[SATU]
KETIKA mobil berwarna putih itu berhenti tepat di depan sebuah gedung tak asing itu, hembusan napas panjang nampak terdengar dari arah seorang gadis yang kini tengah sibuk menggigiti bibir bawahnya.
Serangan panik itu kembali hinggap, sangat tidak menginginkan keberadaannya di tempat terkutuk ini. Berdoa agar dirinya bisa menghilang sekarang juga, meskipun dirinya mengetahui kalau hal itu tidak akan pernah terjadi.
"Kenapa gak turun?" melihat anak semata wayangnya hanya terdiam sembari memandang keluar jendela, pertanyaan itulah yang akhirnya terlontar.
Pertanyaan yang secepat kilat mendapatkan respon dari anak gadis satu-satunya itu, terlihat menolehkan kepala ke arahnya sembari tersenyum kecut dengan bibir yang pucat.
"Mama langsung ke bandara?" memilih untuk mengalihkan perhatian Emma—Mamanya, dirinya memilih untuk bertanya.
"Iya, Mama langsung ke bandara. Papa juga udah dijalan." jawaban yang membuat lawan bicaranya itu mengangguk mengerti.
"Yaudah, Elsa berangkat, Ma." tidak ingin membuat Emma, semakin curiga dengan sikap anehnya, akhirnya gadis bernama lengkap Elsana Kiantara itu mulai menggerakan tubuh besarnya.
Beranjak keluar dari dalam mobil yang dikendari oleh Emma sebelum kemudian berjalan ke dalam gedung besar dihadapannya. Gedung bernama 'Studana' yang sudah hampir setahun ini menjadi tempatnya untuk mendapatkan ilmu pelajaran secara 'special'.
Tidak jauh berbeda memang dengan pelajaran yang di ajarkan oleh sekolah pada umumnya, namun bedanya, ditempat ini hanya menerima maksimal lima belas murid di dalam satu kelasnya. Belum lagi para master, sebutan untuk guru-guru hebat dalam perkumpulan ini, akan mengajarkan semua materi secara detail.
Tidak akan pernah lanjut pada pembahasan berikutnya kalau masih ada murid yang belum mengerti dengan materi yang tengah di terangkan. Bukan hanya mengajari materi yang biasa di jelaskan disekolah, namun Studana juga bertekad untuk mengembangkan keterampilan murid-muridnya, seperti keterampilan melukis, berenang, menulis, dan olahraga lainnya.
Tempat yang selalu di idam-idamkan oleh semua orang karna terkenal sebagai 'Tempat belajar khusus orang-orang yang memiliki banyak uang'. Memang ada benarnya, karna tidak sembarang murid dapat memasuki gedung ini, hanya orang-orang pilihan yang bisa.
Meski keagungan itu, tidaklah Elsa idamkan sama sekali. Ia rela harus bertukar tempat dengan ribuan orang diluar sana yang sangat ingin menimba ilmu di dalam neraka satu ini. Tidak akan pernah kembali ke dalam tempat perkumpulan iblis itu kalau saja Emma tidak memaksanya.
Sekali lagi, Elsa kembali menguatkan dirinya. Menunggu hingga lift yang dirinya naiki berhenti pada lantai tujuh, lebih tepatnya lantai yang dipakai sebagai 'tempat perkumpulan' para murid sebelum pelajaran dimulai.
Kedua tangan yang sudah terlihat gemetar dan dingin itu ia sempatkan untuk menyeka keringat yang membasahi dahinya. Membuat rambut ikal berwarna hitamnya kini sudah berubah menjadi lepek dan semakin acak-acakan. Belum lagi tambahan minyak yang menyapa wajahnya, benar-benar dapat dipergunakan untuk memasak kalau kata Bizzy.
TING!
Pintu lift terbuka tepat saat suara singkat itu terdengar, menghadirkan sebuah lorong dengan hiasan mewah di hadapannya. Lorong dengan ditemani lampu terang menderang yang akan membawa dirinya menuju sebuah ruangan yang pasti sudah dihuni oleh para iblis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatiful
Teen Fiction[NEW VERSION] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Elsana Kiantara. Seorang gadis biasa yang memiliki wajah dibawah rata-rata dengan ta...