Seragam sekolahnya sudah tidak lagi berbentuk, roknya sudah kusut dengan rambut yang ditata seadanya saat Hanny digandeng masuk kedalam sebuah motel sederhana yang jauh dari kata mewah. Jas Javian yang ia kenakan menjadi satu-satunya penolong penampilannya saat ini, Hanny mengayunkan tangan keduanya seperti anak kecil sambil sesekali menatap Javian yang kelihatan sangat tampan dan seksi dari tempatnya berdiri.
"Om, kenapa kakak itu ngeliatin kita terus?" bisik Hanny saat merasa risih diperhatikan sedemikian sinis oleh salah satu resepsionis yang duduk disana.
"Jangan pedulikan," katanya lantas tersenyum dan mengusal rambut Hanny, "sweet room dan tolong bawakan banyak makanan," pesannya pada si resepsionis yang sejak tadi terlihat mengagumi Javian.
"Maaf pak, ini motel pinggir kota, bukan hotel bintang lima."
"Saya akan bayar sesuai yang kalian mau," katanya, membuat perempuan didepannya melongo, "kuncinya?"
Perempuan itu langsung memberikan kunci kamar yang Javian minta, "kamar nomer 14 ya pak, dilantai dua."
Javian tidak menanggapi, fokusnya hanya pada Hanny disampingnya. Berjalan melewati lorong yang cukup gelap sambil bergandengan tangan, dan sialnya motel ini benar-benar miskin sampai tidak menyediakan lift untuk mereka lewati lebih cepat daripada anak tangga sialan ini.
"Kamu abis malam ini sayang," kata Javian terkekeh kearah Hanny.
Gadis itu ikutan tersenyum, membiarkan Javian membuka pintu kamar nomer 14 terburu-buru sebelum menarik tangannya dengan sedikit kasar. Kamar sederhana dengan kasur cukup kecil untuk keduanya, Javian yang sudah ditutupi kabut nafsu paska permainan mereka yang belum tuntas dimobil tadi langsung mendorong Hanny ketembok.
Memangut bibir sang gadis memburu, jas yang dikenakan Hanny dibuka paksa dan langsung memperlihatkan payudara sang gadis yang tidak dibalut apapun. Hanny mengerang dalam ciumannya kala Javian meremas payudara kanannya.
Mata itu sudah ditutupi kabut nafsu saat Javian menjauh dan melepas seluruh kain yang menempel ditubuhnya, penis tegangnya langsung menjulang begitu saja, menantang untuk dipuaskan. Hanny yang melihatnya hanya bisa mengigit bibir, masih terkagum dengan bentuknya yang besar, panjang dan berurat, penis yang selalu memuaskannya setiap kali permainan mereka, meskipun tidak jarang Hanny bersikap munafik dengan menolaknya.
Hanny maju, mendekati Javian—mengecup dada bidang pria didepannya sensual, matanya lurus menatap Javian yang tengah menyaksikan aksi binalnya, sementara tangannya bergerak menelusuri perut kotak-kotak itu hingga turun pada penis tegang Javian yang sejak tadi menusuk perutnya.
"Ssssst," Javian mengerang dengan suara berat, lantas kembali mencium bibir sang gadis, tangannya yang menganggur ia gunakan untuk mengusap perut hingga payudara Hanny—turun pada belahan vagina gadisnya yang basah bukan main.
Hanny tidak kalah binalnya dari Javian, sebab gini gadis itu dengan lihainya mengocok penis Javian dengan tangannya sesekali meremas-remas dua bola kembar si lawan main.
"Cepetin sayanghh ahhhh sssst ouhhh."
Kelanjutannya ada di trakteer yaaa
Udah mau ending nih forbidden, mau sad atau happy ending?
Anyway, maaf bgt untuk ketidak nyamanan beberapa teman-teman yang mengalami kerusakan link, linknya akan segera diganti yaa supaya ga rusak muluu jadi tolong bersabar
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children