Seokjin menjauhkan paket itu dan mengisyaratkan para petugas untuk mengecek apakah ada penyadap di dalamnya.
Instingnya kuat.
Sebutir alat kecil diambil dengan hati-hati oleh Taemin dan diserahkannya pada Seokjin."Sial. Kenapa aku tidak menyadarinya" Ia menjatuhkan alat itu ke lantai dan menginjaknya hingga hancur.
•
•
•
"Lindungi aku. Aku tak bersenjata" Seokjin berbicara melalui earpiecenya.
Ia menyelipkan sebuah pisau besar berbungkus sarung kulit di pergelangan kakinya.
Mereka pun berpencar.
Beberapa unit dikerahkan untuk berjaga di sekitar pemakaman.
Namjoon terus mengamati daerah tersebut.
Pukul 10 malam.
Tak terlihat satu orang pun disana.Dari kejauhan ia melihat Seokjin memarkirkan motornya di depan gerbang dan memasuki area pemakaman tersebut.
"Tidakkah kau memiliki rasa takut Jin?"
Namjoon menggeleng pelan sambil terus memperhatikan pria nekat di lensa teropongnya.
"Aku disini!"
Teriakan Seokjin membuat Namjoon tersentak.
"Damn it Jin...kau membahayakan dirimu sendiri"
Khawatir akan terjadi sesuatu sebelum ia sempat mengejarnya, Namjoon keluar perlahan dari mobilnya dan berjalan mengendap mendekati pemakaman.
Tak lama seorang berpakaian compang camping menghampiri Seokjin dari belakang.
Napas Namjoon tercekat.
Ia meraih pistol sambil mempercepat langkahnya.Niatnya urung ketika gelandangan itu hanya meminta uang.
Seokjin terlihat berbalik dan memberi beberapa koin dari kantong celananya dan sebuah pukulan mendarat di belakang kepalanya.
Ia terhuyung ke samping sambil memegang tengkuknya.
Rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh membuat kakinya tidak dapat bertahan pada rumput di bawahnya.
Ia terjatuh.
Pandangannya kabur tapi ia berusaha tetap sadar.
Sebuah pistol terangkat mendekati Seokjin yang masih merayap mencoba menjauhi pria yang hanya berjalan pelan ke arahnya tanpa berkata apa-apa.
"Berhenti disitu!"
Pria besar itu mengangkat kedua tangannya dengan pistol yang masih digenggamnya.
"Jatuhkan senjatamu!"
Namjoon yang segera berlari setelah melihat kejadian itu kini hanya berjarak beberapa meter dari mereka.
"Jin lari!" Ia melirik khawatir ke arah partnernya.
Seokjin mengumpulkan kesadarannya dan berusaha untuk bangun.
Suara tembakan itu terjadi tanpa disangka.
Pria yang tadinya mengangkat kedua tangan itu dengan cepat berbalik menembakkan pistol itu ke arah Namjoon.
"Tidak!" Seokjin menjerit dan berlari menerjang pria itu.
Pistolnya terlempar dan dengan cepat ia mengambil dan melepaskan satu tembakan ke tengah keningnya yang tertutup topi. Pria itu jatuh terlentang.
"Namjoon!" Ia bergegas menghampiri rekannya yang tergeletak. Berlutut di sampingnya dan mengecek luka tembakannya.
Tak lama Namjoon bangun dan terbatuk memegangi dadanya.
Peluru itu mengenai rompi anti pelurunya.
"Always prepared" Ia tersenyum bangga dan mendongak pada pria yang berada di atasnya.
Wajahnya pucat dan khawatir.
Sorot matanya sama sekali tidak menunjukkan Kim Seokjin yang ia kenal.
Seokjin berdiri dengan cepat, berbalik dan berjalan dengan sempoyongan.
Dua orang polisi telah memindahkan jasad pembunuh itu ke dalam kantong mayat dan membawanya dalam ambulans.
Seokjin sedikit menunduk dengan selimut yang melingkar di tubuhnya ketika paramedis mengobati luka pukulan di belakang kepalanya.
"Kau baik-baik saja?"
Ia mendongak ketika melihat sepasang sepatu boots di depan matanya.
"Namjoon"
"Medis...tolong periksa dia"
Tangannya langsung menarik petugas itu ke arah Namjoon.Ia membuka rompinya. Dadanya memar karena tembakan itu sangat dekat.
Seokjin menatapnya tanpa ekspresi.
"Jin...Namjoon" Won Hae berlari kecil menghampirinya.
"Syukurlah kalian tidak apa-apa"
Keduanya hanya mengangguk."Jin..motormu sudah dibawa oleh Taemin"
"Namjoon akan mengantarmu pulang"
Lagi-lagi mereka mengangguk.
"Kau pendiam sekali Jin?"
"Kukira kau akan melawan" Won Hae menepuk lembut bahunya.
Namjoon yang menyadari hal itupun hanya menatap pria disebelahnya itu dalam diam.
Ia merasa ada sesuatu yang berbeda.
"Kepalamu masih sakit Jin?" Ia memecah keheningan.
Seokjin mengangguk.
"Pulang sekarang?" Tanyanya lemah sambil memegangi belakang kepalanya.
Namjoon refleks merengkuh bahunya dan memapahnya menuju mobil.
Pria itu tiba-tiba terasa sangat rapuh sekali dalam genggamannya.
"Jin-ssi..."
"Apakah kau berpikir sama seperti aku?"
Namjoon lagi-lagi memecah keheningan dalam perjalanan pulang.
"Ini terlalu mudah" Ia berpaling ke arah jendela menatap jalan.
"Hey..lukamu berdarah lagi" Namjoon yang menoleh ke arahnya menyadari perban di belakang kepala Seokjin berwarna merah.