51. PENDERITAAN ITU BERAKHIR

432 25 0
                                    

Tak pernah berubah sejak tiga tahun lalu Kiara selalu menunggu angkot di tepi jalan setiap pulang sekolah. Mungkin hari ini adalah hari terakhir dirinya berdiri di tepi jalan seorang diri. Karena sekolahnya sudah libur tinggal menunggu hasil pengumuman. Namun sepertinya Kiara sudah ketinggalan karena tadi berpapasan dengan Seno yang ingin berpamitan padanya. Laki-laki itu sudah positif akan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri bersama Zio dan Aluna.

Kiara berharap selama Seno berada di luar negeri dia dapat melupakan segala yang terjadi di sini terutama yang berkaitan dengan Kiara dan masalah sekolah lainnya. Kiara termenung sembari melangkah pelan. Pikirannya melayang pada tiap-tiap kejadian bersama Seno. Bagaimana pun Seno juga salah satu orang terpenting di hidupnya. Seno yang memberi warna pada hari-hari kelam Kiara selama dua tahun lebih. Ketahuilah tanpa kehadiran Seno kala itu dunia Kiara sama mengerikannya seperti di masa SMP-nya.

Sama-sama mendapat kan amuk pukul dari ayahnya tanpa seorang pun yang memeluknya saat itu. Menghadap takut seorang diri tanpa usapan lembut di bahu. Dan itu sangat mengerikan.

Lamunan Kiara pecah ketika sebuah motor berhenti di sampingnya dan memanggil namanya. Kiara mengernyit menatap Aakash.

"Bang Aakash? Kenapa?"

"Abang antar yuk, Ki!" Aakash mengajak Kiara.

"Bang Aakash emangnya gak kerja?" Kiara bertanya sedikit ketus.

"Kerja. Tapi belum ada panggilan dari Ibu–eh.. Maksud Abang Kak Mia."

Kiara hanya mengangguk sembari melangkah meninggalkan Aakash.

"Ki.. Ki.. Tunggu! Abang antar." Aakash menahan tangan Kiara lalu pandangannya menelisik manik mata Kiara.

"Marah ya sama Abang?"

Kiara lantas menarik tangannya. "Enggak. Ngapain marah? Lagian kenapa juga Abang ada di sini? Udah gak ada urusannya kan sama Kiara?"

"Kiara juga pencuri. Gak takut uangnya di ambil, huh?!"

Aakash ganti memandang Kiara serius. "Naik. Abang mau bicara sama Kiara."

"Kalau Kiara gak mau?" Kiara menantang bersama perasaan kesal.

"Kiara, Abang bilang naik." Aakash menyuruh dingin. Kiara lantas tak berkutik dan mau tak mau pergi bersama Aakash.

Sepanjang jalan Kiara hanya diam dengan wajah cemberut. Hingga Aakash memberhentikan motornya pada sebuah taman di tengah kota wajah Kiara masih terlihat masam. Kiara meninggalkan Aakash di parkiran dan duduk di salah satu bangku yang terbuat dari beton tepatnya di bawah pohon rindang. Kiara membuka ponselnya. Menikmati udara sejuk dari daun yang bergoyang di atasnya.

"Abang ajak Kiara ke sini bukan untuk main hp." Aakash menarik ponsel Kiara setelah laki-laki itu menyusulnya dari belakang.

Kiara menatap Aakash kesal. Secepat mungkin dia menjawab ucapan Aakash. "Kiara gak minta ke sini dan gak mau di bawa ke sini!"

"Abang minta maaf, Ki." Aakash merendahkan suaranya dan berjongkok di hadapan Kiara yang saat ini menatapnya kesal.

"Abang ngapain? Berdiri gak?!"

"Abang mau minta maaf. Abang gak maksud nuduh Kiara waktu itu. Abang cuma bilang berdasarkan yang Abang lihat, Ki."

"Tapi Kiara bukan pencuri!!" Kiara membantah.

"Iya Abang percaya. Dan Abang salah Abang minta maaf."

Kiara menarik tangannya menjauh yang ingin di genggam oleh Aakash. "Abang bediri," suruh Kiara dingin.

"Abang minta maaf, Ki."

Gadis berjaket ungu itu lantas meninggalkan Aakash. Dengan sigap Aakash lantas berdiri dan menarik tangan Kiara agar tidak pergi darinya. Sepertinya Aakash terlalu kuat menarik Kiara hingga gadis itu masuk ke dekapan Aakash. Hal itu langsung Aakash manfaatkan dan segera menjelaskan pada Kiara agar gadis itu tak salah paham padanya.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang