A Good Start (11)

204 25 7
                                    

Penyembuh berjubah putih itu berlalu meninggalkan ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penyembuh berjubah putih itu berlalu meninggalkan ruangan. Menyisakan keheningan yang melembam di sekitar. Suzy berdiri terpaku menatap dada Joo Hyuk yang bergerak naik turun dalam irama pelan. Sudah sepuluh hari berlalu, namun tak ada tanda- tanda Nam Joo Hyuk akan terbangun dari komanya. Dia terlihat baik- baik saja, benturan luka di belakang kepalanya telah berangsur sembuh. Pun tidak ada komplikasi lain yang bisa membuatnya terus terlelap, tetapi kenapa pria di depannya ini tak kunjung sadar. Ujung bibir Suzy bergetar menahan sesak di dadanya. Dia begitu rindu juga tak berdaya menginginkan kekasihnya untuk segera memeluknya. Dia telah berdoa siang dan malam, mengusahakan apapun tanpa pernah putus asa. Bahkan Suzy tidak akan beranjak dari sisi Joo Hyuk bila tidak benar- benar mendesak.

Tubuhnya terjun bebas memeluk tubuh yang kini terbujur di ranjang. Suzy terisak dalam diam memohon dalam hati kepada Tuhan.

" Apa yang salah? Bangun sayang, please... Aku tidak bisa... tanpamu..." Tangisannya teredam baju rumah sakit yang dikenakan Joo Hyuk, lengannya memeluk erat tubuh kekasihnya, berharap... hanya bisa berharap tanpa bisa melakukan apapun. Dia selalu berusaha menolong orang lain, formulanya diakui bisa menyembuhkan orang banyak, tetapi tak ada satupun untuk Nam Joo Hyuk, bagaimana? Suzy merasa dirinya tak berdaya.

" Maaf, ini semua salahku. Kau begini karena diriku... Bagaimana aku bisa tanpamu ? Kau sudah mengambil semuanya dariku, hatiku, nafasku, semua hanya berdetak dan tertuju padamu... " Suzy menelan gumpalan perasannya, sebelum dia berbisik, " Aku mencintaimu Nam Joo Hyuk, sangat, sangat cinta. Apa itu tidak cukup membuatmu bangun? " Tangisan Suzy semakin keras dan tak terbendung lagi. Dia bahkan menarik kemeja Joo Hyuk begitu keras, meminta hanya agar kekasihnya segera bangun.

" Aku hampir kehabisan nafas karenamu, secara harfiah tubuhmu menimpa dan membebani tubuhku sayang. Aku bisa saja tak pernah bangun..."

Suzy melompat mundur, dia menatap terperangah pada sosok yang kini tersenyum usil ke arahnya.

" Sejak kapan kau siuman?"

Kening Joo Hyuk berkerut tampak berpikir, " Emm.. sudah cukup lama, sampai aku mendengar pernyataan cintamu..."

" Sialan..."

Joo Hyuk cemberut, " Bae Suzy, ck... bahasa sayang... kemarilah..." Pria ini menggerakkan tangannya meminta Suzy agar mendekat. Wanita yang diminta menurut tetapi tetap tak mau menatap. Kepalanya menunduk mengharuskan Joo Hyuk mengangkat wajahnya. Manik keduanya bertemu. Dan tak ada ucapan syukur yang lebih besar dibandingkan bagaimana manik obsidian itu kembali intens menatap Suzy.

" Aku lelaki brengsek bukan, tega- teganya membuat wanita secantik ini menangis..." Dihapusnya air mata Suzy. Mata Suzy masih berkaca- kaca kini balas menatap Joo Hyuk.

Pelukan Joo Hyuk adalah obat yang menghapus rasa rindu sehingga berangsur- angsur Suzy mulai tenang kembali.

Mereka hanya berpelukan untuk waktu yang terasa selamanya sampai tangan Joo Hyuk mengusap sisi wajah Suzy dan mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.

Love in Other PlacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang