Dengan telaten Renjun mengompres bagian-bagian tubuh Haechan yang terekspos, pemuda manis itu benar-benar jatuh sakit setelah berjalan selama setengah jam di bawah terik nya matahari.
"Lu taraweeh aja, gue gak papa kok sendirian di rumah" Renjun menggeleng pelan, pemuda tampan itu mana tega jika harus meninggalkan Haechan sendirian. Apalagi pemuda manis yang sekarang tengah berbaring di ranjang nya ini tengah demam tinggi.
"Tak apa, saya bisa absen dulu untuk hari ini. Saya tak mau jika harus meninggalkan kamu sendirian" Haechan menghela nafas kesal kala mendengar ucapan Renjun, entah setan apa yang merasuki pemuda tampan itu setelah kejadian di mana Renjun yang tiba-tiba saja mencium bibirnya.
Sikap pemuda tampan itu menjadi sangat manis, Renjun bahkan tak akan segan untuk memuji wajahnya dengan kata cantik, manis ataupun lucu dan sesekali ustadz gadungan itu akan melontarkan kata-kata gombalan kuno untuknya.
Seperti sekarang ini, dengan tak tahu malu nya Renjun tersenyum seperti orang bodoh seraya memandangi wajahnya dengan lekat.
"Wajah kamu manis sekali" Haechan hanya tersenyum kecut kala mendengar kata-kata itu lagi yang entah sudah terlontar berapa kali.
"Di kira gue gula apa" Kata si manis kesal sembari memukul bahu Renjun dengan keras.
"Tapi menurut saya, gula-nya yang akan merasa iri jika dia melihat kamu nanti. Soalnya gula jika di bandingkan dengan kamu akan kalah manis" Haechan meremat selimut yang tengah di pakaiannya dengan erat, detak jantung nya menjadi tak karuan hanya karena mendengar gombalan kuno yang Renjun lontarkan.
"Dih garing" kata si manis sembari berusaha tak menatap langsung pada wajah tampan milik Renjun.
"Garing ya?, terus kenapa pipi kamu merah begini?" Renjun terkekeh pelan kala melihat pipi bulat si manis yang tampak semakin memerah.
"Bacot!" Haechan menarik selimut yang tengah di pakaiannya hingga sebatas wajah.
Senyuman Renjun luntur kala dirinya mengingat kejadian tadi siang, dia masih di landa rasa penasaran dengan alasan Haechan yang memilih pulang sendiri dengan cara berjalan kaki.
"Haechan" panggil Renjun sembari menarik selimut miliknya yang tengah menutupi wajah si manis dengan pelan.
"Kamu kenapa tadi siang nekat pulang sendiri?, saya khawatir tahu karena kamu tiba-tiba menghilang begitu saja. Jika saja Imel tak menyarankan saya untuk pulang terlebih dahulu mungkin saya sudah akan melapor ke kantor polisi" tangan Haechan mengepal dengan erat kala mendengar ucapan Renjun barusan.
"Imel?" tanya Haechan sembari menatap Renjun dengan serius.
"Iya, dia wanita berjilbab putih yang kita temui tadi siang. Beruntung lah siang itu dia masih ada di dekat saya mungkin jika tidak saya sudah bertindak gegabah dengan langsung melapor ke kantor polisi" jawab Renjun dengan penuh antusias, bahkan tak jarang senyuman tampan khas Renjun akan terukir di bibirnya ketika pemuda tampan itu menceritakan wanita berjilbab putih tadi siang.
"Oh pacar nya situ ya?" senyuman Renjun langsung luntur begitu mendengar ucapan sinis yang Haechan lontarkan.
"Pacar?" tanya Renjun tak mengerti.
"Iya pacar yang lu ajak ngobrol sambil senyum-senyum gak jelas, sampe lupa kalau situ bawa temen" jawab Haechan ketus sembari kembali menarik selimut milik Renjun untuk menutupi wajahnya.
"Kamu cemburu?" Haechan mengepalkan tangannya kala mendengar ucapan Renjun, sialan itu adalah pertanyaan yang paling dirinya hindari.
"Dih mimpi" Renjun hanya tersenyum ketika mendengar ucapan Haechan yang kelewat tak jujur itu.
"Kalau saya suka sama kamu gimana?" Haechan tersentak ketika tubuh Renjun mulai mengungkung tubuh mungilnya, si manis bahkan sampai langsung menahan nafas nya ketika Renjun mulai mendekatkan wajahnya.
"Saya suka sama kamu Haechan" ulang Renjun seraya mulai menyatukan bibir mereka berdua.
Bruk
Renjun meringis pelan kala pantatnya langsung mencium lantai, pemuda tampan itu tak akan pernah menduga jika Haechan akan menendang nya dari atas ranjang begitu.
"Bohong!, lu pasti bohong. Gak mungkin orang pintar agama kaya lu bisa ngelakuin hal itu" Renjun yang tadinya ingin marah langsung mengurungkan niatnya begitu melihat wajah si manis yang sudah berlinang air mata.
Begitu melihat wajah penuh air mata itu Renjun langsung paham, jika Haechan takut. Takut jika apa yang baru saja dirinya katakan hanyalah omong kosong belaka.
"Hiks... Jangan kasih gue harapan palsu lah setan!" dengan perlahan Renjun menghampiri Haechan yang sudah menangis histeris.
"Saya serius, benar-benar serius mungkin untuk sekarang ini kamu tak akan percaya. Tapi saya akan berusaha sekeras mungkin untuk membuat kamu percaya bahwa perkataan saya barusan bukan lah sebuah kebohongan" dengan penuh kasih sayang Renjun membawa tubuh berisi itu kedalam pelukan nya.
Dua puluh menit kemudian tangisan si manis mulai mereda, pemuda manis itu benar-benar baru merasa tenang setelah mendengar beribu kata cinta yang Renjun lontarkan.
"K-kamu gak bohong kan?" cicit nya pelan, lidah si manis terasa kelu begitu menyebut Renjun dengan sebutan 'kamu'
Renjun terkekeh pelan kala dirinya menyadari bahwa panggilan dari si manis untuknya telah berubah.
"Kamu?" tanya Renjun sembari tersenyum menggoda ke arah si manis yang tengah menahan malu.
"Bacot anying!, mending lu keluar sana dari kamar gue ngapain coba masih disini?" Renjun hanya tersenyum tampan begitu mendengar teriakan Haechan, sepertinya si manis lupa tengah berada di mana.
"Tapi kan ini kamar saya" detik itu juga Haechan langsung mengutuk dirinya sendiri karena sudah bertingkah memalukan.
"Gue gak denger ya anying!!"
TBC
Apa cuma gue yang gak bisa baca cerita Renjun uke?, soalnya setiap gue baca cerita Markhyuck, Nohyuck, Nahyuck dan banyak lagi yang penting Echan uke kalau ada peran Renjun uke nya di cerita itu pasti langsung gue hapus dari perpustakaan