Sudah memasuki tanggal 1 Mei.
Kebetulan jam sudah menunjukan pukul 1 pagi lewat, namun belum ada kabar dari kepulangan empat orang yang tengah pergi keluar. Tentu saja enam orang tersisa sangatlah khawatir di sana, sehingga mereka tak tidur.
Entah apa yang dilakukan Seonghwa, Yeosang, Wooyoung dan Younghoon di luar sana, tetapi Yunho berada di dalam kamarnya, ditemani oleh Mingi. Sebelumnya, hanya ingin mengumpulkan kado-kado untuk dikirim besok. Sembari juga membungkus kado-kado yang Yunho berikan, hasil dari customnya.
Yunho tak ingin dianggap membeli dengan uang sehingga bukan harga yang paling utama darinya, walau tetap harganya memang cukup mahal, karena permintaan khusus.
Ada beberapa Yunho berikan; seperti boneka perempuan custom juga pakaian dan sepatu custom. Sisanya bukanlah custom tetapi Yunho memesannya lewat pre-order—sudah lama dipikirkannya—sebuah tenda, satu set rumah mainan boneka, juga buku seni kreatifitas sebanyak dua box.
Apapun yang bisa Yunho lakukan, tanpa bisa melihatnya.
Seluruhnya sudah dibungkus ulang oleh Yunho, yang menyelipkan sebuah surat, untuk Yena. Berharap dibaca olehnya, hanya sebuah ucapan bertuliskan tangan. Yunho tahu dirinya takkan bisa meminta lebih, jadi, Yunho tak akan melakukannya.
Selama itu pula, Mingi menemaninya.
Mingi merasa iba padanya, yang tentunya merasakan penyesalan itu. Walau Mingi juga tahu, Yunho tak bisa bertanggung jawab lebih dahulu; Yunho tak mungkin menikahinya. Satu-satunya yang bisa Yunho lakukan dahulu adalah menemaninya sampai akhir, untuk melakukan aborsi, lalu memberikan apapun yang dirinya bisa untuk memperbaiki mentalnya.
Sayangnya seperti ini.
Entah, suasana sekarang sedang sulit.
Memikirkan Yena dan Yvanna, sekaligus memikirkan Juyeon, yang tersiksa.
Juyeon tak pernah terlihat terluka sedalam ini. Saat dengan Wooyoung pun, Juyeon masih bisa menutupinya lebih baik. Namun untuk ini, ketakutan Juyeon tampak sangat jelas sekali—laki-laki itu menderita.
Di posisinya Mingi mencoba fokus.
Mingi melihat bagaimana Yunho duduk di tepi kasur, dengan kado-kado di hadapannya. Yunho menunduk, memainkan jemarinya dalam diam.
Sepertinya Yunho memang banyak sekali pikiran.
Sejak pindah ke rumah ini?
Ah, rasanya sejak pesta di villa itu.
Seperti sangat tertekan, seperti banyak hal yang dipikirkannya.
Saat itu, Mingi menaruh gunting dan juga pita yang baru saja digunakannya, lalu berdiri. Mendekat, kemudian duduk di tepi kasur, samping Yunho sembari memperhatikannya.
Di sana, Mingi menyentuh paha Yunho pelan.
Tampak Yunho melemahkan pertahanannya. "Gi..."
"Iya?" tanya Mingi dengan lembut. "Kenapa? Lo lagi banyak pikiran, ya?"
Yunho mengangguk, masih menunduk. "Banyak banget..."
Karena itu, Mingi mencoba mengusap pahanya, bermaksud untuk memberikannya ketenangan.
Yunho membiarkannya, untuknya melanjutkan secara rapuh. "Gue kayak... lagi ada di mana... gue gak tau. Kayak terlalu banyak masalah yang mengambang, gak selesai, jadinya gue bingung. Terlebih kembali ke rumah ini, adanya bokap Hongjoong yang temenan sama bokap gue, lalu pertemuan tadi ngebongkar semua, gue jadi banyak mikir. Kayaknya di depan sana, hidup gue bakal makin sulit. Kakak gue pun belum pernah dikenalin sama bokap gue ke orang-orang penting; sekarang gue mikir, apa karena gue lingkaran dalam? Gue gak nyangka kalau selama ini bokap gue tau tentang ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanfictionTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023