"Wah parah Lo pada mainnya!"
Ujar seorang lelaki muda atau bisa disebut pelajar, pada gerombolan musuh yang berdiri tegak dengan membawa senjata.
"Kenapa? Udah panas dingin aja Lo keliatannya. BTW, mana nih pak boss kalian?"
"Halah banyak cang-cing-cung lo! Lama-lama gue cincang!"
Keadaaan dilapangan basket yang terletak tepat dibelakang sekolah SMA Arjasa semakin riuh dan panas. Nampak sekali jika 2 kelompok yang menjadi satu-satunya penghuni disana tengah bermain 'sindir-menyindir'.
"Udahlah Ka! Hajar aja sekarang! Nunggu Angkasa darah tinggi gue lama-lama"
Teriak remaja dengan Hoodie hitam terpakai menutupi seragam putihnya pada teman satu gengnya yang berdiri diposisi paling depan.
"Enggak Van. Gue gak berani ambil keputusan selagi Angkasa masih bisa"
"Tapi kapan?! Lo mau mereka makin nambah bawa anggota?! Lo gak liat kita cuma bawa berapa anggota?!"
"Tenang woy! Jangan kebawa emosi! Musuh lo didepan!"
Keributan pribadi dari lawan membuat ketua geng di hadapan mereka tersenyum miring setelah melihat ada kelengahan. Dengan tanpa suara, jari telunjuk kanan lelaki dengan topi hitam itu terangkat tinggi. Semua atensi anggotanya menyatu dijari sang ketua. Menanti pergerakan disana. Dan tepat saat jari itu hendak bergerak,
"STOP WOI! ANGKASA DATENG!"
Sekarang, derum sepeda motor pemenang pusat perhatian. Jenis sepeda motor dengan warna navy itu memancarkan sinar lampu depan yang benar-benar menyorot dan menyilaukan mata. Membelah kegelapan jalan yang dilewatinya. Namun, sepertinya si pengendara jauh lebih menyamankan mata. Pria betubuh tegap dengan jaket levis berlambangkan perisai itu seolah sudah cukup untuk menggambarkan siapa dan apa posisinya didalam gengnya. Dia, Galaksi Putra Angkasa. Lelaki tampan dengan aksen wajah America yang benar-benar memukau. Jangan lupa tatapan tajamnya yang sayangnya dicintai banyak orang. Badan yang sempurna seukuran anak SMA menjadi salah satu alasan mengapa ia pantas mendapat gelar Most Wanted.
Tak butuh waktu lama, sepeda motor milik Angkasa terparkir apik diantara dua geng besar itu. Ia mengibaskan rambutnya yang berantakan akibat kencangnya ia berkendara. Tak tersirat emosi di mimik wajahnya. Seolah membuat lawan mengibarkan bendera putih itu hal yang sangat mudah.
"Masih ingat jabatan, lo?"
Angkasa tak menatap sang penanya. Justru kini ia sibuk mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi panjang dengan diameter berkisar 1-3 cm. Sebuah benda pemendek umur bagia siapapun yang memakainya. Vapur. Angkasa mematiknya pelan lalu mulai menghirup dan menghembuskannya pelan. Asap itu melambung santai ke udara. Lalu perlahan menghilang terbawa angin. Semua berlalu tanpa suara. Nampak sekali jika ia menjadi pusat perhatian. Merasa terabaikan, pria bertopi iu kini melangkah lebih dekat.
"Lo bisu apa gimana?!"
Kini nada bicaranya lebih tinggi. Mimk wajahnyapun tak setenang tadi. Namun, bukan jawaban yang ia dapatkan. Melainkan kepulan asap nikotin yang menampar wajahnya. Reflek, Rekla Astraja Mahendra memalingkan wajah dan menahan nafasnya. Mungkin ia takut terkena kanker paru-paru.
"What the fuck!"
Senyum miring terpatri apik diwajah sempurna Angkasa. Saat Raja sibuk dengan asap rokoknya. Dengan gesit Angkasa menurunkan standar sepeda motor ninjanya lalu mengeluarkan sebilah pisau lipat. Menodongnya tepat dileher Raja.
"Emang siapa yang mau Log Out duluan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Limits of LOVE
Teen Fiction"Haha, ternyata lo masih sayang, ya sama gue"-Galaksi Putra Angkasa "Sorry Sa. Lo salah. Bukan sayang, tapi rasa empati"-Vanilla Syabiena Chewita Ini kisah Vanilla Syabiena Chewita dan sang pujaan hati, Galaksi Putra Angkasa. Dimana Angkasa diberi d...