Sore ini setelah acara pertunangan selesai, Sehun tengah membaca berkas perjanjian antara ayahnya dengan tuan Kim. Ia membaca setiap point yang ada disana.
"Ayah benar-benar tidak ingin rugi." Gumamnya, ia sedang duduk sendirian di ruang kerjanya saat ini.
Tok! Tok! Tok!
Sehun segera membuka berkas lain di atasnya sebelum berkata, "Masuklah!"
Jongin terlihat tersenyum setelah pintu terbuka.
"Ada apa? Kemarilah..." Entah sejak kapan, Sehun bisa sehalus ini pada Jongin. Keduanya benar-benar bisa menyesuaikan diri seolah mereka tengah dimabukkan oleh dewi asmara. Namun sayangnya, dari kedua belah pihak sama-sama belum ada yang pernah mengatakan cinta hingga saat ini.
Jongin berjalan mendekat dengan senyuman, "Aku akan pergi dengan bibi kepala, bolehkah?"
Sehun terkekeh, "Terserah... Kau bisa melakukan apapun disini..."
Jongin tersenyum lebar, "Lalu..."
"Apalagi?"
"Bisakah aku menggunakan kartu debit belanja bibi kepala untuk membeli barang yang aku inginkan?"
Sehun kembali terkekeh, "Lakukan apapun yang kau inginkan, Jongin..."
Jongin tersenyum sangat lebar, "Apapun ya? Tak ada larangan?"
Sehun menggeleng sebagai jawaban, melihat itu Jongin langsung berbalik meninggalkan ruangan.
Sehun menghela nafas lelah, ia bersandar pada kursinya, bagaimana lelaki semanis itu disakiti oleh keluarga yang mengangkatnya anak, andai saja jika nyonya Kim Nara masih hidup.
.
.Jongin, Sehun serta Choi tengah berada di dalam mobil. Malam ini, seperti ucapan Sehun siang tadi, mereka berencana mengambil sisa barang Jongin yang masih ada di kediaman tuan Kim.
"Ditemani Choi dulu ya ambil barangnya." Ujar Sehun begitu mobil sudah berhenti didepan rumah tuan Kim.
Jongin menatap Sehun, menuntut penjelasan.
"Aku harus menerima panggilan." Jelas Sehun yang sebenarnya ia enggan turun dan mendengar ocehan para orang tua itu.
Jongin menyerah, ia turun tanpa protes lagi. Choi sendiri langsung turun mengikuti Jongin masuk ke dalam rumah setelah melakukan panggilan pada Sehun, trik yang sama dengan saat mereka mengorek cerita Jongin pertama kali. Rencana ini sudah di bahas Sehun dengan Choi sebelum mereka berangkat 30 menit yang lalu.
Jongin memasuki rumah tanpa permisi, ia langsung melihat tuan Kim beserta istri dan putrinya duduk di ruang keluarga. Mereka tampak sibuk menonton tv dengan beberapa camilan disana.
"Jongin.." sapa tuan Kim.
Jongin hanya tersenyum mendengar sapaan ayahnya, "Aku mau mengambil beberapa barangku yang tertinggal."
"Tentang pernikahan itu.." tuan Kim bingung harus berkata apa karena melihat Choi berdiri di balik punggung Jongin. Tentu saja ia menyadari hal itu. Jadi, ia memilih mengalihkan Choi terlebih dahulu, agar keluarganya lebih leluasa.
"Masuklah ke kamarku di ujung sana, sudah ada koper dan tas di dalamnya." Tunjuk Jongin pada arah samping kanannya berdiri. Choi mengangguk mengerti, ia tak lupa meletakkan ponselnya secara terbalik di meja dekat dengan Jongin berdiri tanpa sepengetahuan mereka yang disana.
"Tidak bisakah kau hanya bertunangan saja? Toh perjanjian itu hanya sampai pertunangan saja." Lanjut tuan Kim.
Jongin tersenyum tipis, "Disaat ayah memutuskan untuk menyetujui perjanjian itu, bukankah seharusnya ayah sudah mengerti. Jika suatu pertunangan itu akan berakhir pada jenjang pernikahan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (SeKai) (END)
Fanfiction"Aku tak harus memilikimu untuk mencintaimu." "Aku tak harus mencintai mu untuk memilikimu."