#6 Apa yang terjadi? ; Semi-Han POV

81 14 0
                                    

Aku tidak bisa berenang! Aku menahan nafasku agar air tidak memasuki paru-paru. Aku sangat berharap kepada Rhino kali ini, aku berharap dia menyelamatkanku agar tidak tenggelam.

Tapi dia benar-benar Rhino 'kan? Dia bukan Minho? Minho tidak bisa berenang. Rhino seharusnya bisa. Tapi bagaimana jika Rhino dan Minho merupakan orang yang sama? Sama saja kita berdua akan menemui ajal di dalam laut. Itu pilihan yang buruk.

Aku membuka mataku, anehnya mataku tidak merasakan perih akibat air garam. Penglihatanku begitu jelas, aku hendak berenang naik ke permukaan sebisaku. Namun aku tidak bisa menggerakkan kaki milikku.

Rhino berenang dengan gesit dan menggapai badanku. Aku melihatnya, aku melihat Rhino memiliki ekor. Ekor ungu yang berkilau karena cahaya bulan. Dan juga aku melihat bagaimana sepasang kaki milikku digantikan dengan sebuah ekor biru.

° ° °

"Sudah ku duga ada yang tidak beres! Sialan!" Rhino memukul tanah tepat di depan ku. Dia terus mengatakan 'tidak beres' 'aneh' 'tidak berhasil' dan kalimat-kalimat pertanyaan lainnya yang ditanyakan ke entah siapa.

Aku perlahan menjauhinya, selagi sempat. Berniat meninggalkannya. Aku tidak peduli jika parasnya seperti Minho dan suaranya begitu mirip.

Tapi peristiwa itu tadi ... membuatku terkejut. Bagaimana kami berdua memiliki ekor, menggantikan kaki kami. Ini adalah hal yang menakutkan.

"Mau kemana kau?" Dia menyadari pergerakan ku. Aku terperanjat, tidak berani bergerak lebih jauh lagi.

"T-tidak, jangan macam-macam. Jangan apa-apa kan aku lagi." Aku ketakutan, daripada menganggapnya dia itu mirip dengan Minho, aku lebih yakin sekarang bahwa dia lebih mirip monster dalam dongeng anak-anak.

"Hey, sepertinya kita harus membicarakan hal ini." Dia bangkit dan mendekatiku. Tidak, aku harus segera lari. Tapi hanya ada tebing di belakangku. Aku hanya bisa meraba-raba tanah, mencari-cari benda yang mungkin bisa menyelamatkanku dari monster duyung ini. Ada kayu!

"Jangan mendekat!" Aku menyodorkan kayu yang ku temukan tadi. Berharap dia ketakutan dan mundur.

"Kau pikir dengan ranting kayu rapuh seperti itu aku akan takut? Jangan bercanda." Dia menertawakan ku sialan! Kenapa tidak terpikirkan oleh ku tentang itu. Panas menjalar di pipi tembam ku, aku malu!

Dia berjongkok di depanku dan memegang ranting kayu yang ku genggam lalu membuangnya. Kaki ku melemas dan aku jatuh terduduk.

"Akan ku jelaskan padamu tentang apa yang terjadi."

°°°

Jauh dibawah permukaan laut sana. Tempat dimana manusia tidak bisa menggapainya, terdapat sebuah peradaban yang sama sekali tidak pernah disentuh oleh manusia.

Mereka disebut Mer-people. Yang artinya sendiri adalah orang-orang laut.

Sesuai dengan namanya, mereka ada dan hidup di laut yang satu pun manusia tidak bisa menjangkaunya. Hidup mereka tidak berkelompok, terpisah-pisah sendiri dan tidak mencampuri urusan antar sesama bangsanya. Mereka juga tidak berniat untuk menjadi terkenal atau mengenal sesama Mer-people. Bagi mereka itu tidak penting, karena mereka akan meninggalkan lautan seperti ambisi yang ditanam dalam pikiran mereka.

Ambisi ini disatu sisi merupakan sebuah anugerah, dan disisi lainnya adalah sebuah kutukan yang teramat pahit. Mereka jika bisa memilih juga akan mengabaikan ambisi itu, tapi apa daya? Itu merupakan suatu keharusan.

Mereka harus menukarkan ekor milik mereka kepada manusia yang diambang maut untuk mendapatkan sepasang kaki mereka kembali. Yang artinya adalah mereka sebelumnya juga seorang manusia.

Apabila pertukaran telah terjadi, seorang Mer-people akan menjadi manusia dan manusia akan menjadi Mer-people. Ambisi yang begitu kejam bukan?

Pada akhirnya manusia itu terlahir kembali. Terlahir dengan jiwa baru yang tidak akan pernah memahami jiwa lama mereka. Ingatan mereka menghilang sendirinya.

°°°

"Aku sampai sekarang tidak mengerti, mengapa semuanya berakhir seperti ini. Kau dan aku, terjebak dalam situasi yang begitu rumit." Dia menatap kaki milik ku dan kaki miliknya secara bergantian.

"Jadi ... Kau sengaja melakukannya kepadaku?" Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Setengahnya iya, dan setengahnya tidak. Aku masih tergolong menyelamatkanmu dari malaikat kematian. Kau tau? Telat sedikit saja nyawamu mungkin akan melayang." Dia menatap lurus ke mataku.

"Minho." Tanganku memegang pipinya.

"Aku percaya padamu. Maaf telah membiarkanmu kesepian selama ini." Aku menatap matanya penuh kesungguhan.

"Tidak, maaf. Jika kau memang mengenalku sebelumnya, aku sungguh meminta maaf tidak bisa mengenalimu." Dia memalingkan pandangannya dari ku. Dia tidak kembali lagi menatap mataku.

"Daripada itu .. aku jadi penasaran. Berarti dua tahun yang lalu kau ciuman dengan seseorang? Sungguh keji sekali kau berciuman dengan orang lain disaat kau sendiri memiliki pacar." Aku bergurau, tapi Minho nampak panik.

"T-tidak .. bukan begitu maksudnya, eh iya berciuman tapi tidak begitu!" Matanya bergerak menatap ke penjuru arah tapi tidak berani menatapku. Suasana seperti ini ... sudah lama tidak ku rasakan.

"Minho, aku hanya bercanda hahahahaha!"

>>> #7 Kembali ke realita

Yeux Violets [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang