Gama tidak bisa fokus selama Alana beserta ibu dan bunda mulai membahas mengenai rencana pesta pernikahan mereka yang akan laksanakan pada bulan Juni setelah Alana menyelesaikan beberapa pekerjaannya termasuk jadwal syutingnya selama tiga minggu di luar negeri. Gama awalnya sempat protes karena tidak tahu Alana akan pergi selama itu di awal bulan Mei, tapi akhirnya ibu menengahi perdebatan mereka dan akhirnya terpilihlah tanggal 24 Juni.
"Minggu depan kita meeting sama WO-nya ya, ibu sudah menghubungi salah satu WO yang biasa digunakan teman-teman ibu." Ucap ibu usai acara makan siang mereka berakhir.
"Terima kasih ya, Bu Tiffany, maaf jika banyak merepotkan anda." ucap bunda.
"Tidak apa-apa, saya senang melakukannya apalagi ini pesta pernikahan anak saya juga. Pokoknya kita serahkan semuanya pada WO dan terima beres saja, paling kita hanya mengecek progress-nya saja sampai hari-h nanti."
Alana menyadari sikap Gama yang lebih banyak diam hari ini dan terkesan tenggelam dengan pikirannya sendiri. Alana menepuk pundak pria itu pelan, "Kamu gak apa-apa?" tanyanya.
"Banyak hal yang sedang saya pikirkan tapi saya belum bisa cerita sama kamu. Hari ini salah satu dari mereka meminta bertemu dengan saya, jujur saya takut setelah pertemuan nanti saya malah akan membahayakan posisi kamu." jawab Gama pelan agar dua perempuan paruh baya yang masih asyik berbincang didepan mereka itu tidak mendengar percakapan mereka.
"Apa ini tentang masalah yang waktu itu?"
Gama menganggukkan kepalanya. "Saya mulai takut menghadapi semua ini,"
Alana melingkarkan tangannya dilengan kiri Gama sambil mengelusnya pelan. "Kamu pasti bisa, bapak sama eyang nyuruh kamu lakuin itu dulu karena tahu kalau kamu pasti bisa melakukannya dan mengusut tuntas kasus ini. Jangan mengkhawatirkan posisi aku, eyang sudah menjamin keselamatan aku, kamu tenang saja. Sekarang kamu harus fokus dan jangan sampai terkena jebakan mereka."
"Terima kasih ya, kamu berhasil membuat saya terasa tenang setelah mendengar ucapan kamu."
"Itu kan gunanya aku hadir di hidup kamu, jam berapa kamu akan bertemu dengan orang itu?"
Gama mengecek jam tangannya sebelum menjawab pertanyaan Alana. "Sebentar lagi, saya pergi sama Arsen. Maaf saya tidak bisa mengantarkan kamu pulang."
"Gapapa, aku bisa pulang sama bunda kok. Kamu pergi sekarang aja, kayaknya kita bertiga masih lama disini."
"Ibu, Bunda, maaf ya sepertinya mas harus pergi duluan karena setelah ini ada janji mau ketemu orang lain."
"Yaampun, Mas. Kamu mau pergi kemana sih? Kita belum selesai loh ini!" Protes ibu.
"Kan ada aku, Bu. Biar Gama pergi aja gapapa." sahut Alana.
"Pergi aja nak, Gama." Ucap bunda.
Walau ibu masih tidak terima anaknya itu pergi lebih dulu tapi Alana dan bundanya meyakinkan ibu untuk membiarkan Gama pergi, toh mereka sudah selesai menentukan tanggal pernikahan dan hal lainnya.
"Nanti saya kabarin lagi ya." Ucap Gama pada Alana sebelum benar-benar pergi meninggalkan area restoran itu.
"Iya, kamu hati-hati."
***
Nama Winanto Baswara memang sudah lama Gama ketahui ada dalam daftar tersangka yang tidak diketahui publik bahkan oleh KPK dan kejaksaan sekalipun, pergerakannya sangat mulus dan tidak mencurigakan sehingga tidak ada alasan bagi lembaga penegak hukum untuk mencurigai Ketua Umum Partai Demokratis sekaligus menteri sekretaris negara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
By My Side
Fanfiction"As long I'm here no one can hurt you, so stay by my side." - bluesy story