16. •|senyum Aksa gundul |•

78 9 10
                                    

Siapapun, jika ditawari uang, tak akan menolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapapun, jika ditawari uang, tak akan menolak. Apalagi jika usaha yang harus dilakukan cukup terbilang mudah. Untuk urusan game, menurutnya sangat easy. Dia bahkan sudah menamatkan play station 5.

Aksa kemudian langsung masuk ke kamar kakaknya, hadeuh. Ini sangat bertolak belakang dengan ruangan dirinya. Gelap, berantakan, sampah makanan di mana-mana. Beruntung saja kakaknya itu tak digandrungi para lalat pecinta bau sampah.

"Ini kamar atau pembuangan sampah sih? Lo jorok banget Bang, sumpah."

Arka yang asik menyemil sambil menaikkan satu kakinya merasa bodo amat dengan omelan sang adik. Laki-laki memang seperti itu, mereka tak peduli lingkungan sekitarnya. Mau bersih atau kotor, teratur atau abstrak, yang penting tubuhnya wangi. Kadang suka heran sama cowok, mereka tuh kenapa ya, walaupun cuma pake sedikit parfum, tapi wangi banget aja gitu. Iya ngga sih?

"Main mobile legend bisa kan lo?" Aksa tertawa beberapa detik lalu terduduk di sebelah Arka, menendang beberapa sesuatu yang menghalangi posisi duduknya.

"Gue ditanya. Bisa lah! Lo mau pake skin apaan?" tanya Aksa dan langsung merebut ponsel kakaknya. Ia memencet logo game tersebut. Dilayar tampak memperlihatkan garis yang sedikit demi sedikit memanjang dan tulisan loading tertera di sana.

"Skincare." Cowok berkacamata itu menoleh Arka sambil membuang napasnya kasar. Tak mau banyak membuang waktu, ia langsung memulai game tersebut sedangkan Arka sibuk menonton.

"Btw Dek, lo udah jarang banget kambuh ya sekarang?"

"Jangan ganggu dulu, lagi fokus."

"Abang harap ngga akan pernah kambuh lagi sih. Soalnya kalo lo sakit, gue yang repot," ucapnya sambil melemparkan ciki kentang ke arah Aksa, tepat mengenai matanya.

"Emang gue sesering itu ya bikin lo repot?"

CTAK!

"Argh! Sakit, Bang."

"Lo ga inget ya jamannya lo SMP, tiap minggu lo bolak balik RS, bikin gue mewek tiap hari tau ngga? Cape banget waktu itu gue UJIAN, tapi kudu jagain lo juga. Sementara bunda sama ayah pulangnya larut," terangnya yang membawa Aksa mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Masa terburuk bagi Aksa. Masa dimana dirinya berjuang untuk selalu berhasil bernapas, untuk selalu bertahan. Rasanya waktu itu, tak ada kebahagiaan. Fana. Dunianya pendar-pendar. Temaram dan hanya ada kegelapan.

"Hehehe, maaf Bang. Waktu itu kan gue belum bisa jaga diri, gue juga ikut Paskibra, jadinya kambuh mulu. Hehe, maaf, ya. Begitulah resiko punya adek."

"MAKANYA SEMBUH!" Sebuah tamparan pelan mendarat di pipi Aksa.

"YA EMANG INI MAUNYA GUE? GUE JUGA PENGENNYA MAH SEHAT, BANG. SIAPA YANG MAU SAKIT? SIAPA YANG MINTA TAKDIR BEGINI? KAGAK ADA!" Penekanan diujung kalimatnya membuat Arka diam. Iya, Aksa akan sensitif jika membahas tentang kesakitannya, dia juga tahu, dia paham betul, dia sangat mengerti apa yang harus ia lakukan. Arka juga sebenarnya hanya ingin menyemangati sang adik, tapi sepertinya salah dalam mengambil tata bahasa saja. Type-type tsundere. Iya, itu Arka.

Kelas Baru ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang