Bab 7

84.4K 5.1K 18
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo !!!

Happy reading
.
.
.

Suara langkah kaki yang saling beriringan menggema di kesunyian lorong gelap bangunan tua tersebut. Dua orang pria itu memasuki bangunan itu dan salah satunya membuka pintu yang didalamnya, terdapat para bawahannya berada.

"Selamat datang tuan." Ucap mereka serentak setelah melihat siapa yang datang.

Seorang pria yang di panggil tuan itu menolehkan kepalanya dan menatap pria muda disampingnya. "Bagaimana? Apakah bajingan itu sudah mau mengatakannya?" Tanyanya dengan suara tegasnya.

Pria muda itu menggelengkan kepalanya. "Belum, bahkan dia lebih memilih untuk tetap bungkam daripada mengungkapkan siapa yang mengutusnya."

"Dasar keras kepala. Seperti anjing yang hanya akan tunduk pada tuannya, heh." Ucap pria itu dengan senyum sinisnya, sambil melihat seseorang yang tengah disiksa oleh bawahannya di ruangan minim cahaya melalui kaca transparan di dalamnya.

Melihat orang yang pria itu panggil 'bajingan' mulai membuatnya merasa muak.

Pria itu mulai beranjak dari sofa yang didudukinya dan berjalan menuju ruangan penyiksaan di mana orang yang dia sebut 'bajingan' dengan pria muda yang mengikuti di belakangnya.

Sesampainya di depan pintu dan membukanya, para bawahannya keluar setelah mendapatkan isyarat dengan mengibaskan tangannya menandakan bahwa semua orang harus keluar dan membiarkan sang tuannya yang mulai menanganinya sendirian.

Sementara itu, pria muda yang berjalan di sisinya kini berdiri di depan pintu tertutup dari ruangan yang minim pencahayaan dan bau anyir yang sangat menyengat hingga menusuk indra penciumannya. Pria itu sudah tidak asing lagi dengan kegiatan dilakukan oleh tuannya saat ini.

Dor

Pria itu menarik nafas dan mendatarkan wajahnya ketika suara tembakan mulai terdengar dari ruangan yang sedang dia jaga. Bagaimanapun pekerjaannya, bukankah dia tetap harus profesional! Hal ini sudah sering terjadi dan dia hanya perlu membereskan kekacauan yang telah dilakukan oleh tuannya.

Menjadi tangan kanan dan orang kepercayaan tuannya bukanlah hal yang mudah untuk pria itu lakukan. Kerja keras, melakukan pencapaian banyak hal dan menjalani pelatihan extra selama tujuh tahun ini membuatnya berada dititik sekarang.

Setelah tembakan pertama ditembakkan sebagai peringatan pada mangsanya, tidak lama kemudian terdengar teriakan kesakitan dari pria yang dipanggil 'bajingan' tersebut.

"Masih tetap tidak ingin membuka mulut, heh!" Ucapnya dengan suara geram, menahan rasa marah yang tengah meluap.

"Sampai mati pun, saya tidak akan pernah mengatakan keberadaan wanita itu," ucapnya dengan senyum smirknya, tanpa memperdulikan rasa sakit yang ada di sekujur tubuhnya.

Pria yang tengah menjadi sandera itu menyadari bahwa, sekalipun dia mengatakan keberadaan wanita itu maupun tidak atau bahkan mengungkapkan siapa dalang sebenarnya, tidak akan mengubah kenyataan bahwa dia akan mati juga.

Sebenarnya, pria 'bajingan' tersebut tidak tau di mana keberadaan wanita yang pernah diculiknya itu. Apakah masih bersama tuannya ataukah sudah mati dalam genggaman tuannya. Karena setelah dia menyerahkan wanita itu, tak lama setelahnya dia berada disini, menjadi tahanan dari manusia iblis yang berdiri di hadapannya saat ini.

Biarkan saja pria yang menatapnya dengan tajam itu menjadi gila karena tidak bisa mendapatkan kembali wanitanya.

"Kalau begitu, pergilah ke neraka! Sialan!!" Ucapnya dengan amarah yang telah mencapai puncaknya.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang