R.L | Flashback

1.1K 144 51
                                    

Gak jadi double up, ya. Yang udah telanjur baca, lanjutin lagi sampai bawah. Ada sekitar 4000 kata tambahan, tuh. Ini dua part di Twitter yang kujadiin satu aja sekalian. Biar enak bacanya.

10.1K Words

* * *

𝘒𝘪𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘴𝘦𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘫𝘢𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘭𝘶...

--
Seorang wanita bersurai pendek tampak mengerang panjang, sambil menatap jengkel ke arah ban belakang mobilnya yang kempes. Hampir lima menit ia berdiri di sana, berupaya menahan diri untuk tidak mengumpat. Setelah mampu menenangkan diri, ia pilih masuk ke kabin mobil. Wanita berambut blonde itu segera meronggoh ponsel di saku blazer, terlihat berusaha menghubungi seseorang.

"Arjun, tolong minta Johnny jemput saya di apartemen," ujarnya kemudian, begitu panggilan teleponnya dijawab oleh sang assisten.

"Baik, Bu Wilka. Ada lagi yang Ibu butuhkan?" balas Arjun sembari melemparkan pertanyaan balasan. Wilka mendesah panjang, dengan netra yang beralih memandang kondisi sekitar.

Hanya ada dirinya di area parkir apartemennya. Beberapa penghuni apartemen yang juga merupakan pembisnis terkenal, sepertinya telah berada di kantor masing-masing. Hanya dirinya saja yang masih di sini. Salahkan tubuhnya yang terasa begitu lelah, hingga membuatnya terlelap nyenyak hingga bangun dengan begitu terlambat seperti sekarang.

Ah, dia bahkan nyaris lupa, jika dalam satu jam mendatang, ia memiliki pertemuan penting.

"Itu saja. Saya ada meeting penting satu jam lagi, jadi tolong minta Johnny tiba lebih cepat!" titahnya yang langsung disanggupi Arjun. Kembali, Wilka mengerang panjang. Pasalnya, jarak antara kantor dan apartemen itu tidak dekat. Ia yakin, dirinya tak akan bisa tepat waktu tiba di kantor.

Untuk itulah ia segera menghubungi Kiano melalui pesan singkat. Jika nanti dirinya benar-benar terlambat tiba di kantor, ia berharap Kiano bisa mengisi posisinya.

Wilka mendesah. Sembari menunggu sopirnya tiba, ia teringat Kala. Terbersit cemas di hatinya perihal kondisi sang mantan sekretaris. Bagaimana kondisinya pagi ini? Apakah kepalanya masih berdenyut nyeri? Wilka benar-benar ingin sekali mengetahui kabar Kala. Tangannya bahkan telah siap mengetik sebuah pesan. Namun, pesan yang telah dirangkai semanis mungkin olehnya, dengan segera ia hapus lagi. Dirinya masih tidak berani menghubungi mantan sekretarisnya itu.

Tidak peduli seberapa besarnya pun rasa cemasnya dan seberapa menggilanya rindunya pada Kala.

Wilka mengembuskan napasnya lagi, sembari menggigit ujung bibir. Tangannya mencengkram kuat kemudi mobil, dengan pandangan lurus ke depan. Namun, sorot matanya terlihat begitu hampa. Begitu banyak kecamuk yang bersarang di rongga kepala, dan kebanyakan memang disebabkan oleh dirinya sendiri.

Atau begitulah ia menganggapnya. Setiap segala sesuatu di sekitarnya berjalan tak sesuai arah yang ia mau, atau ketika ia usai melakukan sesuatu, namun tak mendapatkan hasil yang ia inginkan, Wilka akan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Saat semua tampak berantakan, dirinya akan langsung menganggap semua itu disebabkan olehnya. Belasan tahun dipaksa hidup dengan semua tekanan hebat yang tak pantas dirasakan olehnya yang masih muda belia, membuat Wilka menjadi sosok yang sangat rentan.

Hal itulah yang membuat Reya sangat protektif padanya, ketika mereka masih di bangku kuliah. Bisa dibilang, Andrea Sharlen adalah sahabat pertama yang ia miliki, sebelum kemudian Hanum Yudithara hadir di kehidupan mereka.

Namun, sosok yang teramat sangat menjaganya itu, nyatanya dibuat kecewa atas tindakan jahanamnya pada Kala. Membuatnya harus kehilangan simpati Reya dan Yudith. Reya bahkan masih enggan bicara banyak dengannya, walau sorot mata gadis itu sudah mulai menghangat saat menatapnya. Terlebih kemarin, saat mereka masih berada di koridor rumah sakit dan menunggu dokter keluar membawa kabar tentang Kala.

Restless Love  ( 𝘈𝘭𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘵𝘦 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang