Kepala sekolah yakin bahwa sekedar nilai diatas kertas bukanlah penentu kualitas siswa. Itulah mengapa sekolah kami memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler. Guna menjadi wadah bakat para siswa agar mereka bisa mengembangkan kemampuan masing masing.
Salah satunya klub gambar
"Eh liat ada kebo!!! temannya amu tuh!" Upi berkata dengan nada bangga dan mengejek.
"Teman gue kan elu pi" Ucap Amu
"Oiya"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Diatas memanglah menceritakan tentang klub gambar tapi, book ini milik seorang [Name] Mitchell yang baru menjadi murid pindahan disekolah tempatnya menuntut ilmu sekarang. Semua kehidupan baru yang ia jalani bersama teman teman barunya yang rada rada.
[Name] kini tengah menghapalkan dialog yang entah akan digunakan untuk apa. Saat masuk, ia langsung saja diberikan buku berisi dialog yang harus dihapalkan namun, ia tidak diberi tahukan untuk teater apa dialog tersebut. Yang ia tau hanyalah ia mendapatkan peran sebagai saudara male lead yang tidak merestui hubungannya dengan female lead.
Cukup lama dia berada diruangan teater setelah pulang sekolah. Tidak hanya dirinya yang berada di ruangan luas yang dibuat untuk pengguna ekstrakurikuler teater. [Name] berhenti berbicara emosional mengikuti dialog yang diberikan. Kini, ia hanya memperhatikan beberapa orang yang berkeliaran mondar mandir di depannya.
Ia duduk di pinggir panggung teater sambil memainkan kakinya maju mundur, keuntungan untuk orang pendek. Panggung teater tidak terlalu tinggi tidak terlalu rendah, sedang sedang saja tapi, bagi orang orang pendek tentunya mereka tidak bisa naik panggung tanpa bantuan tangga, berbeda dengan manusia pemakan tiang listrik.
Itu sudah menjadi pengetahuan umum yang tidak perlu dijelaskan.
Gadis blasteran itu menghela nafas gusar. Tatapannya hanya mengikuti orang orang berjalan, walaupun terkadang ia gagal fokus hingga menatap hal hal yang tidak seharusnya ia perhatikan.
"Bosan ya?"
"Iya."
[Name] tersadar setelah beberapa detik menjawab. Ia menoleh dan benar saja tidak ada siapapun di sebelahnya, bahkan jika itu adalah orang orang yang berada diatas panggung rasanya itu tidak mungkin mengingat jarak [Name] dan mereka cukup jauh. Mustahil mereka bisa berjalan menjauh secepat itu tanpa mengeluarkan suara langkah kaki.
"Gila." [Name] merinding sambil mengusap usap kedua lengannya. Tidak ada yang waras di dunia ini. Termasuk dirinya. Bahkan hanya untuk mengakui bahwa dirinya adalah manusia dengan tingkat kewarasan paling normal sangatlah mustahil, apalagi dengan bersekolah ditempat ini.
Sekolahnya waras, orang orang didalamnya saja yang agak miring.
Memikirkannya cukup membuat [Name] tersenyum tipis, semua kegilaan itu cukup membuatnya melupakan apa yang terjadi pada hidupnya beberapa tahun yang lalu.
"Huft- melelahkan sekali, padahal ga ngapa ngapain"
[Name] melirik sekilas kemudian hanya mengangguk pelan sebagai respon. Seseorang itu adalah manusia, bukan makhluk makhluk gentayangan yang mengganggunya seperti sebelumnya.
"emangnya kamu dapat peran apa?" Tanya [Name] kemudian sambil menutup bukunya dan meletakkannya disampingnya.
"Jadi Villain."
[Name] menatap teman pertamanya didalam ekskul teater. Orang yang menawarkannya untuk bergabung didalam ekstrakurikuler itu.
"canda, aku jadi penculik," ucapnya meralat ucapannya sebelumnya.
"Oh, waktu lesku dimulai dua puluh menit lagi, aku duluan ya. Sampai nanti [Name]."
[Name] melambaikan tangannya seolah olah berkata "sampai nanti" kearahnya, walaupun temannya itu sudah berjalan menjauh.
Lagi lagi [Name] menghela nafas pasrah. Ia tidak tau harus ngapain lagi sekarang, tapi sebenarnya ia cukup menikmati suasana sekarang ini. Sudah sore dan sepertinya ia juga harus pulang. [Name] enggan untuk berjalan, ia masih ingin menikmati suasana sore yang terasa sangat hangat dan menyenangkan. Sebagian orang orang teater sudah meninggalkan ruangan dan sebagian lainnya masih ingin tinggal lebih lama, entah apa yang ingin mereka lakukan.
"Mau pulang?" [Name] yang sedang meregangkan otot tubuhnya berbalik menatap laki laki yang adalah ketua di ekskul ini.