6

242 31 0
                                    




"Damn it!"

Suara menggelegar itu mengundang beberapa polisi dan tentu Namjoon untuk memasuki ruangan Seokjin.

Sebuah kotak yang lagi-lagi berisi mainan kepala badut terguling berantakan di lantai sebelah mejanya.

"Pl..ay....w..it..h....me..."

Suara rusak itu menggema berulang-ulang.

Tatapan orang-orang di sekitarnya tegang.

Namjoon segera berjongkok menghampiri kotak tersebut.
Kotak yang sama persis dengan yang mereka terima sebelumnya.

Dengan sepucuk surat yang ditujukan untuk partnernya.

"Kau berbohong detektif Seokjin. Partnermu masih hidup. Mari kita lanjutkan permainannya"

"Masih hidup? Apa maksudnya?"

Namjoon menengok ke arah Seokjin yang sedang menatapnya.

"Kau mendapatkan sidik jarinya?"

Namjoon tengah berada di ruang forensik bersama Yoongi.

"Ini akan sulit. Jejaknya hampir tak terdeteksi"

Kotak dan surat itu tergeletak di mejanya.

"Detektif!"

"Seorang wanita ditemukan tak bernyawa di sekitar sungai Hangang" Taemin berlari tergesa-gesa menyampaikan kabar tersebut.

Keduanya pun segera menuju ke tempat yang dimaksud.

Seokjin sudah terlebih dahulu berada di TKP.

Ia meneliti keadaan korban. Sebuah sayatan melintang sepanjang ujung lehernya.

"Ahn Hyejin"
"Seorang polisi yang kebetulan sedang bebas tugas" Namjoon berjalan menghampiri Seokjin.

"Namjoon..." Seokjin mengangkat telunjuknya mengisyaratkan Namjoon untuk berhenti berbicara.

"Ia masih di sekitar sini..." Ia berbisik tanpa menoleh dan menunjuk ke arah mulut wanita itu yang terus mengeluarkan darah.

Namjoon ikut berjongkok di sebelahnya.

"Kejadiannya masih baru. Petugas kebersihan itu melihat Hyejin meminta tolong sambil merangkak"

"Ia langsung menghubungi polisi. Tapi sayang nyawanya tak tertolong" Matanya terus memperhatikan sekitar.

Para polisi masih berlalu lalang. Petugas medis telah siap untuk membawa jasad wanita itu ketika sebuah desingan halus terdengar. Peluru itu menyerempet lengan kiri Seokjin.


"Semuanya menunduk!"

Namjoon berteriak dan berbalik ke arah sumber tembakan.

"Jin!" Ia panik ketika mendapatkan pria tersebut tengah berlari mengejar seseorang.

Mereka menuju pepohonan dan terus berlari menyusuri rimbunnya tempat itu.

Para polisi ikut mengejarnya.

Suara tembakan terdengar samar.
Sekali. Dua kali.
Dan decit mobil pun mendekat. Orang itu berusaha kabur.

Namjoon memasuki mobil seorang petugas polisi dan mengikuti di belakangnya.

Berkelok menyalip beberapa mobil yang menghalangi jalannya.
Keadaan yang cukup ramai membuatnya tertinggal beberapa mobil di belakang.

Hari itu belum cukup larut untuk melakukan kejar-kejaran.

Sebuah motor sport pun melaju kencang tepat di sebelahnya dan menyusul dengan kecepatan tinggi.

Seokjin memacu kendaraan itu mendekati mobil sang pembunuh.

Tanpa helm.

"Sinting!" Namjoon memukul kemudinya.

Ia pun menginjak gas dalam-dalam.

Membunyikan klakson dan sirene untuk mendahului kendaraan-kendaraan di depannya.

Seokjin membidik senjatanya dan melepaskan dua buah tembakan dengan tangan kirinya.
Mobil itu mendecit dan berputar.
Kaca pengemudi dan roda belakangnya pecah. Kepala pria di dalamnya tertunduk tak sadarkan diri.

"Shit!"

Seokjin segera membelokkan motornya ketika mobil itu bergerak ke arahnya.

Motor besar itu terjatuh dan menyeretnya.

Ia melindungi kepalanya dan sebuah bunyi tabrakan beserta kaca yang pecah pun terdengar.

Seokjin membuka matanya. Mobil yang dikendarai Namjoon berhenti di antara mobil sang pembunuh dan motornya.

Ia keluar dari sisi penumpang dengan tergesa-gesa.

"Lari!"
"Mobilnya akan meledak"


Mereka terhempas ke semak-semak di sisi jalan.

Seokjin mengerjapkan matanya.
Telinganya berdengung.

Suara-suara di sekitarnya menghilang.

Namjoon berada tepat di atasnya.
Menopang belakang kepalanya agar tidak terbentur.

Darah mengalir dari pelipisnya.
Lengannya kanannya sobek.

Wajahnya yang khawatir dan mulutnya yang terus menyuarakan sesuatu tapi Seokjin tak bisa mendengarnya.

Hal terakhir yang ia ingat hanyalah ia merasa wajah dan matanya sangat panas.

Bukan karena ledakan itu.

Hatinya sakit.

Jantungnya berdebar bukan karena adrenalin.

Ia menangis.

Dan kehilangan kesadaran.

ChasedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang