6.6

304 49 9
                                    

Jongin tengah duduk tegap di kursi ruang tamu rumah Sehun. Ia cukup gugup karena harus berhadapan dengan tuan besar Oh. Tapi sialnya, si pemilik rumah justru melarikan diri dengan pergi ke kamar. Lelaki si pembuat onar itu pergi dengan alasan tengah menerima panggilan dari perusahaan cabang di Swiss. Tapi si ayahnya ini justru mencegat Jongin yang juga ingin kabur.

Keduanya baru kembali dari acara pernikahan Sassy, cukup terkejut karena tuan Oh sudah duduk di ruang tamu dengan senyuman lebar.

"Jadi kau dan Sehun akan bertunangan?" Tuan besar Oh benar-benar tidak bisa menutupi kebahagiaan yang tengah ia rasakan.

"Eh? Itu..." Jongin bingung harus menjawab bagaimana.

"Pertunangan seperti apa yang kau inginkan?".

Jongin menghela nafas berat, jika ini tetap berlanjut, maka salah paham akan semakin berlarut.

"Saya--"

"Terserah ayah saja." Sehun datang dengan kaos hitam polos berkerah di padukan celana jeans panjang berwarna biru terang. Rambutnya tampak tak lagi serapi sebelumnya.

"Toh aku serahkan semuanya pada ayah. Itu kan masih tunangan. Jika peenikahan, maka aku ingin mengatur semuanya sendiri." Imbuhnya sembari mengusap rambut Jongin. Ia masih berdiri di belakang punggung lelaki yang tampak bingung itu.

Jongin ingin sedikit memutar tubuhnya, memprotes jawaban dari lelaki yang asal buka mulut itu. Tapi gerakannya tertahan karena Sehun memajukan tubuhnya, memeluk Jongin dari belakang sandaran kursi. Saat ini, tubuh Jongin terkunci dengan kedua lengan kuat itu.

"Tapi, sepertinya Jongin suka warna hitam. Tapi untuk sebuah acara bahagia, aku rasa, kita bisa memasukkan warna abu terang." Tambah Sehun yang kini meletakkan kepalanya tepat di atas bahu kanan Jongin.

Tuan besar Oh tersenyum lebar, "Kapan kalian akan menikah?"

"Tunggu!!" Jongin memberanikan diri, ia melepaskan paksa pelukan Sehun dan menyingkirkan kepala lelaki itu untuk menjauh, "Kita perlu bicara!" Ujarnya yang sudah berdiri menghadap lelaki itu.

"Ah, kalian berundinglah dulu. Ayah harus menghadiri undangan sekarang." Tuan besar Oh berdiri dari duduknya, ia sempat menoleh ke belakang sebelum benar-benar keluar dari rumah itu, "Jangan terlalu keras ya! Ingat, lusa acaranya! Aku akan segera menyebarkan undangan!"

Sehun masih menunjukkan senyumannya ketika melihat sang ayah pergi.

"Yak!! Sehun-ssi!! Aku belum mengatakan iya untuk pertunangan ini!!" Protes Jongin.

Sehun hanya mengendikkan bahunya sebagai jawaban. Ia melangkah meninggalkan Jongin yang terlihat benar-benar marah menuju dapur.

"Sehun!! Ayolah!! Kau tidak bisa memutuskan ini sepihak!"

Sehun masih tak bergeming, ia masih tetap melangkah menuju dapur, bertemu dengan para pelayannya.

"Buatkan aku minuman dingin!" Perintah Sehun pada salah satu pelayannya.

"Sehun!! Ayolah! Aku tidak--" ucapan Jongin terpotong saat Sehun melemparkan tatapan tajam.

"Tidak bisakah kau tenang sedikit saja?".

"Bagaimana aku bisa tenang disaat semua hal tentangku di putuskan secara sepihak?!" Jongin masih meninggikan suaranya.

Sehun menarik nafas kesal, bahkan tangan kirinya sudah mengepal di atas meja pantry, "Lalu kau mau apa?"

Jongin melangkah mendekat, "Aku tidak ingin sebuah hubungan yang di awali dengan main-main. Jika kau memutuskan untuk bertunangan denganku, maka terima aku sebagai calon pasanganmu! Bukan orang lain yang bisa kau manfaatkan sesukamu! Dan satu lagi, berhenti bertemu dengan para pelacur itu! Itu menjijikkan!"

HARAPAN (SeKai) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang