Lisa terdiam melihat Jevan yang berdiri di bawah pohon rindang, tepat di tengah area pemakaman yang sedang terik-teriknya namun angin musim dingin masih bertiup. Bagi Lisa pertemuan pertama setelah enam tahun mereka harusnya tidak di tempat 'berpulang'. Lelaki itu masih berdiri dengan kedua tangan di dalam saku coat hitamnya sembari memandangi Lisa dengan mata redup.
Masa lalu seperti kembali menyapa Lisa. Dulu Jevan adalah bahagianya, cinta yang pernah ia perjuangkan kemudian meluruh seiring dengan pahitnya perjalanan cinta mereka.
Perjuangan itu,
telah lama selesai.
Mereka berakhir dengan pahit dan kesedihan yang sangat menyakitkan.
Atau mungkin hanya Lisa saja yang rasakan.
Tersentak dari lamunannya Lisa kembali menegakkan kepalanya, menatap Jevan masih di posisi yang sama. Perempuan duapuluh tujuh tahun itu menarik nafas pelan, berusaha menetralkan gemuruh di dalam dada. Ia merapikan rambutnya yang diterpa angin, Seoul yang memasuki musim panas namun masih dihembus suhu musim dingin.
Lisa menunduk, memandangi batu nisan yang mengukirkan nama Ibunya. Menatap lama sebelum akhirnya ia melangkahkan kaki untuk berjalan keluar area pemakaman.
Tepat ketika ia melewati Jevan,
"Kamu tidak menangis."
Langkah perempuan itu terhenti,
ia menoleh menatap Jevan yang juga tengah menatapnya, sedetik kemudian mengalihkan pandangan ke depan.
"Aku sudah tidak menangis lagi."
Jevan hanya menganggukan kepalanya pelan, dan keheningan menyelimuti mereka. Lisa kembali melangkah setelah berpikir tidak ada yang akan Jevan katakan lagi.
Sedetik kemudian Jevan kembali bersuara menghentikannya,
"Bagaimana kabarmu?"
Lisa berbalik badan menghadap lelaki itu, menatap wajahnya yang terlihat semakin dewasa setelah enam tahun berlalu, tindik di bibir dan alis, bukankah Jevan sudah terlihat seperti mobster yang sebenarnya?
"Kamu tahu itu bohong jika aku bilang baik-baik saja,"
"tidak ada yang baik semenjak aku kehilangan anak kita."
Tangan Jevan mengepal di dalam saku coat, "Aku-"
"Mungkin lebih baik kita tidak bertemu lagi, karena nyatanya aku tidak akan pernah baik-baik saja setelah semua yang terjadi." Potong Lisa.
"Hidup yang aku jalani sekarang, perasaan marah dan sesal yang mengurungku sampai hari ini sudah bukan tanggung jawabmu lagi,"
"Enam tahun lalu, tepat saat kamu memilih meninggalkan aku, kita selesai."
"Aku bahkan tidak berani untuk berandai-andai lagi. Kita hanyalah masa lalu yang sudah lama aku tinggalkan di belakang, we're broken beyond repair." Ucap Lisa tanpa emosi, dan memalingkan wajahnya dari Jevan.
Jevan hanya diam melihat punggung kecil Lisa berjalan ke arah pintu keluar area pemakaman. Mungkin Lisa benar, they are broken beyond repair. Mimpi mimpi tentang kebahagian yang sering mereka bayangkan ketika masih remaja itu terasa sudah sangat jauh.
Jevan dan Lisa seperti sudah melewati satu kehidupan, mereka pernah ada di bagian paling membahagiakan, paling menyakitkan, lalu akhirnya memilih untuk berjalan sendiri dan tidak lagi menjadi alasan tertawa dan menangis satu sama lain.
Selama enam tahun Jevan berjalan sendirian di jalan yang sepi dan gelap tanpa Lisa.
❦
we're not who we used to be
we're just two ghosts standing in the place of you and me
trying to remember how it feels to have a heartbeat
(Harry Styles on Two Ghosts)
KAMU SEDANG MEMBACA
What if We Don't Make it Today? [lalisa x jjk]
Fanficwe're not who we used to be we're just two ghosts standing in the place of you and me trying to remember how it feels to have a heartbeat a fanfiction of lalisa x jjk