Terimakasih atas apresiasinya di Bab kemarin❤️ (tinggal komentarnya aja sih yang belum, wkwk)Cerita ini akan update setiap hari kamis yaww?? Tapi, kalo tim gerecepnya banyak bakalan update lebih cepat, ehehe.
Mau main gerecep lagi gak???
Agak gak tau diri sih ini, tapi kalo vote tembus sampe 50 bakalan aku update sebelum hari kamis.Jangan lupa komentar kalian:)
Terimakasih ❤️
*
*
Wasiat Cinta*
*
Meet Random People
* * *
"Kamu tidak tau jika kamu sedang hamil?"
"Hah?! Hamil?!"
Aku menatapnya cepat, takut-takut jika salah dengar.
Apa katanya tadi? Hamil? Aku hamil?!!
"Kok bisa?!" Tanyaku lagi dengan nada sedikit tinggi.
"Pertanyaan apa itu??" Dia malah lebih menatapku tajam.
Oke, pertanyaanku salah. Tentu bisa karena kami sering bergerumul nikmat selama ini, dan tentu saja akan membuahkan hasil jika intensitasnya sering kami lakukan tanpa pengaman.
Aku menatapnya takut.
Takut jika kehamilanku yang sebenarnya sudah aku prediksi akan terjadi tidak dia terima.Aku berpikiran buruk selama ini, memikirkan tentang bagaimana jika aku hamil dan Mas Ali tidak menerimanya?
Pernikahan kami yang begitu singkat dan tiba-tiba membuat aku tak yakin akan berjalan lama karena tak adanya perasaan cinta diantara kami berdua.Jadi, aku sering berpikir bahwa kegiatan intim itu adalah semata karena Mas Ali tidak bisa mengendalika hawa nafsunya terhadap wanita, apalagi kami sudah lama tidur satu ranjang dalam kurun waktu yang lama, Mas Ali pria normal yang tidak akan mungkin tahan jika hanya tidur saja dengan seorang wanita.
Aku menggeleng, "Mas gak keberatan? Aku bisa mengugurkannya jika Mas mau" ujarku, meskipun merasa berdosa berkata seperti.
Matanya melotot tajam, "Kamu ngomong apa, Kinanti?!" Tanyanya dengan suara tegas.
"Yakali aja Mas gak mau nerima anak yang aku kandung. Pernikahan kita bukan berlandaskan cinta, semudah itu Mas bakalan nerima? Aku sih enggak" Jawabku tak gentar, berusaha menyuarakan sisi beraniku yang tak pernah aku tunjukan.
"Dan semudah itu kamu bilang akan mengugurkan darah daging kamu sendiri? Kamu gila, Kinanti. Meskipun bukan cinta, coba pikirkan dengan logika" Ah, sepertinya argument ini akan berlanjut jika kami sama-sama keras.
"Dari awal harusnya begitukan? Terus bagaimana bisa Mas gak mikirin kedepannya kita bakalan seperti apa? Mas pasti lebih paham apa yang sering kita lakuin selama ini?"
Dia menggeleng pelan, seolah sadar jika yang dia lakukan selama ini adalah sebuah keinginannya dari sisi pria bukan benar-benar ingin memiliki keturunan dariku.
"Saya paham dengan apa yang kamu pikirkan, Kinanti? Kamu ingat dulu saya pernah bilang jangan pernah bosan untuk memahami saya? Saya rasa itu sudah cukup membuat kamu mengerti. Saya mau menikah sama kamu karena keinginan saya, bukan paksaan orang tua saya karena perjodohan ini." Aku memalingkan wajahku darinya, kemanapun asal tidak melihat wajahnya.
"Saya gak keberatan, saya terima kamu itu tandanya saya sanggup nanggung semua yang ada dalam diri kamu, hidup kamu dan juga mahluk yang sedang kamu kandung. Apapun itu, saya terima. Kamu paham arti dari akad yang saya ucapkan dulukan? Saya tau, saya belum bisa menjadi suami yang baik dan menaati semua kewajibannya, tapi saya sedang berusaha. Saya mohon jangan berpikiran buruk lagi, Kinanti." Aku tak bisa menahan tangis mendengar ucapannya panjang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Cinta
RomanceWARNING (21+) Ini cerita dari Kinanti Azhira, gadis cantik dari kampung bisayang harus rela dinikahkan di usianya yang baru minginjak angka 20. Memiliki orang tua yang sudah tua dan semua kakaknya sudah berkeluarga, Mama Sarni dan Bapak Adi mengin...