Gedung yang terlihat seperti bekas pabrik itu tersembunyi diantara lebatnya semak-semak yang tak terurus.
Sebuah sedan hitam parkir di sampingnya.
Namjoon menyiapkan senjatanya. Memakai rompi anti pelurunya dan menutupinya dengan kemeja dan jas.
"Jangan pernah melepas rompi anti peluru itu okay"
Ia teringat pesan Seokjin waktu pertama kali mereka bertugas bersama dan tersenyum pahit.
"Jin...kumohon bertahanlah"
Namjoon berjalan menunduk menuju pintu samping gedung itu.
Rasa takut membuatnya berjalan lebih cepat dan tetap waspada.
Pintu kayu besar itu berderak pelan ketika Namjoon mendorongnya. Ia pun tiba di sebuah ruangan yang cukup luas.
Matanya berkeliling ke sekitar untuk mencari sosok yang ia khawatirkan.
Seokjin terborgol di sebuah kursi dengan mulut tertutup isolasi hitam.
Sekitarnya kosong.
Hanya ada meja dan beberapa patahan kayu dan besi.
Ia langsung bergerak mendekat.
Seokjin yang terkejut melihat Namjoon membelalak dan menggelengkan kepalanya panik.
"Nngggggg!" Ia mempercepat gelengan kepalanya ketika seorang pria memukul tengkuknya dari belakang.
Namjoon tak sadarkan diri hingga cipratan air dingin itu mengenai wajahnya.
Sunwoo berdiri di hadapannya.
"Kau lebih cepat dari dugaanku detektif" Ia menyeringai.
Namjoon menghentakkan tubuhnya ke depan dan membuat bangku yang didudukinya maju beberapa senti.
Tangannya ikut terborgol di belakangnya.
Sementara tidak ada apapun yang menutup mulutnya.
Sunwoo berjalan mengitari mereka.
"Partnermu pasti sudah memberitahukan lokasiku pada kapten tololmu itu bukan?" Ia menarik kasar isolasi yang menempel di mulut Seokjin.
"Aku harus melakukannya dengan cepat dan kau akan mengulang kejadian yang sama"
"Hanya kau akan menyaksikannya secara langsung. Di depan mata kepalamu sendiri" Sunwoo menyeringai.
"Ada kata-kata terakhir untuk partner barumu detektif Seokjin?"
Sunwoo mengambil sebilah pisau besar dari meja di belakangnya dan mengusapnya pelan.
"Kau tahu...Ken memohon ketika ia melihat pisau ini"
Seokjin menelan ludahnya susah payah.
Kenangan demi kenangan buruk tumpah dari otaknya.
Napasnya mulai cepat.
Namjoon meraih tangannya dan menggenggamnya erat.
"Jangan dengarkan dia Jin.."
"Fokus padaku"
"Hahahahahaha.....manis sekali...."
"Jangan sakiti Seokjin katanya memohon"
"Ambil saja nyawaku sebagai gantinya"
Sunwoo menirukan kata-kata Ken untuk mengejeknya.
"Hentikan. Cukup!"
Namjoon berteriak dan menghentakkan kursinya lagi.
Tangannya sibuk mengeluarkan pin tipis dari sela jahitan jasnya.
Sunwoo kembali berjalan ke hadapan Namjoon. Mengarahkan pisau itu ke lehernya.
Kepala Namjoon menengadah menjauh dari benda dingin dan tajam yang siap merobek lehernya.
Bahu Seokjin terasa bergetar di belakangnya.
Ia tidak berbicara apa-apa.
Napasnya semakin cepat.
Genggaman tangannya pada satu tangan Namjoon mengerat.
"Partnermu mengambil satu-satunya saudara kandungku detektif"
"Aku bahkan tidak mengenali wajahnya lagi"
"Partner biadabmu telah menghancurkannya dengan sebuah shotgun"
Sunwoo mulai emosi. Nada bicaranya meninggi dan tak beraturan.
"Wow...hebat bukan partner biadabku ini"
Namjoon tergelak. Satu pukulan mendarat di pipinya.
Ia meludahkan darah dari mulutnya dan terkekeh.
"Is that all you got?"
Pukulan kedua dan ketiga pun kembali mendarat di wajahnya.
"Hentikan Sunwoo!" Seokjin berteriak di belakangnya.
Tubuhnya makin gemetar.
"Tidak apa-apa Jin"
Namjoon menenangkannya.
"Ayolah...pukulan itu tidak akan mengambil nyawanya"
"Tidak seperti yang kau lakukan pada kakakku bajingan!" Sunwoo mulai berteriak.
"Apa kesalahan Choi Sooyoung?" Namjoon bertanya di sela-sela amukannya.
"Aku hanya berpura-pura menjadi pasiennya untuk menemukanmu detektif..."
Sunwoo berjalan ke hadapan Seokjin.
"Dan wanita cerdas itu mencurigai siapa aku. Setelah mendapatkan informasi tentangmu...aku menyingkirkannya"
Ia membelai wajah Seokjin dengan sisi pisau besarnya.
"Tak heran pemuda itu tergila-gila padamu detektif"
"Kau indah..."
Sunwoo mengendus leher Seokjin. Ia membuang muka dan mengerang jijik.
"Hey!"
"Kau sedang bicara denganku. Bukan dia!"
Namjoon tidak rela Seokjin disentuh oleh pria bajingan itu.
Wajah Sunwoo masih berjarak amat dekat dengan Seokjin yang berusaha susah payah menjauh hembusan napasnya.
"Kau mungkin mau menggosok gigimu dulu Sunwoo...aku bisa menciumnya dari sini"
Namjoon terkekeh.
"Baiklah. Cukup. Kau terlalu banyak bicara" Sunwoo berjalan cepat ke hadapan Namjoon.
Pukulan keempat pun mendarat kembali di rahangnya.
Bersamaan dengan Namjoon yang menyelipkan lock pick yang telah selesai ia gunakan untuk membuka borgolnya ke tangan Seokjin.
Seokjin tersentak dan tersenyum.
Sunwoo membalikkan kursi yang diduduki Namjoon hingga menghadap Seokjin dan bersiap mengarahkan pisau ke arah lehernya.
"Ada kata-kata terakhir untuk kekasih barumu ini detektif Seokjin?"
Seokjin menatapnya tajam dan menggeleng.
"Untukmu..."
"Akan kusampaikan pada Ken untuk menata ulang wajah kakak kesayanganmu yang sudah berantakan disana"