XIII

1.2K 202 8
                                    

happy reading!

***

Hari ini, selepas mata kuliah berakhir Chiko mendatangi kelas Shani yang kebetulan juga baru saja selesai.

"Sini tas kamu." Perintah Chiko yang membuat raut Shani bertanya-tanya.

Tanpa menunggu Shani menjawab Chiko langsung meraih tas Shani, ia membuang aksesoris gantungan huruf A yang terpasang di sana. Shani mendesah kecewa, ia siap mengeluarkan protesnya namun diurungkannya saat Chiko mengeluarkan aksesoris gantungan huruf A berwarna emas.

Chiko memasangkannya di tas Shani dengan hati-hati. Iris Shani menangkap sebuah aksesoris yang tergantung di tas Chiko. Gantungan huruf S berwarna emas pula bertengger disana.

Shani seketika berbunga-bunga, akhirnya mereka memiliki barang couple sekarang. Senyum cerah terbit di bibir Shani.

"Nah udah. Ayo makan, aku udah laper." Chiko menyampirkan tas Shani di bahu kanannya.

"Iya. Sini tas aku, aku bisa bawa sendiri."

"Dari pada kamu bawa tas berat ini, mending gini aja." Chiko menautkan telapak tangannya dengan telapak tangan Shani.

"Achi, aku malu diliatin banyak orang." Shani berbisik pelan.

"'Siapa yang peduli?" Chiko menarik Shani tak mempedulikan tatapan iri dari banyak mahasiswa/i yang ada di sana. Shani banyak sekali diincar oleh kakak tingkat maupun teman lelaki seangkatannya, jadi Chiko harus bergerak cepat, ia benci tatapan kagum dari para kumbang yang bermimpi untuk menjadi kekasih calon istri masa depannya.

Dulu ia buta dan tak peduli akan hal itu. la tak peduli ketika di masa lalu Shani kerap memamerkan surat cinta yang ia terima untuk membuatnya cemburu. Tapi sekarang ia tidak akan membiarkan mereka mengirim satupun surat cinta pada wanitanya. Shani ditakdirkan untuknya, jadi ia akan menjaga Shani dengan baik agar betah di sisinya.

***

Days after..

Hari ini Shani mengirim sebuah pesan ke Chiko yang membuat pemuda itu uring-uringan tak nafsu makan. Shani bilang ia tak bisa makan siang dengan Chiko hari ini, karena harus mengerjakan tugas kelompok bersama Gasta.

"Dasar triplek sialan." Chiko meremas ponselnya yang tak bersalah dengan kuat.

"Kenapa? Shani lagi sibuk sama gebetannya ya?" Ganiel tertawa terpingkal-pingkal, mengejek Chiko yang memasang wajah masam sejak menerima pesan dari Shani.

"Diem lo! Gebetannya Shani itu cuma gue, nggak ada yang lain." Chiko berujar ketus.

"Tapi gue sering liat dia ke perpus sama cowo itu." Ganiel menatap ke atas seolah sedang berpikir.

Benar, setahunya di masa lalu Shani sangat dekat dengan Gasta, Gastara Nguyen. Bahkan mereka juga tampak dekat meskipun Shani sudah menikah. Sebagai sesama pria, Chiko yakin Gasta menaruh rasa pada Shani. Tatapan memuja dari manik milik Gasta sudah menjelaskan semuanya. Betapa naifnya wanitanya itu hingga tak menyadarinya.

Chiko juga yakin Gasta selalu mencari celah untuk menggoda Shani. Chiko yang sekarang mana mungkin akan memberikan dia celah untuk masuk di antara dirinya dan Shani, tidak akan pernah sedikitpun.

Chiko menoleh pada Zevran yang sedang menekuni buku ilmiah. "Zev, lo pasti tau kan siapa Gasta itu?"

Keluarga Al Bakir merupakan investor saham. Meskipun tak seahli Ankara, tapi Al Bakir memiliki koneksi hebat dari berbagai kalangan. Zevran merupakan pewaris keluarga Al Bakir.

"Kenapa lo mau tau?" Zevran menutup bukunya.

"Ya, gue harus tahu siapa rival gue. Gue nggak mungkin kasih celah sedikitpun sama cowok triplek itu."

Ganiel menyahut, "Lah bukannya badan dia itu ideal ya?"

Chiko mendengus "Jangan provokasi gue, Niel! Gue kesel nih sekarang. Kalo gue bilang triplek ya triplek!"

"Keluarga Nguyen punya perusahaan besar yang bergerak di bidang otomotif. Menurut informasi yang gue tau, bukan cuma keluarga gue yang berinvestasi di perusahaan mereka. Tapi Ankara juga punya andil besar dalam berinvestasi. Gue rasa Ankara dan Nguyen lumayan deket, walaupun nggak sedeket sama keluarga lo." Ujar Zevran.

Tentu saja perusahaan yang dimiliki Nguyen jauh lebih besar dari bisnis yang dimiliki Zinko. Tapi di masa depan, bisnis Zinko berkembang pesat hingga melampaui perusahaan otomotif milik Nguyen, tentu saja jika alurnya tidak berubah.

Chiko menimbang dengan cukup lama, mencerna penjelasan Zevran dengan serius. la harus berhati-hati dengan pria berdarah Vietnam itu. Dia tidak bisa menyerang lewat kekuasaan, karena pria itu bukan dari kalangan biasa. Menurut informasi dari Zevran, Nguyen juga merupakan konglomerat seperti Ankara.

"Oh iya, gue juga sempet denger kalo ada perjodohan antara keluarga Ankara dengan keluarga Nguyen." Ucapan Zevran bagai petir yang menyambar di siang bolong. Kelopak mata Chiko seketika membola kaget.

Chiko segera bangkit dari posisi duduknya. la tidak boleh lengah, ia harus memantau Shani saat bersama si Nguyen licik itu. la cukup yakin Gasta sedang mengintai Shani, menunggu momen yang tepat untuk menyergapnya. Sekarang Gasta sedang memainkan peran menjadi sahabat baik. Chiko juga tak yakin apa di masa depan saat ia berpisah dengan Shani saat itu, mereka akhirnya bersama atau tidak.

Chiko dilanda kecemasan yang luar biasa. Bagaimana jika dulu saat Shani pergi meninggalkannya ia menikah lagi dengan pria Nguyen itu? Mengingat saat ia menikah dengan Shani, hubungan mereka tetap baik bahkan ia dulu pernah melihat Gasta menemani Shani berbelanja di supermarket.

Chiko tidak bisa berpangku tangan menunggu takdirnya untuk menikah dengan Shani. Bisa saja takdir kehidupannya akan berubah. Dengan cepat ia mencari nomor ponsel Shani dan meneleponnya. Terdengar nada sambung di seberang sana yang kemudian diangkat oleh suara merdu yang sangat dikenali pendengaran telinganya.

"Halo Achi."

"Sekarang kamu lagi dimana, Shan?"

"Aku? Aku di perpus, lagi ngerjain tugas sama Gasta."

"Tunggu aku disitu, kamu jangan kemana-mana." Chiko langsung mematikan sambungan teleponnya.

Selama ini kenapa ia tidak bertanya-tanya, selama Shani pergi meninggalkannya, kehidupan seperti apa yang wanita itu jalani. la sibuk dengan kerinduannya sendiri, sibuk menderita dalam kesepian. Sedangkan wanita itu pasti jauh lebih menderita. Derita hidup apa yang ia alami. Siksaan batin macam apa yang merantai kehidupan Shani. Banyak pertanyaan yang mulai bermunculan dan berdesakan di benaknya. Namun tidak ada yang bisa menjawabnya, bahkan wanita itu sekalipun.

***
tbc

.
130423

THE EGO: A MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang