7

228 31 0
                                    




"Namjoon dimana?"

Hal pertama yang Seokjin tanyakan setelah sadar.

"Perawat sedang menjahit luka-lukanya di kamar sebelah" Jimin menjawab dengan tenang.

"Jin..."

"Akhirnya kau memiliki partner lagi" Ia tersenyum.

Seokjin tidak menggubrisnya. Ia segera lari menuju kamar sebelahnya.


"Namjoon!" Ia membuka pintu dan menghambur masuk.

Pria itu hanya mengenakan celana panjangnya dan tengah duduk di sisi tempat tidur pasien.

"Hey"
"Kau baik-baik saja?" Namjoon meringis dan tersenyum.


Pelipisnya mendapatkan empat jahitan.

Lengan kanannya telah diperban.

Punggung tangannya pun terbalut perban yang menutupi luka karena melindungi kepala Seokjin.

Dan luka bakar ringan di sekitar bahunya telah diobati.

Perawat itu pun keluar setelah tugasnya selesai.


Seokjin menghampirinya ragu. Mengulurkan tangan perlahan untuk menyentuh perban-perban di tubuhnya.

"Jin?"
"Kau baik-baik saja kan?" Namjoon mengulangi pertanyaannya.
"Bagaimana lenganmu?" Ia menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Seokjin.

"Kenapa kau melakukan hal bodoh ini Namjoon?"
"Aku bisa melindungi diriku sendiri" Ia menjawab pelan.

Namjoon mengeraskan wajahnya dan menghela napas panjang.

Ia turun dengan kasar dari tempat tidur itu hingga hampir menabrak Seokjin.

"Oh ya?" Jawabnya sinis.

"Bagaimana?"

"Kau berlari tanpa perlindungan mengejar orang bersenjata yang jelas-jelas menembakmu. Kau mengebut tanpa helm di atas motor. Dan mobil itu sudah pasti akan meremukkan dan membakarmu" Ia meringis menahan sakitnya saat mengenakan kembali kemejanya dan mengancinginya asal.

"Bagaimana kau bisa melindungi dirimu sendiri Jin?"

"Kau ingin mati?!"

Seokjin hanya terdiam dan menunduk.

Namjoon melewatinya, mengambil jasnya dan keluar dari ruangan itu kemudian menoleh kembali.

"Oh...sama-sama by the way"

"Ini tidak akan berhasil kapten"

"Aku sudah bilang aku tidak ingin punya partner"

Seokjin duduk tegak di bangku di hadapan kaptennya.

"Jin..."

"Namjoon sudah bercerita semuanya"

"Sayangilah hidupmu Jin"

"Kau ini sudah kuanggap seperti anakku sendiri"

Won Hae menyandar pada kursinya. Menatap lelah pada Seokjin.

"Bagaimana jika aku mencelakainya lagi kapten?"

"Apa artinya hidupku jika partnerku..."



TOK TOK



Ia menghentikan kalimatnya ketika Namjoon memasuki ruangan itu.

"Anda memanggilku kapten?"

"Duduklah Namjoon-ssi"

"Seokjin punya sesuatu untuk dikatakan"

Won Hae lalu berdiri dan meninggalkan mereka berdua.

Seokjin hendak protes tapi niatnya urung seiring dengan Namjoon yang terlebih dahulu mendudukkan diri di sebelahnya.

Namjoon menatapnya tak berbicara.

Menunggu.


"Kapten ingin kita lebih terlihat seperti partner. Ia tidak suka aku yang selalu bertindak sendiri dan meninggalkan partnerku" Seokjin membuka pembicaraan.

"Dan...."

"Terimakasih telah melindungiku tadi malam"

Seokjin mengalihkan pandangannya ketika mengucapkan kalimat terakhir itu.

Namjoon mendengus kasar.

"Sama-sama" Ia menjawab singkat.

Tidak ada percakapan yang keluar lagi dari mulut mereka.


"Aku butuh minum" Seokjin berdiri dan berjalan menuju pintu.

Ia berhenti saat tangannya menggengam kenop dan menoleh.

"Ayo!"

Namjoon tersentak mendengar ajakan itu.

Ia tersenyum lega dan segera berbalik mengikuti pria itu.

ChasedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang