Baru saja selesai, Hongjoong bersiap, dengan arahnya menatap, lekat pada cermin di kamarnya, walau ini hanya kediaman sementaranya. Hongjoong menatap dirinya, pantulannya, yang nyatanya sudah terbawa sejauh ini, tanpa siapapun bisa prediksi.
Sebelumnya, Hongjoong hanya remaja biasa.
Setelahnya? Hongjoong dikuasai banyak pihak berkuasa.
Baik dari darahnya, maupun dari pihak di luar darahnya sendiri.
Jikalau ini adalah akhir, Hongjoong mungkin akan berada bersama pihak yang menjadi pilihannya. Bukan pihak yang berada bersamanya, sejak dirinya lahir.
Karena benar adanya.
Ini jalan yang Hongjoong tuju.
Semuanya sulit hanya karena satu nama, tetapi dengan itu juga, Hongjoong akan memanfaatkannya. Untuk bebas. Untuk tak tersiksa sejauh ini.
Terkesiap dirinya, saat ada getaran panjang dari ponselnya di atas kasur. Hongjoong melirik dari cermin, posisinya terlihat, untuknya menahan napasnya sejenak, lalu membenarkan kemeja yang dikenakannya.
Hongjoong berbalik kemudian, untuk mendekat dan mencapai ponselnya. Panggilannya masih tersedia, jadi Hongjoong mengangkatnya.
"Kenapa, sayang?"
Ada suara napas terdekat, dari seberang. Hongjoong penasaran mengapa bisa demikian. Walau itu tak akan membuatnya mundur, dari jamuan makan siang, pun sebuah pertemuan yang akan dilaksanakan pukul satu siang, hari ini.
"Aku akan pula—"
"Hongjoong."
Bukan.
Itu bukan suara Seonghwa.
Hongjoong refleks menghentikan kalimatnya, ketika menyadari, bahwa yang membalas di seberang, menggunakan nomor itu, adalah San.
Ah, ya... ponsel Seonghwa masih bersama San, bukan?
"Hongjoong, dengar, Seonghwa ada di sini." San, di seberang sana, langsung menciptakan kesempatan untuknya, yang dirinya harap dapat diterima. "Gue bakal ngomong sesuatu. Lo dengar baik-baik."
Dalam diam, Hongjoong menjilat bibir bawah bagian dalamnya. Mempersilahkan. Memberikannya waktu—Hongjoong percaya, seluruhnya sudah tahu, di mana kediamannya sekarang.
"Tentang kakak perempuan Juyeon."
Barulah, Hongjoong tertarik.
Sebelumnya Hongjoong harus mulai menyusun narasi di kepalanya, pun sebuah balasan, jikalau San masih akan mempermasalahkan kebohongan yang dilakukannya.
Nyatanya, topik lain.
Topik baru yang belum terusut tuntas.
"Dia nelpon Juyeon, tadi pagi." San melanjutkannya walau tak mendapatkan balasan. "Rupanya, dia klaim bahwa dia punya bukti yang bisa memberatkan Ovu, memberatkan lo. Jujur, kami belum tau, apa itu."
Hongjoong terdiam.
"Jam tangan Dion, ada sama lo?"
Jam tangan...?
Sontak, Hongjoong membulatkan matanya. Hongjoong sangat ingat, dirinya mengamankan jam tangan tersebut, namun setelahnya Hongjoong tak sadarkan diri.
Kacamatanya ada...
Tetapi jam tangan itu...?
"Gak ada, ya?" San mencoba mengambil kesimpulan. "Antara jam tangan atau video lo, kami gak tau."
Sontak Hongjoong membalas, nadanya langsung naik. "Lo tau tentang video?"
"Kami gak lihat." San langsung menjawabnya. "Ovu ngasih tau, kalau ada video, berisi suara lo dan kejadian."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
Fiksi PenggemarTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023