Di sebuah rumah mewah di Seoul, hiduplah sebuah keluarga kecil yang hanya terdiri atas seorang kakak laki-laki dan seorang adik laki-laki.
Mereka hanya tinggal berdua dirumah itu, orang tua mereka telah meninggal saat mereka masih kecil. Sang kakak bernama Mark Lee dan sang adik bernama Lee Haechan.
Kedua orang tua mereka meninggal di hari yang sama. Saat itu, saat malam hari ibu Lee bersaudara hendak melahirkan Haechan, sayangnya sang ibu mengalami pendarahan. Mau tidak mau Haechan harus dilahirkan dengan cara operasi sesar.
Tepat saat Haechan lahir, sang ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga Lee yang juga menunggu kelahiran Haechan tentu saja kaget mendengar kabar itu.
Mereka lalu menyalahkan Haechan, satu persatu dari mereka mulai membenci Haechan. Tidak dengan Mark Lee yang dengan mata berbinarnya menatap adik kecil yang masih digendong oleh suster.
Tangan kecil Mark menggenggam tangan Haechan yang tak kalah kecil.
"So cute ~" Mark tersenyum bahagia disaat semua orang menangis. Ini bukan salah Mark, dia masih kecil dan belum mengerti semuanya.
***
Sedangkan, sang ayah yang saat itu baru saja pulang bekerja. Bergegas menuju rumah sakit saat mendapat kabar jika istrinya sudah mau melahirkan.
Dia menjalankan mobilnya dengan terburu-buru dan tidak fokus tentunya. Hingga ia tidak sadar bahwa ada mobil truk yang melaju kencang kearahnya dan kecelakaan pun terjadi.
Mobil ayah Lee bersaudara terpelanting ke seberang jalan dan menabrak pembatas jalan. Mobil ayah Lee berasap, ayah Mark yang masih setengah sadar. Mencoba membuka pintu mobil yang ternyata terkunci.
"T...tolong," Suaranya lirih.
Darah mengalir dari kening ayah Lee, matanya sudah berat ingin terpejam. Tapi, dia takut. Takut, jika nantinya ia tidak akan bisa bangun.
"Ku...kumohon, aku ingin me...melihat anak ku."
Tapi, Tuhan berkehendak lain, ayah Lee kehilangan nyawanya dan mobilnya pun meledak.
***
Mark kebingungan melihat keluarganya menangis. Dia memandang dua gundukan tanah yang berada di depannya. Gundukan itu terdapat nama kedua orang tuanya.
"Noona... Eomma sama Appa kenapa dikubur?" Tanya Mark pada kakak sepupunya.
"Me...mereka hanya tidur, Mark."
"Kenapa harus didalam tanah? Dirumah kan ada tempat tidur."
"Mereka hanya lelah. Saat sudah besar nanti, kamu pasti tahu, sayang," Kakak sepupu Mark mengelus surai legam rambutnya.
"Ayo, kita pulang, Noona. Kasihan adik kecil sendirian dirumah."
Kakak sepupu Mark menatap kosong gundukan kedua kakaknya.
'Jangan khawatir, Ahjussi. Aku akan membalaskan dendam mu kepada anak itu. Aku tidak akan biarkan dia hidup dengan nyaman setelah berhasil membunuh Ahjumma.'
***
Mark dan Haechan saling menyayangi layaknya kakak dan adik pada umumnya. Namun, semuanya berubah saat hari itu datang. Hari dimana Mark mulai mengerti semuanya.
Tentang ibunya yang meninggal karena melahirkan Haechan, dan ayahnya yang meninggal juga karena ingin melihat Haechan.
Sejak saat itu, Mark mulai berubah. Dia mulai membenci Haechan karena hasutan-hasutan daripada keluarganya. Haechan yang tidak tau apa-apa tentu saja hanya bisa menangis.
Dia hanya diam saat Mark menyebut dirinya sebagai pembunuh, dan anak pembawa sial. Mark juga tidak segan-segan untuk menyiksa Haechan.
"Kau pembunuh! Berani sekali kau membunuh orang tua ku! Pergi kau dari sini! Aku tidak mau melihatmu lagi!!!!" Bentak Mark, melemparkan barang-barang yang ada dikamarnya kepada tubuh Haechan.
Haechan yang saat itu masih berusia 4 tahun, ketakutan, dia menangis, mencoba memeluk Mark. Tapi, Mark malah mendorongnya dan membuat dia terjatuh.
"Ku bilang pergi!!!!"
"Mark?!"
Mark terkejut, dia mengalihkan pandangannya kearah pintu. Itu kakak sepupunya Lee Min Ju.
Minju segera menghampiri Mark, dia menarik pelan Mark.
"Kenapa kamu berantakin kamar?"
"Mianhae, Noona. Tapi, dia selalu menggangguku!" Mark menunjuk Haechan yang menunduk. "Aku tidak suka berada di dekatnya. Dia pembunuh! Aku tidak mau berdekatan dengan pembunuh!"
Minju tersenyum miring. Ini yang ia inginkan, adik sepupunya itu membenci adiknya sendiri.
Minju menghapus air mata Mark yang juga mengalir seperti Haechan. Entahlah, Mark juga sakit melihat Haechan menangis. Tapi, rasa bencinya sekarang lebih besar dibanding rasa sayangnya.
"Jangan menangis. Tidak apa-apa jika dia tidak mau pergi. Mau es krim tidak? Ayo, Noona belikan."
Senyum Mark mengembang begitu saja, dia mengangguk. Lalu Minju dan Mark pun pergi dari sana meninggalkan Haechan yang terduduk di lantai.
Matanya memerah, pipinya juga ikut memerah akibat menangis. "Hiks...hiks. Eomma...Appa..."
Akankah Haechan kuat menghadapi hidupnya yang dipenuhi kebencian dari keluarganya sendiri? Atau dia tidak kuat dan memilih menyerah?
Semoga kalian suka
Jika, ada kesamaan dengan cerita lain mohon dimaafkan. Mungkin itu hanya kebetulanBtw, cerita ini hanya fiksi ya? Jangan dibawa ke dunia nyata...
Terimakasih, salam dari pacar Jaemin 🙏🏻😄
Voment juseyo ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sayang Hyung [HIATUS]
De TodoCerita seorang kakak adik yang awalnya saling menyayangi. Namun, sang kakak entah kenapa menjadi sangat benci pada adiknya. 'Kau pembunuh!' 'Kau bukan adik ku, dasar pembunuh!' 'Aku bukan pembunuh, Hyung...' 'Hyung...sakit.' 'Haechan~ah...bertahanla...