4. ᴅɪᴀ ʟᴀɢɪ?

8 2 0
                                    

"Bahkan ketika langit di penuhi awan,
Matahari masih bersinar di atas"
- Janet Donaghy -

"Entahlah, firasat ku mengatakan bahwa kamu berbakat" anak itu bersidekap dada sembari menyenderkan bahu kanannya ke sisi pintu.

"Tapi aku juga menyukai tentang science dan astronomi, kemungkinan ke dua aku juga ingin masuk ke club itu" ya itu memang betul, bukan sebuah pengelakan agar aku tak satu ekskul dengan bocah lelaki ini setelah mengetahui bahwa dia adalah ketua dari club musik.

Dia memutar bola mata malas kemudian berkata "aku memaksa mu, tidak ada penolakan" setelahnya dia menarik sebelah tanganku dengan sedikit kasar untuk mengikutinya, spontan aku menghentakkan tangan ku, lancang sekali.

"Aku lapar, jangan ganggu waktu ku" lalu aku berjalan untuk menjauhinya, "temui aku di ruang musik sepulang sekolah, denah ruangan ada di peta" ujarnya sembari menunjuk sebuah kertas berlipat yang ada di saku seragam ku.

•••

Aku mengangkat tangan kiri ku melihat jam tangan hitam yang jarumnya menunjukkan pukul empat sore. Ingat akan janji tak terucap dengan anak lelaki tadi aku segera berjalan melewati koridor dengar secarik kertas di tangan ku.

Itu peta denah sekolah ini yang di berikan pada ku tadi saat di ruang kepala sekolah, sekolah ini memang tidak besar namun, ruangan di sini sedikit rumit tata letaknya sehingga butuh denah bagi murid baru dan orang awam yang berkunjung ke sini.

Kaki ku berhenti melangkah ketika sampai di depan pintu, itu ruangan musik.

Aku mengetuknya, namun tak ada jawaban jadi kuputuskan untuk membukanya saja. Seorang gadis muncul di balik pintu sembari tersenyum sepertinya ia hendak membuka kan pintu namun aku lebih dulu membukanya.

Itu.. Gadis yang tadi menjemputku, dia sekelas dengan ku dan anak lelaki itu.

"Masuklah" gadis itu tersenyum manis dengan sangat sopan. Berbanding terbalik dengan anak laki-laki yang sedang duduk di atas kursi dengan sebuah handphone di tangannya.

Aku membalas senyumannya semanis mungkin aku akan memperlakukan seseorang seperti apa dia memperlakukan ku "kau gadis yang tadi"

Dia tertawa kecil kemudian tersenyum lagi "Annalice Valerie" ucapnya sembari mengangkat sebelah tangan. Aku membalas jabatannya "Azura" ucapku tersenyum.

"Ya, aku tau itu" dia tertawa kecil kemudian berjalan membawa ku ke tengah ruangan dimana di sana ada anak lelaki itu yang sudah berdiri menghadapku. "Oh ya, panggil saja aku Ann's. Itu lebih mudah di ingat".

Pandangan ku menyapu semua isi ruangan ini, terdapat banyak alat musik serta spiker pengeras suara mulai dari yang kecil hingga yang besar. " baik lah, apa rencana mu Will?" Ann's bertanya pada lelaki itu, ia duduk di kursi yang sebelumnya di tempati oleh anak itu.

Anak laki-laki itu menarik nafas panjang, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitamnya. Aku baru sadar ternyata ia memiliki goresan di alis sebelah kirinya dan itu membuatnya terlihat sangat menyeramkan. Kenapa aku harus berurusan dengan anak ini.

"Apa bakat mu?" ia berjalan mendekat sepertinya hendak mengitariku. "Menyanyi, bermain alat musik, pencipta lirik, atau ada yang lain?" lanjutnya.

"Bermain biola dan menciptakan lirik lagu" aku menatapnya yang sedari tadi berjalan memutar. "Bravo. Ann's pandai bernyanyi, kamu pandai bermain biola dan pencipta lirik" anak laki-laki itu berucap hyperbola sembari bertepuk tangan ria.

Universe SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang