1

842 43 3
                                    




Mobil itu berbelok tajam ketika mobil hitam lainnya mengikuti tepat di belakangnya.

Gang sepi itu menuju sebuah jalan besar di tengah kota Seoul.

Dua buah mobil polisi menyusul mereka dan berpencar melewati jalan-jalan tikus.

Suara klakson bergantian memenuhi ruas jalan seiring dengan kejar-kejaran tersebut.

Sebuah pistol muncul dari sisi pengemudi mengarah tepat ke kaca depan mobil yang berada tepat di belakangnya.

Kaca mobil pun pecah diiringi dengan berputarnya mobil itu ke sisi jalan dan berakhir menabrak sebuah pilar besar di sisi jalan.

Ia melangkah keluar dan berteriak kesal. Darah mengalir dari pelipis dan menetes ke kemeja putihnya.

"Aku hampir mendapatkan orang itu kapten!"

"Hampir?"

"Maksudmu kau hampir mencelakai penduduk dan juga dirimu sendiri?!"

"Tapi kenyataannya tidak!"

Teriakan-teriakan itu terdengar hingga ke luar ruangan.

Para petugas terdiam dan mendengarkan dari meja masing-masing sambil sesekali berpandangan ngeri.


"Sudah cukup dengan kecanduanmu pada hal-hal yang memicu adrenalin Kim Seokjin!"

"Aku hanya melakukan tugasku kapten!"

"Kau dibebas tugaskan sementara. Tolong tinggalkan lencana dan senjatamu di meja dan keluarlah"

Seokjin tersentak. Ia menegakkan kepalanya dan membuang napas kasar.

"Kapten..."

"Aku hanya tinggal sedikit lagi" Suaranya berubah tenang.

"Tidak Seokjin-ssi....kau terluka"

"Aku menembaknya di kaki...dia tidak akan bisa pergi jauh"

"Kau menembaknya di sebuah apartemen penuh dengan penduduk sipil!"

Lagi-lagi Seokjin menegakkan kepalanya. Ia tahu bahwa itu adalah kesalahan.

"Kumohon kapten..."
"Beri aku kesempatan sekali lagi"

"Jin...."

"Kau sudah kuanggap anakku sendiri"

"Tolong serahkan saja kasus ini pada polisi"

"Tugasmu sudah selesai"

"Jangan lagi membahayakan dirimu"


"Aku janji tidak akan terulang lagi kapten"
"Tolong....beri aku kesempatan" Suaranya melemah.

Won Hae menghela napas panjang.

"Baik"
"Dengan satu syarat"

"Sebutkan" Seokjin tersenyum menatapnya.

"Aku akan memberimu seorang partner"

Seketika senyumnya memudar.

"Jin-ssi..."
"Aku tahu alasan kenapa kau tidak memiliki partner"

Wajah Seokjin mengeras.

"Stop. Baik. Berikan aku partner terbaikmu" Seokjin memotong kalimat sang kapten.

"Dan....kumohon jangan sampai masa laluku ini menyebar kemana-mana" Ucapnya pelan. Ia menunduk sambil berbalik dan keluar dari ruangan itu.

Setiap mata yang tadinya memandang ke arah ruangan kapten sontak beralih kembali ke layar komputer masing-masing.

ChasedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang