah kamu pulang untuk melihatnya?"

Hongjoong terkejut; tak tahu apapun.

Apa yang terlewatkan darinya? Apa yang membuatnya tak bisa mengetahui hal di sana? Ada apa... apa yang Dongwook coba tunjukan?

Tiba-tiba saja Dongwook berdiri dari duduknya. Dongwook berjalan, mendekat sembari memperbaiki dasi yang dikenakannya.

Setiap langkahnya membuat Hongjoong menelan ludah—rasanya, sosok Dongwook lebih mengerikan dari Hajoon, pertama kali melihatnya.

Benar adanya, posisi ketua 25, penentu banyak hal krusial tersebut.

Lantaran, dengan adanya Dongwook berdiri menghadapnya kemudian, Hongjoong langsung menegang. Secara lurus, duduk diam, dengan wajah yang terangkat.

"Jangan pulang." Satu ucapan, Dongwook ucapkan sembari menyentuh dada Hongjoong tanpa memutus ikatan tatapan. "Jangan pulang sampai pertemuan yang Sadewa akan buat, tanggal 30 nanti."

Hongjoong tak berniat pulang.

Terlebih, Seungcheol mengatakan bahwa pertemuan ini akan dihadiri oleh pihak-pihak yang berlawanan dengan sang Ayah, di lingkaran dalam.

Hongjoong harus tahu...

"Kasus kamu aman, benar-benar aman, tapi saya merasakan sesuatu, bahwa ada pihak lain, yang mulai tahu kebenarannya."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang