Warning: Harsh words.
___
“Gue udah suruh Alfan bawa motor lo ke bengkel. Bakalan lama soalnya banyak yang perlu diganti.” Ujar Alex sembari menghampiri Edgar yang baru keluar dari mobil bersama Shena yang membantunya.
“Lo nanti kalo mau pulang pake mobil gue atau gue suruh Zayn bawa mobil lo ke sini?”
Laki-laki itu mengelak uluran tangan Shena maupun Alex yang hendak memapahnya berjalan masuk. Meski Shena tahu, ia tetap memaksa Alex membantu Edgar. “Gak usah. Gue gak pulang,” jawabnya santai.
Laki-laki itu berjalan terlebih dahulu dengan salah satu tangannya menenteng jaket. Menelusuri lorong rumah sakit tanpa memedulikan beberapa pasang mata yang menatapnya penuh tanya. Terutama tentang luka-luka pada tubuhnya yang terlihat jelas. Edgar berkali-kali menolak kata-kata persuasif yang Shena ucapkan.
Sempat menghela napas, melihat merah padam dari raut wajah adik sepupunya yang menatapnya. Auranya berubah menggelap, dilalap habis oleh amarah.
Zoya bangkit, tiba-tiba mendorong bahu Edgar dengan kasar. “Anjing,” sapanya begitu hangat.
“Guk guk.”
Bisa-bisanya Edgar terkekeh dengan santainya?
“Lo anjing tau nggak?” bisik Zoya masih menekan dua kata pertamanya kepada Edgar. Berusaha meminimalisir suara agar tidak terdengar sampai ke seberang, di mana Sarah berada.
“Lo gak bisa lemah lembut dikit aja sama gue?”
“Enggak. Mana katanya bisa pegang janji?”
“Lo itu emang gak bisa dikasih kepercayaan.”
“Gue juga maunya angkat telfon lo, Oya. Lo gak liat ini muka gue udah kayak apa?”
Zoya berdecih, membuang muka dengan kedua tangan sudah menyilang di depan dada. “Banyak alasan,” cibirnya.
“Udah, gak usah masuk. Aunty baru aja minum obat, lagi istirahat. Gak usah diganggu,” tukas Zoya menyela Edgar yang hendak bersuara. Ia bisa menebak apa yang ingin keluar dari mulut laki-laki itu.
Masih ada sisa amarah yang berusaha ia pendam. Bahkan Zoya yang biasanya akan banyak bicara ketika ada Edgar mendadak diam setelah Sarah memilih untuk pulang terlebih dahulu.
“Lex, gue ke toilet bentar.”
Shena bangkit dari duduknya yang seketika mendapat tatap khawatir lewat sepasang mata milik laki-laki itu. Waswas dengan kondisi Shena yang sewaktu-waktu bisa dengan mudahnya merasa mual bahkan kesakitan.
“It’s okay,” ucap Shena tanpa suara, meyakinkan Alex agar berhenti mencemaskannya.
Mereka berdua duduk terpisah dengan Edgar dan Zoya. Yang sebenarnya tidak benar-benar jauh karena masih bisa dijangkau pandangan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Romance⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...