Part : Five

761 76 22
                                    

Jeonghan masih sibuk menepuk dadanya dengan pelan. Menggatung kaki sembari duduk di kursi yang ada pada halte bis yang dia singgahi sembari menunggu bis selanjutnya datang. Rasa mualnya sudah berangsur menghilang seiring dengan Seongcheol yang menurut untuk melangkah mundur lebih jauh.

Tidak, bukannya laki-laki bersuara dalam itu benar-benar pergi meninggalkan Jeonghan sendirian. Seongcheol masih tetap ada disana. Berdiri puluhan meter jaraknya. Mengamati Jeonghan tanpa suara dan rengekan. Sosok manis itu berulang kali mengatur nafas dan mengusap perutnya yang belakangan selalu bermasalah.

Jeonghan berpikir mungkin asam lambungnya sedang kambuh.

Tin!

Jeonghan kemudian mengangkat kepalanya yang tertunduk. Menatap sosok yang yang tengah turun dari mobil untuk menghampirinya.

"Sendirian?"

Jeonghan terkesiap. Dia berdiri dan membungkuk dengan segera. "Tuan Oh?"

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku sedang menunggu bis, mungkin beberapa menit lagi akan sampai".

Seseorang yang di panggil tuan Oh oleh Jeonghan, memiliki nama lengkap Oh Sehun. Dia adalah manajer bagian keuangan yang juga bekerja di kantor yang sama dengannya. Laki-laki itu berdehem pelan sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dengan santai. Dia mengulas senyum tipis dan memberikan tatapan hangat penuh kelembutan pada sang junior yang selalu bersikap sopan itu.

"Bolehkah aku mengantarmu pulang?"

"Nee?"

"Sudah malam bukan?"

"T-tidak usah, aku bisa pulang sendiri, sebentar lagi bis malam pasti akan datang, aku sudah terbiasa menggunakannya, lagipula aku tidak ingin merepotkan tuan Oh". Jeonghan yang sebelumnya telah berdiri dari duduknya saat atasannya itu berjalan lebih dekat untuk menghampirinya kemudian mengulas senyum. Menyambut sosok yang mendekat itu dengan sopan santun yang selalu dia Junjung.

"Aku menawarimu bukan karena ingin membuat diriku merasa kerepotan. Anggap saja aku hanya sedang mengakrabkan diri dengan juniorku".

"Tapi..."

"Dan ini sudah malam". Sehun kemudian mengangkat tangan kirinya. Bermaksud untuk mengintip waktu yang di tunjukkan oleh arloji yang dia kenakan. "Sudah hampir pukul 10 malam, yang aku tahu bis malam terakhir pukul 9 bukan?"

"Ah... itu...". Jeonghan masih berusaha tersenyum sembari melempar pandangan pada sisi lainnya. Jujur saja dia tak terlalu hafal mengenai rute dan waktu perjalanan bis yang melewati kantornya. Tanpa sadar dia mengangkat tangan untuk meraba tengkuknya untuk menutupi rasa gugup yang tiba-tiba menyerbunya.

Sehun diam-diam menyimpan senyum melihat gelagat manis yang Jeonghan perlihatkan. Laki-laki itu berdehem singkat sembari membuang nafas hangatnya.

"Hanya ada tiga kemungkinan yang bisa kau lakukan untuk membawamu pulang... kau bisa mencari taksi yang mungkin saja ongkosnya menjadi sedikit lebih mahal, menghubungi keluargamu atau orang-orang terdekatmu untuk menjemputmu, atau kau bisa juga menerima tawaranku yang tentunya aku tidak akan merasa keberatan atau merasa di repotkan. Aku benar-benar tulus ingin mengantarmu..."

Jeonghan lalu mempertemukan pandangannya pada seseorang yang masih berdiri tegak di hadapannya. Melupakan kehadiran seseorang yang detik itu masih berada di dalam mobil yang terparkir rapi di seberang halte yang menaungi kedua insan yang saling mengakrabkan diri.

Seongcheol.

Laki-laki bermarga Choi itu masih bersembunyi di dalam mobilnya, menatap sinis penuh amarah pada keduanya selepas Jeonghan yang memintanya untuk pergi dari hadapannya.

Steganografi [JeongCheol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang