Pasar malam

271 42 7
                                    

..
Napas Sasuke memburu. Ia turun dari motornya dengan perasaan yang sangat lega. Bayi Sakura yang daritadi memeluk lehernya dengan ketakutan pun kini tampak menangis. Tidak seperti kemarin yang kalau diajak balapan happy banget, kali ini Sakura tampak tidak menikmatinya. Seolah dia tahu kalau dirinya mau jadi bahan taruhan.

"Ssst, jangan nangis dong. Diem," kata Sasuke menepuk-nepuk punggung Sakura dengan lembut.

Kawan-kawannya segera mendekat. "Sasuke, Sakura ga papa?" Naruto menjadi orang pertama yang mengkhawatirkan bayi itu.

"Gpp, tapi dia malah nangis," jawab Sasuke masih menepuk-nepuk punggung Sakura.

"Utututu, anakku sayang, sini mamah gendong," ucap Karin mengulurkan kedua tangannya hendak mengambil bayi Sakura.

Bukannya tenang Sakura malah tambah heboh nangisnya. Karin jadi kecewa.

"Yaudah sih. Dia emang gak suka ama lo," sahut Suigetsu malah terlihat senang melihat adegan tersebut.

Tak jauh darinya, Neji membanting helmnya dengan kesal. "Bangsatlah! Kenapa hasilnya seri lagi?!!"

"Ah, sabar bang sabar." Hinata sebagai sepupu yang baik berusaha menenangkan abangnya.

"Untung hasilnya seri ya bro. Jadi Sakura masih aman," ucap Juugo merasa lega.

Sasuke mengangguk. Berhubung Sakura nangisnya nggak kelar-kelar, Sasuke pun berpamitan pulang.
..
.

"Udah dong. Jangan nangis," kata Sasuke bingung sendiri. Mereka udah sampai di rumah, tapi Sakura masih saja sesegukkan. Mungkin dia sedih dan kesal karena dijadikan bahan taruhan.

Sasuke juga sabenarnya menyesal menjadikan Sakura sebagai bahan taruhan. Ini semua gara-gara Neji yang memancing emosinya.

Sasuke pun berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menjadikan Sakura sebagai bahan taruhan lagi.

..
.

Waktu cepat sekali berlalu. Sasuke pada akhirnya lulus sekolah, lalu melanjutkan kuliah sambil kerja dan sebentar lagi juga wisuda.

Kini usia Sakura sudah menginjak delapan tahun. Sakura menjadi gadis kecil yang imut dan manis. Dia udah sekolah di kelas tiga SD.

"Papa bangun!" Sakura kecil menggoncang bahu Sasuke yang tertidur di sofa ruang tamu.

Sasuke membuka setengah matanya. Karena masih sangat mengantuk dia kembali memejamkan matanya dan berbalik memunggungi Sakura yang kini cemberut.

"Ish, papa ayo bangun! Temenin Saku main, pa. Saku bosaaaan!" Sakura tak menyerah ia menaiki sofa dan mendudukkan pinggang Sasuke sambil menggoncang bahunya lagi.

Sasuke menguap. Melirik Sakura yang masih duduk di atas pinggangnya.
"Mau main apa?" tanya Sasuke sambil menguap lagi.

Jam menunjukkan angka delapan malam. Setengah jam yang lalu Sasuke baru saja pulang kerja. Dia langsung tidur di atas sofa karena kecapean hingga kini Sakura malah membangunkannya.

Mereka berdua masih tinggal di rumah ortunya Sasuke. Kedua orangtuanya tak berubah. Masih berada di luar negeri. Mereka akan pulang setahun sekali. Begitu juga dengan Itachi. Tapi mereka masih suka mengirim uang tuk Sasuke dan Sakura setiap bulannya.

"Ayo balapan," jawab Sakura sambil tersenyum lebar.

Sasuke menggelengkan kepalanya. Semenjak Sakura diajak balapan waktu bayi, Sasuke tidak menyangka kalau hal itu malah membuat Sakura yang masih SD pun pengin ngerasain balapan lagi.

Memang kadang kalau ada balapan, Sakura selalu di ajak. Tapi cuman jadi penonton dan digendong oleh Naruto, tidak seperti saat bayi yang ngikut di motornya. Seiring berjalannya waktu Sakura jadi gak cengeng.

Baby SakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang