Seminggu berlalu tanpa ada kasus-kasus yang berarti.
Namjoon dan Seokjin pun lebih banyak menghabiskan waktu bersama sesuai dengan perintah Won Hae.
"Korban mutilasi" Kerumunan warga di seberang sebuah rumah mewah itu saling berbisik.
Polisi tengah mengitari jasad wanita tak berkepala tersebut.
"Choi Sooyoung. Seorang psikiater. Tidak ada saksi mata pada saat kejadian"
Namjoon kembali berkeliling mencari bukti-bukti yang ditinggalkan pembunuh sadis itu.
"Menemukan sesuatu?" Ia menyapa partnernya yang baru saja datang dari arah kebun belakang rumah korban.
"Ada jejak roda mobil. Pelaku masuk dari pintu belakang"
"Dan...di ujung jalan sana ada cctv. Kita bisa melacak nomor polisinya" Seokjin mengayunkan kepalanya mengajak Namjoon pergi dari tempat itu.
Mereka tiba di kantor kepolisian dan langsung memerintahkan petugas untuk melacak nomor polisi mobil itu.
"Jaraknya agak jauh"
"Ini akan memakan waktu agak lama detektif, aku akan memperjelas rekamannya baru kita bisa melihat nomor polisinya" Jelas seorang petugas pada mereka berdua.
"Aku tidak menemukan kepalanya dimana-mana" Seokjin berjalan keluar diikuti oleh Namjoon.
"Kau mau berkeliling sekali lagi di sekitar rumah itu Namjoon?"
Ia mengangguk. "Malam ini kita berjaga di sekitar rumah itu"
•
•
•
"Padahal suasana di sekitar sini terasa aman..."
Seokjin kembali meneropong rumah korban dan sekitarnya.
Namjoon mendengus di sebelahnya.
"Tidak semua yang terlihat indah itu indah"
Ia melirik jam tangannya dan menyerahkan kopi dalam gelas kertas itu pada partnernya.
02.45
"Aahhh....padahal kita bisa membeli hot dog dulu tadi"
"Aku lapar" Seokjin mengerucutkan bibirnya sambil mengusap perutnya.
"Kita makan setelah ini okay"
"Kau bisa makan sepuasnya" Namjoon tertawa geli melihat Seokjin.
"Mungkin ia tidak akan kembali?"
Seokjin menghela napas panjang ketika sebuah suara mobil mendekat.
"Namjoon...nomor polisinya..." Ia menunjukkan pesan yang dikirimkan oleh petugas kepolisian itu tadi sore.
"Sama..."
"Tundukkan kepalamu Jin" Ia menarik tengkuknya hingga jarak mereka sangat dekat.
Namjoon bisa merasakan hela napas pria di depannya begitu tenang.
Tidak ada rasa tegang sama sekali.Mobil itu pun berhenti tidak jauh dari kebun belakang rumah korban.
Seorang berpakaian serba hitam dengan masker menutupi wajahnya turun.
Ia membawa sebuah karung dan meletakkannya di atas tempat sampah.
Kemudian kembali ke mobilnya dan melaju pergi.
Seokjin menginjak gas dan mengikutinya perlahan.
Namjoon pun segera menghubungi polisi dan meminta bantuan.
"Jin..dia tahu kita membuntutinya"
Mobil itu terlihat mempercepat lajunya.
Dan kejar-kejaran itu pun kembali terjadi."Tidak akan muat Jin!" Namjoon berteriak panik ketika mobil itu memotong jalan melalui gang sempit.
Spion kiri mobilnya pun patah beradu dengan tembok di sebelahnya.
Seokjin tetap menginjak gas dalam-dalam mengejar orang itu setelah keluar dan berbelok ke jalan raya.
"Shit!" Namjoon melindungi kepalanya dengan lengannya.
"Maaf..." Seokjin berucap tenang.
Mobil itu sekarang tepat berada di depannya. Jarak mereka hanya beberapa meter.
"Sial! Dia cepat sekali" Seokjin menginjak gas semakin dalam. Beberapa mobil polisi pun mulai terdengar.
"Jin....awas!" Namjoon membelokkan kemudi ketika orang itu melempar gas air mata melalui jendela.
Suara berdecit dan kaca pecah mengiringi mobil mereka yang berputar menabrak pembatas jalan.
Seokjin berusaha mengendalikan kemudi. Mobil itu pun berhenti di tengah jalan. Ia bergegas keluar.
Mobil pembunuh itu sudah tak terlihat sama sekali.
Para polisi terus berusaha mengejarnya.
"Namjoon!"
Seokjin berlari kembali menuju sisi penumpang.
Namjoon keluar dengan pipinya yang berdarah.
"Kau tidak apa-apa?" Ia menggenggam erat kedua lengan pria besar itu dan menatap wajahnya khawatir.
Ibu jarinya mengusap darah yang mengalir di pipinya.
"Kau benar-benar gila Seokjin" Namjoon menggeleng sambil menangkap tangannya dan melumat bibir pria itu kasar.
"Namjoon....jangan...."
Seokjin meletakkan kedua tangan di dadanya dan menjauhkannya namun itu tidak menghentikan Namjoon untuk memperdalam ciumannya.
Suara lenguhan pelan terdengar dari bibir penuh Seokjin.
Ia membalas ciuman itu dengan tidak sabar hingga suara sirene samar-samar terdengar.
"Namjoon....jangan....kumohon...." Seokjin bergerak mundur menjauhinya.
"Jin....maaf...maaf.....aku tidak bisa menahannya" Namjoon menunduk masih terengah-engah.
Mobil polisi menepi di depan mereka.
"Apa isi karung itu?" Namjoon menghampirinya.
"Kepala manekin wanita"
"Kukira aku akan menemukan kepala wanita itu" Petugas itu kemudian pergi meninggalkan mereka.
Seokjin dan Namjoon saling berpandangan heran.
"Untuk apa ia meletakkan kepala manekin?"
"Biar mereka mengeceknya apakah ada yang bisa membantu kita menemukan siapa pelakunya"
"Jin....."
"Soal tadi.....maafkan aku"
Namjoon menarik bahunya ketika Seokjin hendak berbalik meninggalkannya.
Ia tersentak.
"A-aku juga..." Ia menunduk dan membalikkan badannya.