12. Family

1.2K 193 68
                                    

"Yah, aku sekolah", ucapmu kepada ayahmu yang sedang merokok di depan televisi.

Saat hendak pergi meninggalkan rumah. Tiba-tiba ayahmu melemparkan botol alkohol yang hampir mengenaimu. "Awas kalau ga pulang, sekalinya pulang masalah terus kamu. Gausah pulang kalau ujung-ujungnya bikin masalah!", bentaknya.

Kamu hanya terdiam. Meski sosokmu yang garang di sekolah. Kalau menghadapi ayah sendiri, kamu bisa apa? Kamu menunduk. "Iya", lirihmu. Kamu memakai sepatu kemudian merapihkan pakaian sekolahmu.

Wajah yang seperti orang menyedihkan lebih baik tidak di tunjukkan, bukan? Kamu melirik ke arah kardus berisi barang yang tidak dipakai. Kemudian tersenyum. "Aku memang bukan anak spesial, tapi doakan aku untuk bertahan", ucapmu ketika melihat foto. Foto ibumu di sungai.

Pergi ke sekolah seperti biasa. Tetapi sekolah membatasi waktu jam pelajaran. Jadi, sekolah cukup singkat. Sedang waspada pada pembunuhan cukup banyak. Kasusmu yang tersebar foto tidak senonoh perlahan terkubur. Kondisi ini cukup di untungkan. Bagi kamu yang mencari si pelaku dan kebenaran. Sekaligus mencari serpihan ingatan yang hilang. Bagaimana kamu bisa melupakannya.

Meski ayahmu sudah membentak untuk pulang ke rumah. Kamu orang yang keras kepala. Jadi kamu tidak akan pulang ke rumah. Tetapi pergi ke rumah sepupumu, Yukimiya Kenyu. Seorang yang sudah di anggap kakak sendiri. Kamu sudah mengirim pesan kepadanya, permintaan untuk pergi ke rumahnya dan menginap cukup lama.

Yukimiya memang sabar kepada sepupunya. Mengingat sepupunya ini adalah anak broken home dan anak hasil perselingkuhan bukan berarti Yukimiya tidak menyayanginya. Justru sepupunya ini yang lebih dekat dengannya. Yukimiya selalu jadi sosok kakak. Kalau kamu lagi menangis, dia yang jadi penenang. Katanya...

"Gak apa apa, bukan salah kamu. Berhenti nangisnya, ya? Nanti cantiknya ilang. Kamu ga harus nanggung beban banyak. Ada kakak"

• 📚 •

Kamu membuka banyak lembaran buku. Seperti biasa membaca buku adalah rutinitasmu. Banyak yang tidak masuk sekolah. Ada yang ketakutan ada pula yang pindah sekolah demi keselamatan diri. Kamu tidak punya biaya untuk pindah sekolah. Kamu masuk SMA saja itupun jalur beasiswa. Itupun secara sembunyi-sembunyi dari orang tua. Beruntunglah Yukimiya mau membantumu. Apalagi Yukimiya jago bidang akademik.

Tiba-tiba pandanganmu gelap. "TeBaK sIaPa", suara yang diberat-beratkan.

Kalau tangannya rada lembut pasti tangan perempuan. "Si bodoh, bulol, dan gatau diri adalah Sayaka", ucapmu.

"Kok tau sih", Sayaka melepaskan tangannya. Ia cemberut karna mudah ketahuan.

Kamu menatapnya malas. "Tiap hari makin kayak bocah emo dah, kayak anak kelas sebelah yang matanya ketutup sebelah. Dingin banget", tuturnya.

"Siapa?", tanyamu.

"Gatau, rambutnya ijo ijo kek lumut", jawabnya sambil berpikir.

"Hah? Oooh... Rin? Lo ngatain adeknya ketos", ujarmu.

Sayaka langsung terdiam dan hanya cengengesan. Ia berjongkok. "Udah berapa hari njr. Pelakunya belom ketemu-ketemu. Kalau masih berkeliaran gimana...", ucap Sayaka menghela nafas. Wajahnya tampak ketakutan.

"Mau percaya polisi tapi polisi aja bingung. Gimana nangkepnya", tambahnya.

"Ya mau ga mau? Emang lo bisa apa?", ucapmu hanya fokus ke buku.

"Sembunyi"

Belum ada pencerahan di kasus ini. Yang kamu dapat cuman barang bukti berupa pita merah. Kamu melirik ke Sayaka yang mengenakan pita berwarna pink. "Tumben pita lo ganti warna", ucapmu.

𝐈𝐅𝐋𝐘 [ Seishiro Nagi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang