My little brother and his friend

19 15 0
                                    

     Keluarga.
Sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan, hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, bahkan pengadopsian.

     Keluarga adalah penggenapan janji Tuhan. Tempat dimana kami mempraktekkan anugerah Tuhan kepada satu sama lain, tempat untuk bertumbuh, mengasihi, menerima perbedaan, kekurangan, dan saling mengampuni. Orang yang kamu nyaman berada disekitar mereka dan bisa menjadi diri sendiri.

     Keluarga menjadi tempat pertama ditanamkannya nilai-nilai agama. Keluarga sebagai tempat menyalurkan cinta dan kasih sayang. Keluarga menjadi tempat pendidikan seksual pada anak untuk seksualitas yang sehat dan berkualitas. Menjadi sarana yang baik untuk bertugas memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga.

     Tentu saja aku mempunyai keluarga. Dimana aku sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Seperti orang tua pada umumnya, orang tuaku bekerja. Abangku bernama Nandra sedang berada dipesantren, Noah sebagai adikku dengan selisih umur 3 tahun, dan adik perempuanku Alya selisih 5 tahun denganku.

     Namaku Nathan.
Aku paling dekat dengan adik laki-lakiku Noah, kami akrab selayaknya abang dan adik.. Noah selalu mengikutiku kemana-mana.

     Tapi entah mengapa saat umurku 14 tahun, Noah mulai menjauh. Anehnya, Noah selalu bermain sendiri. Aku pernah mengajak Noah main, dan dia membalas "Ntar aja bang, adek lagi main sama temen adek"

     Mata hitamku membulat dengan sempurna kaget, mendengar Noah membalas ajakanku. Main dengan teman? Tidak ada siapapun selain aku dan Noah diruangan ini. Saat itu aku membiarkan Noah..

     Sampai selang tiga hari kemudian.
Aku sedang memasak indomie untuk diriku sendiri, aku mendengar teriakan Noah dilantai dua. Jangtungku berdebar kencang, tidak ada siapapun dirumah selain aku dan Noah. Orang tuaku sedang pergi. Aku mulai panik, tapi aku sadar panik sekarang tidak akan menyelesaikan apapun! Aku harus cepat-cepat ke lantai dua menuju Noah berada.

     Sesampainya dikamar Noah, tanpa pikir panjang aku langsung mendobrak pintu kamar Noah. Terlihat air mata Noah mengalir, ia menangis histeris dipojok kasur.

     Pandangan kita bertemu.
Dengan wajahnya yang semakin panik, Noah teriak. "BANG!!! JANGAN DISITU BANG! AWAS BANG KE TUSUK!!" Siapa pun yang berada disituasi seperti ini pasti akan bingung dan panik.

     Aku menghampiri Noah, dan menghubungi Ayah dan Bunda. Meminta mereka untuk pulang ke rumah, dan menceritakan semua kejadian yang dialami kami tadi. Melihat kejadian ini, aku jadi bersyukur alya sedang menginap dirumah nenek.

     Mereka pulang.

     Ayah dan Bunda menatapku penuh makna.. Dengan wajah memelas. Ah.. Sungguh. Aku tidak paham, berusaha mencerna apa yang terjadi tadi dan sekarang.

     "Athan, ternyata kamu juga ngelihat ya?" Mendengar Bunda bicara seperti itu membuatku semakin tidak paham.

     Aku membalas.
"Maksud Bunda apa? Athan gak paham."

     Hening beberapa detik.
Kemudian Bunda langsung menceritakan semuanya, Tentang tingkah Noah yang aneh akhir-akhir ini. Noah ternyata akhir-akhir ini sering bermain sendiri, bicara sendiri, tertawa sendiri. Bahkan terkadang saat Ayah dan Bunda ingin duduk disamping Noah, Noah sentak melarang. Katanya ada teman Noah disampingnya, jadi Noah meminta Ayah dan Bunda duduk diseberang.

     Akhirnya ayah memanggil kenalannya yang paham hal seperti ini. Aku diam tanpa suara diatas sofa, menundukkan diri. Tidak berani menatap Noah yang wajahnya mulai panik

     Ayah dan bunda mulai menceritakan apa yang terjadi dengan Noah secara rinci. Setelah sesi cerita, kenalan Ayah meminta adikku Noah untuk mendekat. Ia juga meminta Noah menutup matanya, dan membuat diri Noah seolah-olah tidur.

     Saat Noah menutup matanya, telapak tangan kenalan Ayah langsung menutup kelopak mata adikku Noah. Dia seperti membaca ayat-ayat Al-Quran? Tidak tahu, aku kurang paham.

     Dan ternyata, dia itu sedang menutup mata batin Noah. Setelah selesai, Noah sentak menangis. Tidak sembarangan menangis, tangisannya itu sangat kencang

     Lagi-lagi aku hanya bisa menundukkan diri.
Akhirnya kenalan Ayah meminta Noah bercerita.. Seperti dia selalu bermain dengan siapa, bicara dengan siapa, dan lain-lain.

     Noah mulai cerita dengan air mata yang masih mengalir dipipinya. Noah bilang "Adek sebenarnya main sama temen Adek. Nama temen Adek itu Suci, dia anaknya baik banget. Dia selalu ngajak Adek main, waktu bang Athan sibuk main voli. Suci juga sering ngikutin Adek, kemanapun Adek pergi. Suci itu ibaratnya temen kedua Adek setelah bang Athan."

     Noah melanjutkan ceritanya.
"Suci juga selalu nemenin Adek tidur, nemenin Adek dikelas. Bahkan selalu ngelindungin Adek. Adek sayang banget sama Suci.. Disaat Adek bilang Adek sayang sama Suci, dia selalu diem aja sambil senyum. Waktu Adek sakit, dan dirawat dirumah sakit gara-gara asma adek kambuh, Suci nemenin Adek. Pokoknya Adek sayang banget sama Suci, Tapi sekarang Adek gak bisa ketemu sama dia lagi. Kalo dia pergi, Adek gak ada temen. Nanti Adek sendirian disekolah. Kak Athan kan sibuk voli sama sibuk les."

     Mendengar cerita anak kecil yang ialah Adikku itu, rasanya seperti dunia yang dipijak ku tak lagi sama. Ulu hatiku seperti ditusuk belati paling tajam di dunia. Kesimpulannya, Adik kecilku ini cinta berbeda alam. Rasanya aku ingin langsung meminta maaf.. Tapi tubuhku tidak bergerak.





     Saat malam hari, Noah sudah tidur.
Aku menghampiri kamarnya, melihat Adikku itu tidur. Aku hanya bisa meminta maaf dan menyesal, Andai saja aku tidak terlalu egois semenjak masuk voli. Mungkin Noah tidak akan merasakan patah hati seperti ini.

     Aku menatap wajahnya.
Jongkok disebelah kasur, menunduk, dan meratapi kesalahanku. Hanya bisa meminta maaf dengan tulus

     "Dek, maafin Abang. Abang egois ya? Padahal kalau Adek mau main, bilang aja ke Abang. Nanti Abang temenin kok. Kalau Adek mau jajan, bilang ke Abang, nanti Abang beliin. Dan buat yang namanya Suci, makasih udah mau nemenin Adekku. Sekali lagi, ku ucapkan terimakasih banyak."

     Dan semenjak kejadian hari itu, aku mulai sering bermain dengan Noah. Mengajak Noah bermain voli, jajanin dia, jalan-jalan, Aku tidak membiarkan Noah sendirian. Kedua orang tuaku kerja, jadi hanya kita berdua.





     Aku melihat Noah. Adikku itu diam, berdiri di depan jendela kamarnya. Aku baru ingin menghampirinya, tapi saat dia bicara.. Sentak langkah kakiku berhenti. Mata hitamku kedip beberapa kali. Aku diam, saat dia bicara-

     "Suci, apa kabar? Bang Athan sekarang jadi mau main sama Noah lagi. Bang Athan sekarang jadi lebih perhatian lagi. Sekali lagi, makasih ya udah mau jadi temen Noah."

     Ah.. Sepertinya itu terakhir kalinya adikku Noah bertemu dengan Suci.

🎉 Kamu telah selesai membaca My little brother and his friend [ONE-SHOT] 🎉
My little brother and his friend [ONE-SHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang