Part 17. Memberi Kabar

5.7K 337 25
                                    

“Janganlah berbangga diri dengan apa yang kau dapatkan di dunia. Karena itu hanyalah sesaat. Sifat angkuh juga akan merusak hati diri kita sendiri.”

-Takdir Sang Ilahi-

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

D

or..

Suara pekikan keras berhasil mengejutkan Alifah yang sedang melamun di sebuah halaman asrama putri. Terdapat sosok anak kecil perempuan yang cengengesan tidak jelas setelah mengejutkannya. Alifah sedikit mengelus dadanya karena terkejut. Sementara anak kecil perempuan yang tidak lain adalah Aqilla mengambil duduk di samping Alifah.

"Kak Alifah, kenapa bengong? Awas nanti kesurupan loh. Kayak santri di sini, pernah ada yang kesurupan," ucapnya sedikit heboh.

Kening Alifah sedikit berkerut. "Qilla tau dari mana? Qilla pernah lihat?"

"Qilla gak pernah lihat sih, tapi Qilla pernah denger dan itu serem banget kak. Jadi, kak Alifah jangan suka bengong, nanti malah kesurupan." Aqilla bergidik ngeri mengingat hal itu.

Alifah terkekeh pelan. Ia bukan melamun, hanya saja ia masih memikirkan tentang niat baik dari seseorang sejak kemarin. Alifah takut, untuk memulai hubungan yang lebih serius dan menuju ke jenjang pernikahan. Hatinya masih sangat gamang dan takut dengan segala presesi dalam pikirannya dan juga masa lalunya yang buruk.

Anak kecil seusia 10 tahun itu menatap Alifah seperti ada sesuatu yang menganggu pikiran dari Alifah. Teringat jika tadi sebelum datang ke sini membeli martabak manis, Aqilla langsung mengambil di rumah ndalem utama. Tak membutuhkan waktu lama, Aqilla membawa satu porsi martabak manis dan kembali duduk di samping Alifah.

"Kak Alifah, Qilla bawa martabak manis nih. Ayo makan bareng sama Qilla." Aqilla membuka kardus martabak manis itu lalu menyodorkan ke arah Alifah.

"Kak Alifah tau, ini martabak manis kesukaan Qilla. Kadang Qilla suka minta beliin sama bang Azzam atau bang Zaky," ucap Aqilla bercerita. "Ayo kak, ini ambil." Aqilla menyodorkan dengan kedua tangannya ke arah Alifah.

Alifah tersenyum simpul sembari mengambil martabak manis tersebut.

"Gimana kak Alifah, enak?" tanya Aqilla setelah Alifah sudah memakan martabak manis tersebut.

Alifah mengunyah sebentar, lalu menjawab. "Emmm.. enak banget ini, Qilla."

Aqilla tersenyum lebar dan mencomot lagi martabak manis itu. Sementara Alifah kembali teringat dengan momen bersama sahabatnya ketika memakan ini. Tanpa sadar matanya sedikit berkaca-kaca, karena masih belum mengabari sahabatnya di sana. Sudah satu Minggu lebih berada di tempat pesantren, Alifah seperti menemukan tempat ternyaman.

Aqilla menyadari perubahan raut wajah dari Alifah, sontak langsung bertanya.

"Kak Alifah, kenapa? Kok kayak sedih gitu?" tanya Aqilla dengan tangan yang memegang martabak manis.

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang