Author pov."Mama liat adek Luca nakal! Adek narik rambut kaka! Aaaak" Pekik Ella putri Jenlisa yang kini menginjak usia tujuh tahun.
"Dadda! Adek Luca ga mau lepasin rambut kaka aaaah" rengek Ella mencoba melepaskan tangan Luca bocah nakal berusia tiga tahun.
"Xixixii kak El kacian banget cih. Xixixi" Luca terkikik di atas penderitaan kakaknya.
"Luca sayang.. jangan nakal nak, masih pagi loh ini" sahut Jennie dari arah dapur.
"Luca main cama kak El mah, Luca ga nakal kok" kata Luca.
"Bohong! Adek nakal mah, rambut kaka belum di lepasin" kata Ella.
"Lepasin nak, kasian kakaknya" kata Jennie.
"Ga loh Mama, Luca ga nalik lambut kaka El, kaka El bohong mah" Luca tersenyum jahat menatap kakaknya.
Ella memejamkan matanya, sudah amat kesal dengan kenakalan adiknya.
"Dadda!" Pekik Ella dengan kencang.
"Ssh, kenapa teriak-teriak nak, masih pagi" Lisa keluar dari kamar, menghampiri kedua buah hatinya.
"Luca narik rambut Ella!" Marah Ella.
Lisa menatap putranya, ia menggeleng begitu melihat tangan kecil Luca menarik-narik rambut kakaknya.
Lisa berjongkok, ia tersenyum dan dengan lembut memegang tangan Luca.
"Hei boy, ga boleh narik rambut kaka sayang, ga baik. Kaka itu perempuan, Dadda pernah bilang kan kalo tugas laki-laki itu-"
"Lindungin pelempuan dan ga boleh kacal cama pelempuan. Halus bica jagain kakak Ella dan Mama J, Dadda juga.." Luca melepaskan tangannya dari rambut Ella, ia menunduk dan memainkan jari kecilnya.
Lisa tersenyum lebar, menepuk-nepuk kepala Luca dan mencium pipi gembulnya.
"Pinter anak Dadda, sekarang Luca harus lakuin apa sama kaka El?" Lm
Luca mendongak, mata bulatnya berkaca-kaca menatap mata kucing kakaknya. Ia mendekati Ella, memeluk tubuh sang kaka lalu mencium tangannya.
"Maaf kak El, Luca nakal. Sowwy.." Luca mencebikkan bibirnya.
Ella menghela napasnya, mau semarah apapun dia pada adiknya, Ella tidak akan pernah bisa benar-benar marah karena Luca adik kesayangannya.
"Adek boleh nakal, tapi jangan naykitin kaka. Sakit" Ella mengusap air mata yang menetes di pipi Luca.
"Hmmp- maafin Luca kak El, Luca calah" Luca menenggelamkan wajahnya di perut Ella.
Ella tersenyum, ia menggendong Luca dan menciumi pipi gembulnya.
"Yasudah, janji ga nyakitin kaka lagi?" Ella memberikan jari kelingkingnya.
"Hiksss adek janji kak El" Luca menautkan jari kecilnya.
"Cengeng" Ella menyeka air mata Luca.
"Emmm" Luca malu dan menyembunyikan wajahnya di leher Ella.
Lisa yang melihat pemandangan itu merasa haru, ia mengigit bibirnya menahan air matanya.
"Hug Dadda" Lisa merentangkan tangannya.
"Dadda.." kedua anak itu.. tidak, ada bayi besar yang langsung berlari menubruk tubuh Lisa.
Hug
"Aku seneng anak-anak kita akur, kamu emang Dadda terbaik. I love you Dadda" Jennie si bayi besar mencium bibir Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
istriku musuhku S2 [Jenlisa]√
Fiksi Penggemar"sayang mimik" "mimik mulu" "noo! ini mimik Ella Dadda" kehidupan Lisa dan Jennie bersama Ella putri kecil mereka. dilarang plagiat cok! start : 12/02/23 end : 08/04/23 hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 17.